Kisah Penjual Kopi jadi Jawara BRILink, 'Penolong' Pedagang Pasar Kramat Jati di Waktu Mendesak
Pak Sukandar sudah lima tahun menjadi agen BRILink di tengah Pasar Induk Kramat Jati.
Setelah mendapat pelatihan dari BRI mengenai model transaksi yang benar, Sukandar giat menekuni profesi baru sebagai agen BRILink.
Kisah Penjual Kopi jadi Jawara BRILink, 'Penolong' Pedagang Pasar Kramat Jati di Waktu Mendesak
Belasan truk berukuran besar hingga pikap terparkir di bagian belakang pasar Induk Kramat Jati. Para pedagang dibantu sopir truk begitu sibuk menurunkan berton-ton buah. Mulai dari semangka, mangga, melon, pisang hingga durian.
Di seberangnya, berdiri warung kopi Pak Sukandar yang tak pernah sepi didatangi pedagang. Keperluannya bermacam-macam. Ada yang sekadar istirahat menyeruput segelas kopi atau melakukan transaksi keuangan.
Warung Pak Sukandar hanya berupa tenda biru dengan etalase kecil. Lengkap dengan meja dan bangku di bagian depan. Ukuran warungnya juga tidak besar, hanya 2x5 meter. Tapi cukup nyaman untuk pedagang melepas lelah karena berada di bawah pohon.
Sukandar (52) bercerita awal mula menjadi agen BRIlink di tengah pasar Induk. Dulu, Sukandar adalah sopir antar buah dan sayuran di pasar. Sampai akhirnya ditawari menjadi agen BRILink oleh Kepala Unit BRI Pasar Induk Kramat Jati pada 2019.
BRI mencoba meyakinkan Sukandar bahwa menjadi agen BRILink memberikan tambahan pendapatan yang menjanjikan. Setelah mendapat pelatihan mengenai model transaksi yang benar, Sukandar giat menekuni profesi barunya itu.
"Pada saat ditawarkan itu saya sempat enggak mau. Karena saya belum tahu tapi karena diarahkan Kaunit caranya seperti ini dan ada semacam pelatihan, pendidikan saya coba," kata Sukandar saat berbincang dengan merdeka.com, Selasa (5/3).
Menurut Sukandar, menjadi Agen BRILink ternyata memberikan dampak besar sekaligus penolong bagi pelanggan yang rata-rata merupakan pedagang pasar dan masyarakat sekitar.
Para pedagang merasa sangat terbantu dengan kehadiran BRILink Sukandar. Dia mengatakan, para pedagang biasanya membutuhkan transfer cepat ke petani-petani buah di daerah.
Tak heran, Sukandar memilih membuka warungnya sejak pukul 08.00 dan tutup pukul 01.00 WIB malam. Satu minggu penuh.
Segala jenis transaksi keuangan bisa dilayani di warung Sukandar. Mulai dari tarik tunai, top up, transfer uang, bayar BPJS, listrik sampai cicilan kendaraan.
"Kalau pedagang terbantu sekali. Justru mereka seneng, suka ada yang bilang alhamdulillah ya pak sekarang ada agen Brilink, kalau hari Sabtu kita enggak bingung mau transfer uang," ujar dia.
merdeka.com
"Bahkan kalau kadang petani maunya buru-buru ditransfer, kalau agen Brilink tutup saja saya sampai ditelepon-telepon pedagang. Karena waktu itu masih sedikit, pak kenapa tutup saya mau transfer, pengirimnya sudah teriak-teriak. Memang sangat terbantu sekali untuk pedagang," sambung Sukandar.
merdeka.com
Rekor Transaksi
Saking ramainya transaksi, Sukandar mengaku pernah melayani 100-an orang dalam satu hari. Nilai transaksinya pun tak main-main.
Pernah dalam satu hari, Sukandar melayani transfer dan tarik tunai sampai Rp300-400 juta. Sebab, rata-rata pedagang buah sekali transfer uang ke petani bisa puluhan juta.
"Saya transaksi itu agak lumayan ya di atas 100 orang sehari. Bisa 300-400 juta karena perputaran uang di pasar kan gede-gede. Satu orang bisa 80 juta, 50 juta karena dia transfer kiriman dari daerah, dari petani buah. Kadang setengah hari bisa 300 juta,"
papar Sukandar.
merdeka.com
Sukandar melanjutkan, pedagang lebih suka transaksi pembayaran di BRILink ketimbang ke gerai ATM atau bank terdekat. Para pedagang merasa transaksi lewat BRILink lebih cepat, tanpa harus antre."Pedagang lebih memilih ke agen Brilink ketimbang ke kantor BRI. Kalau ATM orang-orang belum paham betul lewat ATM. Sekarang mungkin sudah paham semua. Tapi orang lebih cenderung ke agen Brilink karena dekat terus cepat tanpa harus antre," ungkap dia.
Kata Pedagang
Seorang pedagang buah semangka, Saiful merasakan manfaat dari kehadiran BRILink. Dia tak perlu lagi repot-repot berjalan jauh ke gerai ATM di bagian depan pasar untuk bayar dagangan atau tarik tunai.
"Sangat membantu. Ibaratnya penolong waktu petani telepon harus transfer segera untuk bayar buah-buah. Lagipula, kita enggak perlu jauh-jauh jalan ke depan. Soalnya ada BRILink di tengah pasar," kata Saiful.
Sukandar jadi Jawara BRILink
Kerja keras Sukandar melayani pedagang dengan baik pun berbuah manis. Dia mendapatkan predikat sebagai jawara BRILink untuk kawasan Kramat Jati karena perputaran transaksi yang besar.
Diketahui, ada tiga klaster agen BRILink yakni pemula, jawara dan juragan.
"Saya kemarin sempat jawara Brilink karena transaksi capai 300-400 juta," cerita Sukandar.
Usaha yang awalnya membuat ragu kini menjadi penopang utama ekonomi keluarga Sukandar. Sukandar kini punya lima cabang BRILink di Kramat Jati. Usahanya ini juga memberi lapangan pekerjaan bagi lima karyawannya.
Dari satu cabang BRILink, Sukandar bisa mengantongi Rp300-400 ribu dalam sehari. Di saat ramai, anggota Paguyuban BRI Cakra, perkumpulan BRILink Kramat Jati ini bisa mendapatkan Rp800-900 ribu.
"Minimal 800-900 ribu satu hari dulu. Sebulan Rp24 juta. Sekarang 20-30 orang, 400 satu hari," kata dia.
Akan tetapi, Sukandar menuturkan, transaksi belakangan ini menurun lantaran tumbuhnya agen-agen BRILink baru di Pasar Induk Kramat Jati.
Sukandar harus memutar otak mencari strategi agar tetap ramai. Dia memilih menurunkan biaya admin semurah mungkin untuk menarik pelanggan.
"Saya mengikuti alurnya. Agen-agen baru itu kan terutama masalah admin itu jadi masing-masing dibikin semurah mungkin," tutup Sukandar.
BRI terus berinovasi menciptakan ekosistem ekonomi mikro yang mandiri. Salah satunya dengan mengerahkan agen-agen BRILink di seluruh Indonesia. Bahkan, menjangkau titik terjauh sekalipun. Istilahnya, daerah-daerah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal).
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), Sunarso mengungkap besaran transaksi di agen warung BRILink. Sunarso menyebut, volume transaksi agen BRILink mencapai 1.427 triliun di tahun 2023.
"Sekarang volume transaksi di agen BRILink di warung-warung itu, setahun mencapai Rp1.400 triliun bisa dibayangkan," kata Sunarso dalam acara BRI Microfinance Outlook 2024 di Menara Brilian, Jakarta, Kamis (7/3).
Sunarso mengungkap, komisi atau uang fee yang diperoleh BRI dari volume transaksi agen BRILink tersebut mencapai Rp1,6 triliun.
Ada pun, uang fee yang diperoleh agen BRILink mencapai 2 sampai 3 kali lipat dari setoran fee untuk BRI.
"Agen itu terima dua sampai tiga kali lipat. Artinya yang diterima di warung itu sekitar Rp3 triliun tiap tahun," ungkap Sunarso.
Sunarso berharap tingginya volume transaksi di agen BRILink tersebut dapat menggerakkan ekonomi masyarakat hingga UMKM. Sehingga, berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah ketegangan geopolitik global.
BRILink Dipuji Jokowi
Penetrasi AgenBRILink dalam meningkatkan inklusi keuangan dipuji Presiden Jokowi. Jokowi tampak semringah melihat langkah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI bisa melayani masyarakat di tingkat bawah. Bahkan bisa mengambil alih peran yang kerap jadi ladangnya rentenir.
Hal ini berhasil dilakukan melalui peran dari agen BRILink yang tersebar di banyak daerah di Indonesia. Kepala Negara mengapresiasi langkah digitalisasi yang berhasil menyentuh masyarakat kecil."Saya senang tadi yang disampaikan pak Dirut BRI, bahwa digital banking sampai ke bawah itu betul-betul berjalan di BRI," kata Jokowi dalam BRI Microfinance Outlook 2024.
Jokowi mengatakan ada 740.000 agen BRILink di warung-warung kecil. Angka ini menurutnya bukan jumlah yang kecil. Lebih lagi, ada catatan transaksi jumbo secara akumulasi dari seluruh agen BRILink tadi.
"Bapak Ibu bayangkan mengelola 740 ribu warung BRILink, agen BRILink, bukan sesuatu yang mudah, dengan transaksi setiap tahun tadi pak Dirut menyampaikan, Rp1.400 triliun," tutur Jokowi.