DPR Desak Pemerintah Tetapkan Status Siaga Virus Corona
Merdeka.com - 27 Orang dinyatakan positif virus corona atau COVID-19. Pemerintah diminta tetapkan status siaga dan waspada penyebaran virus corona tersebut.
Anggota Komisi IX DPR, Saleh Partaonan Daulay memandang, Pemerintah perlu menetapkan status siaga dan waspada COVID-19. Penyebaran COVID-19 menimbulkan keresahan, tidak saja di Indonesia, tapi juga masyarakat internasional.
"Sejak awal virus ini merebak, sudah sepatutnya pemerintah kita menerapkan status siaga dan waspada," ujar Saleh, saat dihubungi, Selasa (10/3).
-
Kenapa Covid Pirola dikhawatirkan? Varian baru virus corona bernama Pirola tengah menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia. Varian BA.2.86, yang dijuluki 'Pirola', adalah varian baru Omicron yang bermutasi dan memicu lonjakan kasus baru. Pirola memiliki lebih dari 30 mutasi penting, menurut Scott Roberts, spesialis penyakit menular Yale Medicine dikutip dari Al-Jazeera.
-
Mengapa masyarakat diminta waspada? BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga yang ditetapkan sejak November 2020.
-
Kenapa DPR minta Imigrasi perketat pengawasan di Bali? Selanjutnya, Sahroni juga meminta Ditjen imigrasi Kemenkumham agar meningkatkan operasi Tim Pora atau Tim Pengawasan Orang Asing dengan baik, sehingga insiden yang sama tidak terjadi lagi.
-
Kenapa demam berdarah jadi masalah di Indonesia? Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang banyak dialami oleh masyarakat Indonesia.
-
Gimana DPR mau imigrasi perketat pengawasan di Bali? “Seperti yang kita ketahui, Imigrasi punya yang namanya Tim Pora, di mana mereka bisa melakukan operasi dengan dibantu unsur Polri, TNI, Naker dan instansi terkait lainnya. “Nah, menurut saya imigrasi perlu memastikan tim ini meningkatkan kinerjanya dengan lebh sering operasi, demi menindak WNA-WNA arogan yang meresahkan masyarakat ini,“ sambungnya.
-
Siapa yang terdampak wabah ini? Dalam beberapa hari terakhir, China dihantui lonjakan penyakit pernapasan misterius di kalangan anak-anak di sepanjang wilayah utara, menciptakan kekhawatiran di kalangan masyarakat.
Menurut dia, hingga kini vaksin COVID-19 belum ditemukan. Berdasarkan fakta ini, wajar bila Indonesia siaga dan waspada.
"Virus ini telah membawa keresahan di banyak negara. Selain itu, vaksin dan obat untuk mengatasinya belum ditemukan. Tentu sangat wajar jika semua elemen masyarakat disiagakan dan ditingkatkan kewaspadaannya," ujarnya.
Wakil Ketua fraksi PAN ini pun menyoroti sarana pendukung dalam penanganan COVID-19. Salah satunya ketersediaan alat pelindung diri (APD) bagi petugas medis.
"Pemerintah semestinya sudah mempersiapkan perlengkapan penting seperti APD. Apalagi, sudah jelas ada 19 orang yang positif terjangkit virus Corona. Alat pelindung diri (APD) itu harus diperlukan agar mereka yang mengurus pasien dalam pengawasan tetap aman," tegas dia.
Terkait hal tersebut, dia mengomentari kejadian di Garut, Jawa Barat. Sebelumnya diberitakan, imbas dari habisnya APD, petugas di Garut menggunakan jas hujan ketika mengantar Pasien Dalam Pengawasan (PDP).
"Kan pemerintah menyebut bahwa penanganan terhadap pasien dan suspek dilakukan berdasarkan standar WHO. Kalau tidak ada APD seperti ini, apakah itu masih sesuai standar WHO?" ungkap dia.
Dalam konteks itu, lanjut Saleh, pemerintah diminta untuk menyiapkan kebutuhan dan alat-alat yang diperlukan dalam menangani masalah virus corona. Alat-alat itu mestinya sudah ada di seluruh Rumah Sakit rujukan yang ditunjuk. Dengan begitu, tidak perlu lagi merujuk ke rumah sakit lainnya.
Saleh menambahkan, imbauan bahwa hanya orang sakit saja yang mengenakan masker sudah kurang relevan. Orang sehat, kata Saleh, juga membutuhkan masker. Karena itu, dia mendesak pemerintah untuk mengatasi kelangkaannya dari pasaran.
"Sebab, orang sehat pun tetap membutuhkan masker. Terutama saat mereka mendatangi kerumunan dimana banyak orang yang tidak diketahui riwayatnya apakah pernah kontak dengan orang yang terjangkit atau tidak," terang dia.
"Lagian, pemerintah kan tidak bisa melarang siapa pun pakai masker. Termasuk orang sehat. Sebab, tidak aturan yang melarang hal tersebut," imbuhnya.
Sementara itu, Anggota Komisi IX Kurniasih Mufidayati mengatakan, sejauh ini, Indonesia sesungguhnya sudah ada dalam situasi siaga COVID-19.
"Setahu saya, saat ini sudah dalam siaga darurat COVID-19. Tapi tidak ada siaga 1, 2 dan seterusnya. Sekarang pemerintah sudah mengeluarkan 5 protokol untuk penanganan COVID-19. Ikuti saja protokol tersebut," kata dia.
Terkait adanya kabar petugas yang menggunakan jas hujan karena ketiadaan APD, politikus PKS ini mengaku harus memastikan kebenarannya sebelum berkomentar.
"Kalau benar terjadi, Kemenkes harus segera mengatasi masalah ketersediaan APD di semua Faskes (Fasilitas Kesehatan)," tandasnya.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat. Kenaikan terjadi sejak dua pekan terakhir saat Singapura dihantam lagi badai Covid-19.
Baca SelengkapnyaTren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Puan meminta Pemerintah untuk menjalin kerja sama dengan negara-negara lain, termasuk Afrika.
Baca SelengkapnyaSelesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.
Baca SelengkapnyaPengadilan Negeri (PN) Bandung, mengabulkan praperadilan yang diajukan oleh Pegi Setiawan.
Baca SelengkapnyaKarena tidak punya saksi tidak memenuhi permintaan uang tersebut.
Baca SelengkapnyaBudi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca SelengkapnyaJokowi para kabinetnya untuk berkaca pada pengalaman penanganan pandemi covid.
Baca Selengkapnya