Habitat rusak, puluhan orangutan Kalimantan rusak kebun sawit
Merdeka.com - Orangutan sub spesies Kalimantan Tengah (Pongo Pygmaeus Wrumbii), sepekan terakhir ini dilaporkan kerap memasuki dan merusak kebun sawit warga di desa Tuwung, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah.
Warga sempat mengeluarkan ancaman untuk mengambil tindakan sendiri untuk menghadapi ulah satwa primata itu.
-
Kenapa orang utan raksasa ini muncul di permukiman warga? Kehadiran orang utan di permukiman warga pun sontak memantik beragam spekulasi di tengah masyarakat. Dalam kolom komentar unggahan, tak sedikit yang beranggapan bahwa orang utan tersebut telah kehilangan rumah akibat penebangan hutan secara besar-besaran. Apalagi orang utan merupakan hewan yang banyak menghuni kawasan hutan di kawasan Kalimantan.
-
Kenapa Orangutan terancam punah? Orangutan, spesies kera besar Asia yang unik, kini menghadapi ancaman kepunahan karena kehilangan habitat secara dramatis, pembunuhan ilegal, dan kebakaran hutan.
-
Siapa yang mengancam warga? 'Setelah kami periksa secara maraton, kami tingkatkan ke penyidikan dan sudah ditetapkan sebagai tersangka,' ungkap Kasatreskrim Polrestabes Palembang AKBP Haris Dinzah, Selasa (19/12). Tersangka Bripka ED dijerat Pasal 335 KUHP tentang perbuatan tidak menyenangkan dengan ancaman paling lama satu tahun penjara.
-
Apa yang dilakukan warga saat menangkap ular? Warga hanya menggunakan tali tambang dan kain lap untuk menangkap ular yang bertenaga besar itu dan agar tidak lepas dari pegangan.
-
Mengapa orang utan mengeluarkan suara? Sementara itu, orang utan betina di Sumatra mengeluarkan suara yang dikenal sebagai 'kiss squeaks' dan 'rolling calls' untuk memperingatkan orang utan lain dari pemangsa potensial.
-
Apa yang terjadi pada anak orangutan? 'Tim di lapangan berhasil evakuasi induknya hari Sabtu sekitar jam 9 pagi. Tapi anaknya, saat tim mengevakuasi, memisahkan diri dari induknya dan masuk cepat ke dalam hutan,' kata Kepala BKSDA Kalimantan Timur, Ari Wibawanto, dikonfirmasi merdeka.com, Senin (25/9).
Laporan warga desa Tuwung berulang kali diterima petugas yayasan Borneo Orangutan Survival (BOS) Nyaru Menteng. BOS Nyaru Menteng, yang memang memiliki wilayah kerja se-Kalimantan Tengah itu, memang dikenal masyarakat seringkali menangani keberadaan orangutan.
"Yang masuk dan merusak tanaman sawit muda di kebun warga itu, mencapai puluhan individu orangutan," kata Juru Bicara Yayasan BOS Nyaru Menteng, Monterado Fridman, saat dikonfirmasi merdeka.com, Senin (14/3) malam.
Dia menjelaskan, penanganan laporan warga itu sementara belum tertangani, lantaran petugas BOS dan BKSDA Kalteng, tengah melakukan penyelamatan orangutan lainnya, yang juga masih berada di wilayah kabupaten Pulang Pisau.
"Orangutan yang dilaporkan itu, kami duga sebelumnya memang bertempat tinggal di hutan, di belakang atau di sekitar desa Tuwung, sebelum dibuka dan berubah menjadi kebun sawit warga. Desa itu dan sekitarnya memang menjadi kawasan padat populasi orangutan liar," ujar Fridman.
"Terlebih lagi, kebakaran hutan dan lahan tahun 2015 lalu, juga membakar habis hutan tempat tinggal orangutan di Desa Tuwung. Tentu, info masyarakat ini, sudah kami sampaikan ke BKSDA, yang memiliki kewenangan untuk mengamankan orangutan itu," tambahnya.
Dijelaskan Fridman, di kabupaten Pulang Pisau, dalam setahun terakhir, begitu banyak orangutan yang telah diselamatkan dan dipindahkan ke hutan yang relatif lebih aman, misalnya di Taman Nasional Sebangau (TNS).
"Cuma memang, kapasitas TNS ini, sudah cukup padat. Dimana sekarang, sudah ada sekitar 6.000 individu orangutan menempati TNS. Ini nantinya yang akan menyulitkan ke depannya, apabila harus memindahkan orangutan-orangutan liar dari wilayah kabupaten Pulang Pisau," terangnya.
Masih menurut Fridman, sempat terungkap ancaman dari warga desa, apabila tidak ada penanganan segera terhadap orangutan yang dinilai meresahkan itu, warga mengambil tindakan sendiri.
"Mereka tahunya kami, penyelamat orangutan, padahal kan bukan. Tapi setelah kami berikan penjelasan dan upaya persuasif bahwa orangutan itu dilindungi undang-undang, mereka memahami," sebutnya.
"Kami sekarang terus koordinasikan ke BKSDA Kalteng, menangani laporan warga ini. Kebetulan sekali saat ini, juga sedang ada penyelamatan orangutan lainnya," pungkas Fridman.
(mdk/ren)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Video seekor orang utan raksasa tiba-tiba muncul di permukiman warga viral di media sosial.
Baca SelengkapnyaDengan mengenal fakta-fakta orang utan, kita tidak hanya akan memperkaya pengetahuan terhadap hewan ini, tapi juga membangun kesadaran untuk melindungi mereka.
Baca SelengkapnyaMenurut Atep, turunnya ratusan monyet dari bukit Tawilis diduga tidak ada makanan di habitatnya sehingga kemudian turun menyerang dan menjarah lahan warga.
Baca SelengkapnyaBanyak yang bisa dilakukan bagi konservasi Orangutan pada program ini.
Baca SelengkapnyaTanggal 19 Agustus diperingati sebagai Hari Orangutan Sedunia.
Baca SelengkapnyaKejadian penyerangan harimau sumatera terhadap warga di Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung ini bukan yang pertama kalinya.
Baca SelengkapnyaSebuah kawasan yang menjadi tempat konservasi Orang utan ini terdapat beberapa kegiatan penelitian untuk ilmu pengetahuan dan lain sebagainya.
Baca SelengkapnyaSalah satu taman nasional yang berada di lintas provinsi dan kabupaten ini menjadi kawasan habitat orang utan beserta jenis makhluk hidup lainnya.
Baca SelengkapnyaSemua anggota BKSDA dan FZS Jambi sudah dievakuasi ke kantor polisi terdekat.
Baca SelengkapnyaPenembakan peluru karet itu telah sesuai prosedur setelah dilakukan imbauan dan tembakan gas air mata.
Baca SelengkapnyaApapun latarbelakangnya, pembunuham hewan dilindungi melanggar undang-undang.
Baca SelengkapnyaTagar 'All Eyes on Papua' menggema di media sosial setelah 'All Eyes on Rafah' digemakan oleh warganet untuk menyuarakan empati untuk warga Palestina.
Baca Selengkapnya