Jarak Pandang Tertutup Kabut Asap, Lion Air Gagal Landing di Palembang & Putar Arah ke Batam
Tiba-tiba jarak pandang berkurang diduga akibat pengaruh angin yang membawa asap di sekitar bandara.
Jarak pandang berkurang diduga akibat pengaruh angin yang membawa asap di sekitar bandara.
Jarak Pandang Tertutup Kabut Asap, Lion Air Gagal Landing di Palembang & Putar Arah ke Batam
Pesawat Lion Air nomor penerbangan JT-143 gagal mendarat di Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang dan harus dialihkan ke Bandara Hang Nadim Batam, Kepulauan Riau. Penyebabnya karena jarak pandang terganggu akibat kabut asap.
Pesawat Lion Air rute Pangkal Pinang-Palembang itu take off dari Pangkal Pinang, Selasa (31/11) pukul 11.05 WIB dan mestinya landing di Palembang pukul 11.50 WIB. Pesawat itu mendarat tanpa ganggung di Bandara Batam pukul 12.24 WIB.
Saat pesawat akan mendarat, jarak pandang di Bandara SMB II Palembang di bawah 800 meter sehingga pilot memutuskan melakukan pengalihan demi keselamatan dan keamanan penerbangan.
"Pesawat Lion Air JT-143 harus dialihkan ke Batam karena jarak pandang di Bandara SMB II terganggu, kurang dari 800 meter."
Executive General Manager PT Angkasa Pura II KC Bandara Internasional SMB II Palembang R Iwan Winaya Mahdar.
Iwan menjelaskan, beberapa saat sebelum pesawat landing, jarak pandang masih berada di angka 1 km. Tiba-tiba jarak pandang berkurang diduga akibat pengaruh angin yang membawa asap di sekitar bandara.
Terganggunya penerbangan di Palembang untuk kali pertama terjadi selama merebaknya kebakaran hutan dan lahan pada pada musim kemarau tahun ini. Iwan menyebut visibility di Bandara Palembang sudah normal di radius 4 km.
"Informasinya, pesawat Lion Air yang dialihkan sudah take off dari Batam menuju Palembang," kata Iwan.
Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), konsentrasi partikulat atau PM 2.5 berada di angka 186.90 Ugram/m3 pada 07.00 WIB. Kemudian, pada 08.00 WIB, PM 2.5 kembali melonjak di angkat 347.00Ugram/m3, lalu sejam kemudian PM 2.5 sudah melebihi angka 300 Ugra/m3 sehingga kualitas udara di Palembang menjadi hitam atau pada level berbahaya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sumsel M Iqbal Alisyahbana mengakui kabut asap masih menyelimuti udara di Palembang akibat karhutla di Ogan Komering Ilir dan Ogan Ilir yang belum juga padam. Pemadaman sulit dilakukan karena kondisi kawasan terbakar merupakan lahan gambut dan air di kanal telah mengering.
Api baru dapat dipadamkan dengan cara diguyur hujan. Untuk mempercepat terjadinya hujan, Teknik Modifikasi Cuaca (TMC) diperpanjang hingga 4 November 2023.
Agar hasilnya optimal, TMC tak hanya melakukan penyemaian garam, tetapi juga menggunakan kapur tohor yang berfungsi mengikap asap. Kapur tohor ini disemaikan pada sorti pertama dan sorti kedua baru disemaikan garam.