Dari Balik Tahanan, Ronald Tannur Anak Anggota DPR Buka Kronologi Lengkap Penganiayaan Pacar
Gregorius Ronald Tannur, anak dari Edward Tannur, anggota DPR RI dari Fraksi PKB buka suara soal kronologi penganiayaan pacarnya.
Cerita ini disampaikan pengacara karena Ronald berada dalam penjara.
Dari Balik Tahanan, Ronald Tannur Anak Anggota DPR Buka Kronologi Lengkap Penganiayaan Pacar
Gregorius Ronald Tannur, anak dari Edward Tannur, anggota DPR RI dari Fraksi PKB buka suara soal kronologi penganiayaan menyebabkan tewasnya sang pacar, Dini Sera Afriyanti.
Cerita awal hingga akhir dari penganiayaan Ronald terhadap Dini disampaikan oleh pengacaranya, Lisa Rahmat. Hal ini lantaran Ronald masih berada dalam tahanan Polrestabes Surabaya.
Pengacara keluarga Gregorius Ronald Tannur, Lisa Rahmat pun menjelaskan detik-detik kejadian versi sang klien:
3 Oktober 2023 jam 19:00 saya (tersangka Ronald) menjemput Dini Sera Afriyanti di lobby Apartment Orchard Pakuwom Mall Surabaya, saya dan Dini pergi keluar mau membeli toples, setelah itu karena merasa lapar, akhirnya saya dan Dini makanlah di Restaurant Ikan Bakar Cianjur di Gwalk.
Kemudian Dini di telpon berulang-ulang oleh Ivan (teman korban) mengajak Dini untuk minum-minuman di Blackhole KTV Lenmarc Mall. Saya mendengar percakapan antara Dini dan Ivan, Dini bilang aku lagi bersama Ronald" setelah itu Ivan bilang tidak apa-apa ajakan aja sekalian" padahal saya dan Dini tidak ada niatan untuk pergi minum-minuman, karena diajak oleh Ivan maka Dini ini memaksa saya ikut untuk datang menemui Ivan di Blackhole KTV.
Maka saya pulang ke apartemen untuk ganti baju dan sengaja dilamakan, karena sebenarnya Dini tidak boleh minum minuman keras karena penyakitnya, tetapi Ronald tidak bisa menolak ajakan Dini hingga Ivan terus menghubungi Dini, hal ini bisa diperiksa HP Dini dengan HP Ivan. Akhirnya saya dan Dini Sera Afrianti berangkat lah ke Blackhole KTV;
Setelah sampai, saya dan Dini masuk di ruang 7, di dalam sudah ada teman Dini yang bernama IVAN, EKA YUNA, ALAN, MUHAMAD. Kemudian saya dan Dini disuruh minum yang menuangkan minuman mereknya Tequila mereknya Jose Cuervo ke dalam gelas kosong adalah Ivan, akhirnya saya dan Dini minum.
Kemudian di dalam saya duduk disamping Dini, saya sambil nyanyi dan juga minum, Dini pun minum namun sepengetahuan yang saya lihat Dini hanya minum kurang lebih empat sampai lima shot (sloki) saja minumnya. Setelah itu teman Dinu ada yang pulang tidak lama kemudian akhirnya saya dan Dini juga pulang.
Pada saat saya dan Dini mau pulang si Ivan menyuruh bungkus sisa minuman Tequila mereknya Jose Cuervo, sisa 3 orang pria yang masih tinggal di dalam ruangan 7.
Kurang lebih di atas jam 00:00 Wib, Saya dan DINI turun di lift, pada waktu di lift tiba-tiba DINI marah-marah tidak jelas lalu berbuat kasar menampar dan memukul. Saya, kemudian saya menghalau DINI dengan tangan kiri untuk menjauh dari Saya sambil berkata " kamu mabuk ta?" sambil memukul kepala DINI sebanyak dua kali tetapi saya merasa memukulnya pelan.
Pada saat posisi lift sudah sampai di Basement cekcok masih terus berlanjut sehingga saya dan DINI berinisiatif untuk melihat CCTV yang ada di dalam lift dengan tujuan untuk melihat siapa yg memukul atau memulai pertengkaran duluan. Tanpa keluar dari lift, kami kembali ke It.3 untuk menanyakan rekaman CCTV kepada petugas Blackhole, dan mereka pun menjawab tidak memiliki akses untuk CCTV lift karena CCTV lift merupakan kewenangan pengelola mall.
Dengan jawaban tersebut kami kembali masuk lift berniat untuk ke pos security mall, namun sesampainya di It. G sudah sepi dan mall sudah tutup. Kami kembali naik ke Blackhole untuk dibantu melihat rekaman CCTV namun jawabannya tetap sama yaitu bukan wewenang Blackhole.
Akhirnya saya dan DINI turun basement menggunakan lift berencana untuk pulang. Kemudian dari lift DINI keluar duluan lalu berdiri bersandar di pintu kiri depan mobil sambil bermain HP dan setahu saya DINI masih melakukan voicenote dengan temannya. Saya berkata kepada Dini, "ayo mau ikut pulang atau tidak? Kalau mau ikut cepat masuk mobil". Tetapi perkataan saya tidak ditanggapi oleh Dini, sehingga saya langsung masuk ke mobil.
Setelah di dalam mobil, selang waktu beberapa detik saya menyalakan mesin mobil, sembari melihat keadaan sekitar melalui jendela dan kaca spion. Merasa keadaan sudah sepi dan saya tidak melihat adanya Dini, saya menjalankan mobil dengan posisi langsung memutar setir ke kanan. (Menurut olah TKP dan info dari penyidik pada saat itu Dini berada pada posisi duduk, serta CCTV menunjukkan pada saat itu badan Dini tidak terlihat dalam posisi berdiri di pintu depan kiri).
Pada saat mobil berjalan, saya merasa seperti melewati polisi tidur lalu saya melihat melalui kaca spion ada Dini dengan posisi tergeletak. Tidak ada pikiran bahwa saya melindas atau menabrak Dini. Saya mengira Dini melemparkan HP atau barang bawaannya ke mobil saya karena hal tersebut sudah sering terjadi ketika Dini sedang emosi yang mengakibatkan kerusakan pada mobil saya. Selain itu memang di tempat parkir basement tersebut ada banyak polisi tidur.
Melihat Dini tergeletak, say langsung turun melihat keadaan Dini, namun karena ada mobil yang mau keluar dan mobil saya berhenti melintang menghalangi jalur, saya pun kembali masuk mobil untuk memindahkan posisi mobil ke tempat kosong lalu saya turun lagi. Di posisi ini Dini tidak terlihat seperti orang yang kesakitan, tidak berteriak atau bahkan merintih.
Namun setelah menunggu hampir setengah jam tidak ada yang turun ke basement. Pada akhirnya saya dengan terpaksa memutuskan untuk memulangkan Dini kembali ke Apartemen Tanglin. Saya melipat kursi barisan tengah lalu memasukkan Dini melalui pintu belakang mobil Innova saya agar Dini bisa berbaring disana
Setelah sampai di lobby Apartemen saya meminjam kursi roda, mendudukkan Dini, lalu menitipkan Dini pada Security disana untuk diantarkan ke kamarnya. Kondisi Dini pada saat itu baik saja hanya terlihat mabuk aja. Saya membawa kunci apartemen Dini dan berniat untuk mengambil barang- barang saya yang masih tertinggal di dalam.
Saya masuk ke mobil untuk parkir lalu langsung pergi ke kamarnya. Pada saat di dalam kamar mengambil barang-barang saya, tiba-tiba ada security datang dan mengatakan bahwa kondisi Dini kritis dan tidak sadar. Seketika itu saya panik dan langsung turun ke lobby
Sesampainya di lobby, Dini tidak ada dan ternyata Dini dibawa ke ruangan Security dengan posisi masih duduk di kursi roda. Seketika itu juga saya terkejut melihat kondisi Dini yang lemas dan tidak sadarkan diri. Saya mendekatkan jari ke hidung untuk memeriksa nafas, namun ternyata nafasnya terasa lemah, dan dengan panik saya mencoba untuk melakukan CPR.
Merasa tidak ada respons, saya (Tersangka) lalu membawa Dini ke National Hospital untuk mencari pertolongan sambil ditemani oleh 1 orang security dan Bu Tias (broker apartemen / saksi yang ada di lobby Apartemen)
Sesampainya di National Hospital, saya langsung menuju ke IGD untuk mendapatkan pertolongan cepat. Petugas RS langsung menghampiri Dini yang masih berada di dalam mobil, dan melakukan pemeriksaan. Petugas RS menyatakan bahwa Dini sudah meninggal dan merujuk kami ke RSUD Dr.Sutomo untuk mendapatkan surat keterangan kematian.
"Bahwa berdasarkan kronologis yang sebenarnya diatas, Tim Kuasa Hukum tersangka GRT berdasarkan temuan Investigasi Lapangan perlu melakukan klarifikasi pemberitaan di Medsos agar masalah menjadi jelas dan tidak membias kemana-mana sehingga dapat mewujudkan keadilan dan kebenaran sejati,"
ujar Lisa Rahmat.
Diketahui, Dini Sera Afriyanti (29), perempuan cantik di Surabaya tewas usai dugem bersama teman kencannya di salah satu tempat hiburan malam yang ada di Jalan Mayjen Jonosewejo, Lakarsantri, Surabaya pada Rabu (4/10) malam. Ia tewas diduga akibat dianiaya oleh pasangan prianya bernama Gregorius Ronald Tannur. Gregorius sendiri disebut sebagai anak dari anggota DPR RI Komisi IV Fraksi PKB.
Dari laporan polisi dengan nomor LP/B/1077/X/2023/SPKT/POLRESTABES SURABAYA/POLDA JAWA TIMUR tertanggal 4 Oktober 2023, ibu dari Dini Sera Afriyanti telah melaporkan Gregorius Ronald Tannur dengan pasal 351 ayat 3 dan atau pasal 338 KUHP.