Kabut Asap Mengkhawatirkan, Warga Riau Mengungsi ke Medan
Merdeka.com - Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Provinsi Riau membuat warganya khawatir. Di antara mereka ada yang memilih mengungsi ke Kota Medan hingga kondisi udara di tempat tinggalnya kembali bersih.
Fatimahtuzzuhra El-Karim merupakan salah seorang warga Riau yang memilih mengungsi ke Medan. Perempuan asal Binjai, Sumut, ini mengaku khawatir dengan kesehatan anggota keluarganya, terutama anaknya yang masih berusia 1 tahun 6 bulan.
"Kami terpaksa mengungsi ke Medan, karena kami mempunyai anak yang masih kecil," kata Fatimah, Senin (16/9).
-
Siapa yang terdampak kabut asap? Dampak kabut asap dapat memperburuk kondisi penderita asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
-
Dimana saja kabut asap terjadi? Biasanya, kejadian ini terjadi di beberapa wilayah Indonesia.
-
Dimana warga terdampak kekeringan? BPBD Kabupaten Cilacap mencatat jumlah warga yang terdampak kekeringan di wilayah tersebut mencapai 9.153 jiwa dari 3.011 keluarga.
-
Apa dampak kabut asap ke paru-paru? Sebuah penelitian menunjukkan bahwa efek kabut asap dalam jangka panjang bisa meningkatkan risiko penyakit paru-paru, seperti infeksi saluran pernapasan dan emfisema.
-
Siapa yang terdampak udara buruk? Berdasarkan pernyataan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), polusi udara dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh.
-
Siapa yang terdampak polusi udara? Tentu saja kondisi tersebut memberikan dampak buruk bagi masyarakat yang menghirupnya. Bahkan yang hidup berdampingan dengan kondisi tersebut.
Warga Jalan Suka Karya, Perumahan Puri Indah Kualu, Kelurahan Tarai Bangun, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Riau, ini bercerita bahwa mereka sudah mulai merasakan kabut asap sejak Juli 2019. Awalnya masih tipis, namun lama-kelamaan semakin tebal.
"Beberapa Minggu belakangan asap sangat tebal sehingga kami memutuskan untuk kembali ke Medan," ungkapnya.
Fatimah menuturkan bahwa sejak asap tebal dari Agustus 2019, dirinya dan anaknya lebih memilih tidak keluar rumah karena mengingat asap sudah sangat berbahaya dengan kesehatan.
"Kami lebih memilih di dalam rumah. Apalagi di luar rumah masih ada lahan dan sudah ada yang terbakar. Makanya, kami tidak mau keluar rumah," tuturnya.
Karena khawatir dengan kesehatan buah hatinya, setibanya di Medan, Fatimah dan suami langsung memeriksakan kesehatan putra mereka, Adam. "Alhamdulillah, keadaan anak saya tidak apa-apa. Kami juga masih menunggu apakah asap di sana sudah benar-benar tidak berbahaya. Kalau tidak berbahaya kemungkinan kami akan kembali ke Kampar," sebut Fatimah yang sementara tinggal di rumah kakaknya di Medan.
Seperti diberitakan, kabut asap akibat karhutla sudah sangat mengkhawatirkan. Warga pun dihantui berbagai penyakit.
Data Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), kebakaran terbesar yang terjadi di Riau mencapai 40 ribu hektare.
Udara di empat daerah Riau masuk kategori berbahaya untuk dihirup, yakni Kota Pekanbaru, Rokan Hilir, Dumai dan Siak. Sementara dua daerah lain yang dinyatakan tidak sehat yaitu Bengkalis dan Kampar.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Asap tebal karhutla ini membuat warga keculitan bernapas dan menyebabkan mata perih.
Baca SelengkapnyaGunung Merbabu terbakar hebat sejak Jumat (27/10).
Baca SelengkapnyaSaat ini kondisi langit di Pekanbaru yang awalnya disebut tidak sehat, kini sudah biru dan status udara dinyatakan sehat.
Baca SelengkapnyaKebakaran di sekitar pesantren diperkirakan 20 hektare bahkan hampir menjalar ke gedung untuk bisa dipadamkan.
Baca SelengkapnyaPara nelayan khawatir terjadi tabrakan dan tersesat karena kabut asap membuat jarak pandang sangat pendek.
Baca SelengkapnyaRatusan warga yang terdampak kebakaran diamankan ke posko pengungsian di halaman RSUD Kebayoran Lama.
Baca SelengkapnyaPemprov DKI Jakarta telah menampung sekitar 450 warga korban kebakaran Manggarai di Rumah Susun (Rusun) Pasar Rumput.
Baca SelengkapnyaBanjir masih menerjang sejumlah wilayah di Provinsi Riau, termasuk di Kabupaten Inhu
Baca SelengkapnyaSecara keseluruhan luasan karhutla di Sumsel Januari-Juni 2023 seluas 1.129 ha atau berkurang dari periode yang sama pada 2022 di angka 2.222 ha.
Baca SelengkapnyaKebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan terus meluas. Akibatnya, udara di Palembang memasuki kategori tak sehat.
Baca SelengkapnyaKebakaran TPA Sarimukti dilaporkan terjadi sejak Sabtu (19/8). Luas areal TPA Sarimukti ini 28.5 hektare sedangkan area yang hangus terbakar 15 hektare.
Baca SelengkapnyaKebakaran permukiman padat itu telah padam. Beberapa warga kembali ke rumahnya untuk mengais barang-barang yang tersisa dari kebakaran.
Baca Selengkapnya