Dari dokter puskesmas, Budhi Setiawan jadi wakil bupati Banyumas
Merdeka.com - Jika Jakarta mempunyai Wakil Gubernur berasal dari etnis Tionghoa, Basuki Tjahaja Purnama atau biasa disapa Ahok, di Banyumas Jawa Tengah, juga memiliki Wakil Bupati berasal dari kalangan etnis Tionghoa.
Dialah Budhi Setiawan. Ia kini mendampingi Bupati Achmad Husein dalam menjalankan roda pemerintahan di Kabupaten Banyumas. Sosok Budhi Setiawan bagi kalangan masyarakat di Banyumas bukanlah sosok baru dalam dunia politik.
Budhi dikenal sebagai aktivis PDI Perjuangan. Bahkan kini ia menjabat sebagai Ketua Dewan Perwakilan Cabang (DPC) partai banteng bermoncong putih di Kabupaten Banyumas. Kariernya di bidang politik, sulit dipisahkan dari profesi yang telah digelutinya sejak tahun 1983 sebagai dokter.
-
Apa saja yang dilakukan Dokter Terawan? 'Prof Terawan Hanya melayani Tindakan Digital Substraction Angiography (DSA), dan Immunotherapy Nusantara,' kata Okta.
-
Bagaimana IDI mengatasi kurangnya dokter di daerah terpencil? 'Apresiasi dari daerah masih belum merata padahal biaya kebutuhan ekonomi di setiap daerah berbeda,' kata Adib.
-
Bagaimana dr. Soetomo membantu pasien yang tidak mampu? Soetomo dikenal sebagai dokter yang berjiwa sosial. Ia tidak menetapkan tarif khusus kepada para pasiennya. Caranya dengan meletakkan kotak untuk pembayaran sukarela. Sementara itu, pasien yang tidak mampu dibebaskan dari pembayaran. Bahkan, dokter Soetomo memberi mereka uang untuk membeli obat.
-
Kenapa kurangnya jaminan membuat dokter enggan bertugas di daerah terpencil? Kurang Meratanya Jumlah Dokter Adib menekankan bahwa kurangnya jaminan keamanan, keselamatan, serta kesejahteraan yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada para dokter dapat mengakibatkan ketidakmerataan distribusi tenaga medis di daerah yang sangat membutuhkannya.
-
Dimana dr. Soetomo bertugas sebagai dokter? Selanjutnya, ia bekerja sebagai dokter pemerintah di berbagai daerah di Pulau Jawa dan Sumatera.
-
Kenapa Gus Anom fokus di daerah terpencil? 'Karena di Jakarta sudah banyak ustaz, dai dan kyai. Kalau di daerah masih jarang. Saudara-saudara kita yang muslim, yang tinggal di daerah-daerah itu sangat butuh para guru agama. Makanya, saya hampir sebulan sekali itu ke Papua.'
"Sejak lulus dari Fakultas Kedokteran Unpad tahun 1983, saya ditugaskan di Desa Gandatapa, Sumbang, Banyumas yang terpencil. Dari sana saya sering blusukan melihat dari dekat kondisi masyarakat di desa terpencil yang saat itu tidak ada penerangan," ucapnya saat dihubungi Merdeka.com beberapa waktu lalu.
Bertugas di daerah minim fasilitas, tak membuatnya lelah untuk menolong sesama tanpa membeda-bedakan golongan dan suku. Perasaan untuk menolong sesama, diakuinya, sudah tertempa sejak zaman kuliah dalam berbagai kegiatan dan organisasi sosial yang digelutinya.
"Sejak kecil, saya tinggal membaur dengan masyarakat asal, bahkan saya juga bersekolah di sekolah nasional hingga universitas dan pernah tinggal dalam satu asrama bersama berbagai orang dari suku yang ada di Indonesia," ujar pria kelahiran Banyumas 29 Juli 1953.
Pada zaman Orde Baru, suami Linawati ini mengaku sangat sulit mendapatkan akses dalam karier dan pendidikan. Sejak menjadi PNS setelah ditempatkan menjadi dokter, Budhi tidak pernah membayangkan jabatan yang tinggi.
"Dulu saya hanya berpikir menjadi dokter puskesmas saja. Sebab untuk melanjutkan sekolah spesialis sangat sulit apalagi mendapatkan karier menjadi kepala dinas," jelas mantan Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Banyumas dan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) cabang Banyumas ini.
Aktivitas politiknya bersama partai, kala itu pun sudah mulai terjalin dengan melakukan advokasi. Diakuinya, membela rakyat berada di bawah penindasan tanpa melihat latar belakang golongan agama dan ras telah dilakukannya sejak lama. Budhi yang masih membuka praktik dokter di rumahnya mengaku bahagia bisa menolong sesama dalam pelayanan kesehatan.
"Suatu kali saya pernah kedatangan pasien tukang becak yang sakit. Saat itu, tukang becak tersebut tidak memiliki uang dan saya bilang supaya tidak usah membayar. Perasaan tersebut karena didorong rasa iba, karena saya berpikir kalau dia tidak sehat bagaimana bisa menghidupi keluarganya," jelasnya yang pernah menjadi Ketua Komisi D DPRD Banyumas.
Bagi Budhi, dunia politik merupakan sesuatu yang tabu untuk digeluti. Kondisi tersebut berkebalikan dengan kebanyakan mayoritas etnis Tionghoa yang lebih memilih menjauhi dunia politik.
"Sampai saat ini memang masih banyak orang Tionghoa memandang politik itu menakutkan dan tidak menarik. Tetapi dengan adanya pembuktian contoh politikus dari kalangan etnis Tionghoa, sudah saatnya pikiran tersebut diubah," ujarnya.
Dia bahkan berharap dari kalangan etnis Tionghoa sendiri bisa melakukan pembauran secara total sebagai sebuah negara yang plural dalam kebhinekaan. Selain itu, ia berharap pembauran akan merekatkan persatuan dan kesatuan bangsa.
"Kalau berkaca pada Banyumas sendiri, selama ini tidak pernah ada pembeda dalam masyarakatnya. Cablaka sebagai ciri khas Banyumas juga dimiliki warga baik pribumi maupun Tionghoa. Sehingga semua suku yang tinggal di sini bisa merasakan Banyumas yang terbuka dan apa adanya," jelas pengagum Soekarno, Sugijapranat dan IJ Kasimo.
Ketiga tokoh tersebut, jelasnya, telah menanamkan indahnya perbedaan yang menjadi landasan utama berdirinya Indonesia. Menurutnya, tanpa adanya fondasi perbedaan tersebut, kebhinekaan di Indonesia tidak akan bisa terwujud. (mdk/has)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ia punya prinsip hidup jadi dokter bukan jalan untuk kaya raya.
Baca SelengkapnyaNamanya dianggap terlalu Jawa hingga tidak diizinkan sekolah di institusi pendidikan milik Belanda
Baca SelengkapnyaSejak kecil Ia dikenal sebagai sosok yang cerdas dengan bersekolah di lembaga pendidikan bonafide.
Baca SelengkapnyaMeski lahir dari kalangan keluarga sederhana kini ia jadi sosok sukses yang terpandang di Tanah Air.
Baca SelengkapnyaIDI mengungkapkan tidak seimbangnya rasio dokter umum dan spesialis di Indonesia sangat berdampak terhadap kualitas kesehatan di setiap daerah.
Baca SelengkapnyaKepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Banyuwangi, 23-24 Agustus 2023.
Baca SelengkapnyaWalau berasal dari keluarga tak mampu, seorang prajurit TNI kini berhasil menyandang gelar doktor.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan mantan Panglima TNI kaget dengan penampilan seorang pemuda yang berpenampilan sederhana namun ternyata seorang Polisi.
Baca SelengkapnyaDokter Lie rela tinggal berminggu-minggu di tengah hutan belantara Papua demi melayani pasien.
Baca SelengkapnyaPenyakit pes pernah melanda Jawa pada awal abad ke-20, dr Cipto Mangunkusumo adalah pahlawan karena mengobati pribumi yang terjangkit penyakit pes.
Baca SelengkapnyaMenkes menyebut idealnya per 1.000 penduduk di Indonesia ada satu dokter yang menangani
Baca SelengkapnyaSemasa hidupnya, dokter ini menaruh perhatian penuh pada masalah-masalah sosial masyarakat
Baca Selengkapnya