Desak Reformasi Agraria, Ribuan Massa PMII Jember Turun ke Jalan
Merdeka.com - Ribuan kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jember, turun ke jalan pada Rabu (25/09) ini. Mereka mengkritik Rancangan Undang-Undang (RUU) Pertanahan karena dinilai tidak berpihak pada rakyat kecil. Massa juga mengkritik komitmen bupati Jember yang dianggap kurang membela nasib petani cilik.
Membawa berbagai macam spanduk, massa PMII dari berbagai universitas tersebut, menggelar longmarch dari depan kampus Universitas Jember menuju depan kantor bupati Jember.
Aksi sempat memanas karena massa menuntut untuk bisa bertemu Bupati Jember. "Bupati tidak pernah berani bertemu setiap ada demonstrasi yang memperjuangkan nasib rakyat," ujar Nurul Hidayah, koordinator aksi demonstrasi PMII Jember kali ini.
-
Kenapa polisi bakar polisi? 'Yang menjadi catatan dari peristiwa ini adalah pertama motif. Motifnya adalah saudara Briptu Rian sering menghabiskan uang belanja yang harusnya dipakai untuk membiayai hidup ketiga anaknya, mohon maaf, ini dipakai untuk main judi online,' ujarnya, Minggu (9/6).
-
Siapa yang bakar polisi? Dalam kasus ini, Briptu FN sendiri telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Penyidik Reknata Ditreskrimum Polda Jatim. Ia pun dijerat dengan pasal tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
-
Apa yang dibakar massa? Tampak beberapa massa sedang membakar motor. Tak jelas motor siapa yang dibakar, yang jelas motor yang dibakar tak hanya satu.
-
Siapa yang terlibat keributan? 'Minggu (7/7), terjadi perselisihan antara saudara MK dan DN di salah satu acara hajatan di wilayah hukum Polsek Majalaya,' demikian dikutip dari keterangan video.
-
Bagaimana polisi mengatasi kedua pria yang ribut? Demi mengembalikan kesadaran para pelaku, polisi pun melakukan tindakan. Keduanya diguyur air kolam yang berlokasi di kantor setempat.
-
Apa yang dibakar polisi? 'Yang menjadi catatan dari peristiwa ini adalah pertama motif. Motifnya adalah saudara Briptu Rian sering menghabiskan uang belanja yang harusnya dipakai untuk membiayai hidup ketiga anaknya, mohon maaf, ini dipakai untuk main judi online,' ujarnya, Minggu (9/6).
Sempat terjadi insiden kecil, ketika polisi memaksa memadamkan aksi bakar ban yang dilakukan mahasiswa. Namun tensi memanas tersebut berhasil diredakan segera oleh pimpinan dari kedua belah pihak.
Meski sehari sebelumnya pemerintah pusat berjanji menunda pembahasan beberapa regulasi kontroversial termasuk RUU Pertanahan, mereka merasa jawaban tersebut belum memuaskan.
"Kami mendesak agar pemerintah pusat, dalam melakukan pembahasan RUU Pertanahan ke depan, harus lebih mendengarkan aspirasi masyarakat," ujar mahasiswa IAIN Jember ini.
Di tingkat lokal, PMII Jember mendesak Pemkab Jember memperbaiki regulasi perizinan tanah agar tidak merugikan masyarakat di sekitar. "Sejauh ini dari beberapa kasus pembukaan tambang yang ada di Jember, perizinannya masih amburadul. Lebih menguntungkan investor ketimbang rakyat kecil," lanjut Nurul.
Karena itu, massa PMII menyoroti pembentukan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten Jember serta Gugus Tugas Reforma Agraria (GTRA) yang ada di Jember. "Kami mendesak bupati Jember memenuhi komitmennya membela rakyat, dengan segera membentuk Gugus Tugas Reforma Agraria (GTRA) di Jember, sebagai turunan dari Reformasi Agraria," papar Nurul.
Aksi tersebut bubar setelah mahasiswa meletakkan berbagai macam spanduk tuntutan di depan kantor Bupati Jember. "Mohon teman-teman tertib, jangan sampai ada tanaman yang rusak karena spanduk kita," ujar salah satu koordinator massa melalui pengeras suara saat mengingatkan rekan-rekannya.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saling dorong yang terjadi membuat pagar balai kota akhirnya jebol. Sebagian massa tampak masuk ke kompleks balai kota. CCTV, tanaman dan paving block dirusak.
Baca SelengkapnyaMereka coba kembali mendekati gedung DPRD sambil melempar botol, kayu dan batu.
Baca SelengkapnyaPolisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa. Tak berselang lama, satu unit pete-pete terbakar tepat di depan halte Unibos Makassar.
Baca SelengkapnyaDi sisi kanan, massa membakar ban bekas dan melemparkan botol-botol ke arah barikade petugas yang berada di dalam kawasan Gedung DPR/MPR.
Baca SelengkapnyaPolisi dan mahasiswa saling halau. Mahasiswa yang mundur ke depan kampung Universitas Diponegoro menghalau polisi kembali ke Gedung DPRD Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaRatusan mahasiswa ini menyuarakan penolakan terhadap revisi Undang-Undang Pilkada.
Baca SelengkapnyaDelapan mahasiswa yang melakukan demo ditetapkan polisi sebagai tersangka.
Baca SelengkapnyaSpontan anggota yang lain langsung melindunginya dengan tameng plastik dan diarahkan menjauh dari lokasi.
Baca SelengkapnyaDemo yang dilakukan mahasiswa Universitas Pancasila , Selasa (27/2) sempat diwarnai aksi blokade Jalan Raya Srengseng Sawah yang memicu kemacetan.
Baca SelengkapnyaDemo berlangsung ricuh hingga malam hari. Tembakan gas air mata membuat udara di sekitar lokasi demo membikin sesak dan perih di mata.
Baca SelengkapnyaKehadiran mereka disambut sejumlah mahasiswa yang masih bertahan di sekitar gedung DPR/MPR.
Baca SelengkapnyaDemonstrasi terkait RUU Pilkada di Semarang berakhir ricuh. Puluhan mahasiswa harus dirawat di rumah sakit dan puluhan lainnya ditahan polisi
Baca Selengkapnya