Cerita sadis dua cucu habisi kakek dan nenek demi membeli sabu
Merdeka.com - Perbuatan dua cucu ini terhadap kakek dan neneknya tak pantas ditiru. Bukannya merawat atau menjaga kakek dan neneknya, GP (18) dan adiknya AP (16) malah menghabisi Tharin Kadir (80) dan Cik Nura (78).
Perbuatan GP dan AP terhadap nenek dan kakeknya terbilang keji. Keduanya membunuh lalu mengambil harta kakek dan neneknya untuk diberikan sabu.
Pembunuhan itu dilakukan pada Kamis (1/12). Dalam menjalankan aksinya, GP dan AP dibantu rekannya IT (14).
-
Apa yang diambil pelaku dari rumah nenek? Akibatnya banyak harta benda yang raib antara lain lima sertifikat tanah, emas perhiasan, dan uang senilai dua puluh juta rupiah raib diambil pelaku.
-
Di mana pembunuhan keluarga itu terjadi? Arkeolog menemukan situs pemakaman massal ini di Desa Koszyce, Polandia. Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada sampel DNA kerangka tersebut mengungkap sebuah keluarga besar tewas secara brutal di lokasi ini.
-
Siapa yang dibunuh secara sadis? Hasil analisis menunjukkan, kedua mumi laki-laki ini mengalami kematian di tempat akibat tindakan kekerasan yang disengaja.
-
Kapan pembunuhan keluarga itu terjadi? Kejadian mengerikan ini berlangsung pada Zaman Batu sekitar 5.000 tahun lalu.
-
Siapa korban pembunuhan? Pelaku ditangkap oleh tim gabungan Resmob Polrestabes Semarang dan Jatanras Polda Jateng di hari yang sama dengan kejadian yaitu Senin (24/7). “Jadi kejadian jam 03.00 wib. Pelaku kami tangkap dalam pelariannya di Solo Jateng pukul 06.00 Wib.“
-
Bagaimana cara ibu korban membunuh kedua anaknya? Luka-luka yang ditemukan menunjukkan kekerasan yang ekstrem. MB ditemukan dengan delapan luka bacok di tubuhnya, sementara BN mengalami enam luka bacok.
GP dan AP diringkus di rumahnya di Jalan Sematang Borang, Kelurahan Sako, Kecamatan Sako, Palembang, Jumat (2/12 sekira pukul 01.00 WIB. Tak lama kemudian, IT yang beralamat di Lahat, itu diciduk.
GP mengakui terlibat dalam perampokan dan pembunuhan terhadap kakek dan neneknya itu. GP menyesali peristiwa itu karena tidak memiliki niat menghabisi kedua korban.
"Ya, mereka (korban) kakek dan nenek saya sama adik saya IP. Waktu itu tidak mau membunuh, cuma mau ambil barangnya saja," ungkap GP di Mapolresta Palembang, Jumat (2/12).
Dia mengatakan, pembunuhan itu merupakan ide rekannya, IT, yang berdalih takut ketahuan dan tak ingin dipenjara. GP mengaku awalnya hanya bermaksud mencuri uang pensiun yang baru diambil korban dari bank beberapa jam sebelum kejadian. Lalu, mereka bertiga mendatangi rumah korban dengan mengendarai sepeda motor.
"Saya sama teman (IT) masuk ke rumah, waktu itu tidak terkunci. Adik saya nunggu motor di depan," ungkap tersangka GP di Mapolresta Palembang, Jumat (2/12).
Di dalam rumah, korban Cik Nura sedang tertidur lelap. Lantaran takut aksi pencuriannya ketahuan, tersangka IT berinisiatif menghabisi korban. Mereka sengaja membawa sebilah pisau untuk jaga diri.
"Saya bekap nenek saya pakai bantal, dia teriak-teriak. IT nusuk dua kali dan menyembelih leher nenek saya. Habis itu, saya juga ikut menusuknya satu kali," akunya.
Kegaduhan tersebut membuat korban Thamrin masuk ke dalam kamar istrinya. Begitu melihat kakeknya, tersangka GP mendorong dan menikamnya berkali-kali hingga tewas.
"Kami panik kakek saya lihat kami baru bunuh nenek. Dia kami bunuh juga," ujarnya.
Kedua korban tewas bersimbah darah. Kedua pelaku pun leluasa mengambil sejumlah barang. Diantaranya, uang Rp 700 ribu, ponsel, dan beberapa perhiasan emas.
"Kami keluar dari pintu belakang, habis itu kami pulang ke rumah. Tidak tahu kalo di rumah kakek nenek lagi heboh," terangnya.
Tersangka GP menuturkan, perampokan tersebut untuk membayar utang sebesar Rp 2 juta dan ingin membeli narkoba. Dalam persembunyiannya di rumah, mereka menggelar pesta sabu yang dibeli hasil perampokan.
"Duitnya kami pakai beli sabu, kami pakai bareng. Kalo emas-emas masih ada, belum dijual," tukasnya.
Peristiwa itu baru diketahui anak korban, Hendri, yang pulang setelah diberitahu tetangganya lantaran rumah korban gelap, tak seperti biasanya, Kamis (1/12) menjelang Maghrib. Begitu masuk rumah, Hendri menjerit melihat kedua orangtuanya tergeletak bersimbah darah di kamar.
Warga berduyun-duyun mendatangi lokasi untuk menyaksikan peristiwa yang membuat gempar itu. Tak lama, polisi datang untuk melakukan olah tempat kejadian perkara dan membawa kedua korban ke rumah sakit.
Dari hasil visum, korban Thamrin mengalami tujuh luka tusuk di leher sebelah kanan dan empat liang di bahu kanan. Sedangkan korban Cik Nura tewas dengan lima liang luka dan luka sembelih di leher.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Safry, ditemukan tewas dalam toko perabot miliknya di kawasan Kanal Banjir Timur (KBT), Duren Sawit, Jakarta Timur.
Baca SelengkapnyaKorban dibunuh kedua tersangka menggunakan pisau daging.
Baca SelengkapnyaTersangka pembunuhan ayah kandung di Duren Sawit bertambah.
Baca SelengkapnyaKematian kakek kedua tersangka bukan karena dikeroyok tapi sakit.
Baca SelengkapnyaKetika kebakaran kedua balita malang tersebut sedang tertidur dengan kondisi rumah dikunci dari luar
Baca SelengkapnyaTersangka membunuh tetangganya itu karena menyimpan dendam sepuluh tahun lamanya.
Baca SelengkapnyaKedua tersangka diduga sudah lama merencanakan aksinya.
Baca SelengkapnyaKeluarga besar Asep Saepudin (43) tak menyangka istri, anaknya dan pacar putrinya bersekongkol menghabisi nyawa korban.
Baca SelengkapnyaHingga kini, belum diketahui sebab keluarga mengakhiri hidup dengan cara tragis.
Baca SelengkapnyaDua pelaku pembunuhan yang ditangkap berinisial TR dan HH.
Baca SelengkapnyaKorban minta kepada polisi untuk dibawa kepada anaknya yang lain.
Baca SelengkapnyaKeduanya sempat terlibat cekcok sampai akhirnya H mengejar R dengan senjata tajam jenis pisau daging
Baca Selengkapnya