Gubernur Edy Rahmayadi: 48 Persen Petani di Sumut Sudah Alih Profesi
Merdeka.com - Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi, mengatakan sebanyak 48 persen petani di Sumut telah beralih profesi. Banyak di antara mereka memilih bekerja ke kota demi mendapatkan penghasilan yang lebih baik.
"Desanya (pertanian) luar biasa dan terbuka lebar, ada kekhawatiran saya, 48 persen petani-petani sudah tidak punya kepandaian (bertani). Karena rata-rata dia datang ke kota jadi pekerja bangunan, industri, dan lainnya," kata Edy saat memberikan pidato di Aula Tengku Rizal Nurdin, Kota Medan, Senin (12/9).
Menurut Edy, banyaknya petani yang beralih profesi lantaran penghasilan dari pertanian jauh dari harapan. Untuk mendapatkan penghasilan tambahan, para petani pun lebih memilih beralih profesi.
-
Bagaimana Pemkot membantu para petani? Pemerintah melalui PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan), membantu mulai dari media tanam, bibit, pupuk, hingga instalasi hidroponik.
-
Mengapa petani di Eropa beralih ke pertanian? Salah satu kemungkinan adalah mereka melihat gaya hidup baru ini menawarkan sumber daya yang lebih dapat diprediksi.
-
Bagaimana cara Sulsel meningkatkan kesejahteraan petani? Budidaya pisang cavendish ini merupakan solusi untuk peningkatan kesejahteraan para petani.
-
Siapa yang merintis pekerjaan sebagai petani di Sukomakmur? Walaupun warga asli Sukomakmur, namun Lihun merasakan betul bagaimana sulitnya merintis pekerjaan sebagai petani.
-
Dimana daya beli petani Sulut membaik? Daya beli petani di Sulawesi Utara membaik di Bulan Oktober 2023.
-
Kenapa petani milenial ini memilih bertani pepaya? 'Ternyata di pepaya itu lebih menjanjikan dibandingkan dulu waktu masih di peternakan,' ungkap Aksin.
"Bagaimana mau jadi petani miskin terus. Tak kaya-kaya, tidak bisa menyekolahkan anak," ungkapnya.
Minta Bank Sumut Membantu
Edy mengaku telah menyarankan agar Bank Sumut memberikan pinjaman kepada para petani untuk modal pertaniannya melalui kredit usaha rakyat (KUR).
"Dalam forum ini kita perbaiki semua. Petani itu tidak boleh miskin. Bank Sumut itu saya tekan sampai 2 persen bunganya saja (per tahun)," ujarnya.
Namun yang menjadi kendala adalah pengetahuan petani untuk menggunakan KUR secara digital. Mereka lebih memilih meminjam uang kepada para tengkulak meskipun dengan bunga 3 persen per hari.
"Akhirnya lebih enak sama tengkulak. Dia tidak tahu, petani itu, 3 persen per hari. Ini KUR cuma 2 persen per tahun," jelas Edy.
Tidak sampai di situ, Edy juga menyatakan bahwa penyebab inflasi mencapai 5,3 persen dan kenaikan harga kebutuhan bahan pokok di Sumut lantaran ulah para tengkulak.
"Saya harap tengkulak-tengkulak ini minggir. Ini mengganggu inflasi saya pula. Ini pula masalah baru saya. Waktu saya tentara ini tidak pakai ilmu (inflasi) begitu," pungkasnya.
(mdk/yan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menurutnya, membuka usaha dapat memberikan penghasilan berlipat dibanding ASN dengan gaji standar.
Baca SelengkapnyaJumlah petani di Indonesia juga terus mengalami penurunan dalam 10 tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaKondisi ini menjadi salah satu faktor rendahnya produktivitas pertanian di Tanah Air.
Baca Selengkapnya"Kalau pada masa Orde Baru, 65 persen pekerja dari sektor pertanian. Sekarang 25 persen."
Baca SelengkapnyaSebelum terjun ke dunia pertanian, Makmur merantau ke Jepang dan bekerja di bidang manufaktur.
Baca SelengkapnyaSandjoko menjadi pegawai BUMN selama 33 tahun. Setelah pensiun, ia memutuskan untuk jadi petani di kampungnya.
Baca SelengkapnyaSusno Duadji memamerkan hasil panen biji kopi dan bangga dengan para lulusan S1 Dan S2 yang memilih untuk menjadi petani.
Baca SelengkapnyaAngka pengangguran di Sumsel pada Februari 2024 sebesar 3,97 persen atau turun sebesar 0,56 persen poin dibanding bulan Februari 2023.
Baca SelengkapnyaWalaupun warga asli Sukomakmur, namun Lihun merasakan betul bagaimana sulitnya merintis pekerjaan sebagai petani.
Baca SelengkapnyaLokasi ini merupakan kampanye yang kedelapan sejak dimulainya Kampanye Akbar, pada 21 Januari 2024.
Baca SelengkapnyaTerutama bagi petani yang menggarap lahan kecil. Mereka masih menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Baca SelengkapnyaPadahal, generasi milenial memiliki potensi besar dalam mewujudkan program ketahanan pangan melalui pemanfaatan teknologi digital.
Baca Selengkapnya