Penampakan Langit Biru dan Pelangi di Pekanbaru saat Kabut Asap Hilang Diguyur Hujan
Saat ini kondisi langit di Pekanbaru yang awalnya disebut tidak sehat, kini sudah biru dan status udara dinyatakan sehat.
Saat ini kondisi langit di Pekanbaru yang awalnya disebut tidak sehat, kini sudah biru dan status udara dinyatakan sehat.
Penampakan Langit Biru dan Pelangi di Pekanbaru saat Kabut Asap Hilang Diguyur Hujan
Kabut asap kiriman dari Sumatera Selatan dan Jambi ke Pekanbaru langsung hilang usai diguyur hujan Rabu (11/10). Saat ini kondisi langit di Pekanbaru yang awalnya disebut tidak sehat, kini sudah biru dan status udara dinyatakan sehat.
Dari data BMKG menyebutkan bahwa konsentrasi partikulat (PM2.5) di Kota Pekanbaru menunjukkan warna biru atau terbilang sedang. Data indeks pencemaran udara (ISPU) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) juga menyebut kondisi yang sama.
Forecaster on Duty BMKG stasiun Pekanbaru Mia Vadilla mengatakan, hujan mengguyur Riau pada pagi hari dan akan berlangsung hingga dini hari besok.
"Hujan bersifat tidak merata, hanya terjadi di sebagian wilayah Riau saja," ujar Mia Vadilla, Rabu.
Menurut Mia, pagi hari potensi hujan dengan intensitas ringan terjadi tidak merata di sebagian wilayah Kabupaten Bengkalis, Rokan Hulu, dan Kota Dumai.
Kemudian, siang hari potensi hujan terjadi tidak merata di sebagian wilayah Kabupaten Kampar dan Indragiri Hulu.
Sementara sore hingga malam hari potensi hujan terjadi di sebagian Kampar, Rokan Hulu, Kuantan Singingi, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Pelalawan, Bengkalis, Rokan Hilir, Siak, Kota Dumai, dan Kota Pekanbaru.
"Sedangkan dini hari potensi hujan terjadi di sebagian wilayah Kabupaten Kampar, Siak, Bengkalis, Rokan Hulu dan Kuantan Singingi," ucap Mia.
Antisipasi Karhutla di Riau
Gubernur Riau Syamsuar mengatakan bahwa antisipasi Karhutla di Riau telah dilaksanakan sejak awal tahun dengan penetapan status siaga darurat Karhutla dan pembentukan satgas karhutla Provinsi Riau tanggal 13 Februari 2023 melalui Keputusan Gubernur Riau.
Menurut Syamsuar, dampak El Nino juga mengakibatkan peningkatan jumlah hotspot di Riau. Meski demikian selama periode 1 September sampai dengan 8 Oktober 2023, hotspot atau titik panas di Riau terpantau 660 titik. Jumlah ini relatif lebih sedikit dibanding Provinsi Jambi 1.298 titik dan Sumatera Selatan (8.911).
Pemprov Riau bersama Satgas Karhutla telah melakukan upaya proaktif mulai dari antisipasi pencegahan, penanggulangan hingga penindakan.
Upaya ini telah dilakukan dari awal tahun secara berkesinambungan bersama instansi terkait.
Antisipasi yang dilakukan melalui Pergub Penetapan Siaga Karhutla dan Pergub Pembentukan Satgas Karhutla. Kemudian, deteksi dini melalui aplikasi karhutla yang tersedia, melibatkan lebih dari 17 ribu personel lapangan.
Kemudian memperkuat satgas udara, penyiapan 525 unit sumur bor, 9.672 unit sekat kanal, 1.546 unit embung, 817 unit pomoa pemadam, 1.499 roll selang pemadam.
"Selain itu, juga melakukan penyuluhan, menyebarkan maklumat karhutla, pemasangan spanduk, FGD, patroli dan apel siaga untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan," kata Syamsuar.
Dia menjelaskan operasi teknologi modifikasi cuaca sudah dilaksanakan sebanyak 6 periode, pemadaman dan pendinginan di titik api, perbaikan embung dan sekat kanal, pemberian bantuan peralatan perlengkapan dan anggaran operasional.
"Aparat penegak hukum juga telah melakukan upaya penindakan terhadap tindak pidana selama periode 1 Januari sampai 9 Oktober 2023, Polda Riau telah mengungkap 36 kasus dengan jumlah tersangka 35 orang dan seluas 1.224,5 Ha lahan yang terbakar," ucapnya.
Penjelasan Langit jadi Warna Biru
Kepala BPBD Riau Edy Afrizal mengatakan hujan deras terjadi setelah operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) sejak 6 Oktober lalu. Bahkan, sejumlah hotspot (titik panas) di Riau terus mengalami penurunan.
"Langit biru hari ini ada pengaruh juga dari operasi kegiatan TMC kita. Itu berada pada wilayah-wilayah berpotensi hujan. Hotspot sudah turun, tinggal sisa beberapa daerah," kata Edy.
Menurut Edy, dari 37 hotspot tercatat terus mengalami penurunan. Namun, lahan yang terbakar tidak bisa langsung padam karena ketebalan lahan gambut di sejumlah daerah.
"Itu tercatat 37 hotspot bukan fire spot (titik api). Gambut ini kalau kita padamkan tak bisa langsung padam karena gambut. Butuh waktu juga untuk pendinginan, meskipun sudah kami bombing dan hujan api saja yang padam," jelas Edy.
Sedangkan kebakaran lahan di Indragiri Hulu, tim gabungan BPBD Riau dan Polres Indragiri Hulu menurunkan tim khusus untuk bantu pemadaman. Apalagi curah hujan di sana tergolong rendah.
"Hari ini BPBD turun membantu ke Indragiri Hulu. Tapi beberapa daerah seperti Rokan Hulu, Siak, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir dan yang lain turun hujan. Hanya sekarang durasinya belum lama, masih 30 menit sampai 1 jam saja. Untuk gambut itu butuh waktu 2-3 jam lah hujan baru padam total. Intinya karhutla di Riau terkendali," kata Edy.
Diketahui, sejumlah daerah di Riau telah diselimuti kabut asap sejak pekan lalu. Bahkan, Dinas Pendidikan Riau sampai menerbitkan edaran soal kuliah daring di tingkat SMA sederajat.
Belakangan, surat edaran itu berakhir 10 Oktober karena kualitas udara yang buruk sudah mulai membaik. Termasuk kabut asap sudah mulai hilang. Saat ini siswa sudah mulai masuk ke sekolah kembali.