Kasus Rabies di Bali Tertinggi Tapi Belum Tetapkan KLB, Ini Penjelasan Dinkes
Merdeka.com - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali, belum bisa menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) rabies di Bali. Meskipun, Bali menjadi salah satu daerah dengan kasus rabies tertinggi di Indonesia.
Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Bali, I Wayan Widya beralasan penetapan status KLB belum bisa dilakukan karena dari angka kematian rabies 2023, Bali bukan yang paling tinggi.
"Kalau disebutkan KLB, apabila sebelumnya tidak ada (kasus rabies) lalu terjadi peningkatan dua kali lipat dari tahun sebelumnya atau bulan sebelumnya baru KLB, itu kriteria KLB," kata Widya, saat dihubungi Selasa (20/6) sore.
-
Siapa yang paling sering menyebabkan kematian akibat rabies? Meskipun kematian akibat serangan hewan peliharaan jarang terjadi, WHO melaporkan bahwa sekitar 99% kasus kematian akibat rabies pada manusia disebabkan oleh anjing.
-
Apa yang dimaksud dengan rabies? Rabies adalah infeksi virus yang menyebar melalui gigitan hewan yang telah terifeksi sebelumnya. Virus rabies ini dapat masuk dalam kelompok rhabdovirus.
-
Apa penyebab rabies? Rabies disebabkan oleh virus yang masuk ke tubuh manusia melalui cakaran atau gigitan hewan yang terinfeksi virus rabies. Jilatan hewan yang terinfeksi ke mulut, mata, atau luka terbuka, juga bisa menjadi cara virus rabies menular dari hewan ke manusia.
-
Di mana rabies bisa ditemui? Dalam hal ini, rabies bisa ditemui di 150 negara dan di semua benua, kecuali Antartika dan Arktik.
-
Siapa yang rentan terkena rabies? Menurut data yang dilansir dari World Health Organization (WHO), sebanyak 59.000 penduduk di seluruh dunia meninggal akibat rabies, dan 99% di antaranya terkena gigitan anjing yang telah terinfeksi virus rabies.
-
Bagaimana rabies menular? Rabies disebabkan oleh virus rabies, yang dapat ditularkan melalui gigitan atau cakaran hewan yang terinfeksi, seperti anjing, kucing, dan kelelawar.
Pada tahun 2022, kasus kematian akibat gigitan hewan rabies di Bali sebanyak 22 orang. Sementara di sepanjang tahun 2023 ini, baru ada tiga kasus yakni dua orang di Kabupaten Jembrana, Bali, dan satu orang di Kabupaten Buleleng, Bali.
"Ada tiga, di Jembrana dua orang kalau tidak salah itu di bulan Februari 2023 lalu dan satu orang yang lagi viral di Buleleng itu meninggal dunia. Tahun lalu (2022) ada 22 kematian tapi itu setahun. Sebenarnya, dari segi angka kematian dibandingkan tahun lalu (2021) sudah bisa kita tekan sebenarnya," imbuhnya.
Menurutnya, kasus rabies di Bali termasuk tinggi karena populasi anjing di Pulau Dewata itu termasuk yang terbesar di Tanah Air.
Kemudian yang kedua saat Pandemi Covid-19 kasus gigitan anjing itu rendah karena banyak orang yang tidak keluar rumah dan juga gencar melakukan vaksinasi kepada anjing. Lalu, di tahun 2022 kasus gigitan anjing tinggi karena sudah mulai adanya aktivitas masyarakat.
"Selama Covid-19 kemarin kita sudah melakukan vaksin terhadap anjing dan dulu waktu zaman Covid-19 tidak ada yang keluar dan berada di rumah, sekarang kan aktivitas sudah normal kembali. Sehingga gigitannya tinggi," ungkapnya.
Tetapi, dia belum bisa mengungkap berapa banyak juga warga digigit anjing rabies dan yang sudah tervaksinasi. Dia berdalih, Dinkes Bali sebenarnya hanya hilir dan hulunya ada di masyarakat dan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bali.
"Kita kan di hilir dan di hulunya ada di masyarakat ada. Kalau di masyarakat bagaimana sebaiknya memelihara anjing yang benar. Dan apabila masyarakat ada yang tergigit agar mencuci dengan air mengalir dengan sabun selama 15 menit, dan di bawah ke faskes dan anjing-anjing liar ini bagaimana upayanya (Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bali)," ujarnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali, I Nyoman Gede Anom dan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Provinsi Bali, I Wayan Sunada belum bisa merespon soal kasus rabies tersebut.
Seperti diketahui, baru-baru ini viral kasus seorang balita di Buleleng meninggal dunia setelah terkena gigitan dari anjing peliharaannya yang terinfeksi rabies. Kasus tersebut menjadi pengingat kembali bahayanya penyakit menular dari hewan kepada manusia.
Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Kesehatan, penyakit rabies pada hewan memang menjadi tantangan besar di Indonesia. Dari 38 provinsi di Indonesia, hanya 8 provinsi yang bebas dari penyakit rabies. Mereka adalah Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Papua Barat dan Papua.
Sementara itu, dari 17 ribu lebih kepulauan di Indonesia, hanya ada 8 pulau yang juga bebas dari penyakit ini. Antara lain, Pulau Tabuan dan Pulau Pisang di Lampung, Pulau Meranti di Riau, Kepulauan Mentawai di Sumatera Barat, Kepulauan Sintaro di Sulawesi Selatan , Pulau Nunukan, Pulau Batik dan Pulau Tarakan di Kalimantan Utara.
Masih dari sumber yang sama, tercatat ada 31.113 kasus gigitan hewan kepada manusia yang berpotensi menularkan virus rabies terutama dari gigitan anjing, kucing, dan monyet. Sedangkan pemberian vaksin rabies kepada hewan sebanyak 23.211. Kemudian tercatat ada 11 kasus kematian yang disebabkan rabies.
Berikut ini 10 provinsi dengan kasus rabies tertinggi di Indonesia per April 2023:- Bali: 14.827 kasus rabies- Nusa Tenggara Timur : 3.437 kasus rabies- Sulawesi Selatan : 2.338 kasus rabies- Kalimantan Barat : 1.188 kasus rabies- Sumatera Barat : 1.1171 kasus rabies- Sulawesi Utara : 1.104 kasus rabies- Riau : 1.109 kasus rabies- Nusa Tenggara Barat : 739 kasus rabies- Sulawesi Tengah : 588 kasus rabies- Kalimantan Timur : 562 kasus rabies. (mdk/lia)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Virus rabies kembali merebak dan menelan korban jiwa.
Baca SelengkapnyaKasus DBD tertinggi yakni Kabupaten Tabanan, Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Badung
Baca SelengkapnyaSepanjang tahun 2023 ini, ada hampir 4.000 kasus gigitan hewan rabies di Sumut.
Baca SelengkapnyaSeorang bocah berusia enam tahun berinisial AN tewas pasca-digigit anjing rabies di Desa Hikong, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Baca SelengkapnyaBila sudah muncul gejala karena terlambat penanganannya, maka risiko yang terjadi adalah 100 persen meninggal.
Baca SelengkapnyaHingga minggu ke-12 di tahun 2024, ditemukan sebanyak 43.271 kasus DBD dengan total jumlah kematian sebanyak 343 jiwa.
Baca SelengkapnyaTemuan kasus Covid-19 kembali memantik kekhawatiran. Di Bali, ditemukan 43 kasus sejak awal Desember 2024.
Baca SelengkapnyaAksi Bhayangkari tersebut diwujudkan dengan pemberian vaksin gratis dan edukasi kepada warga.
Baca SelengkapnyaDinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi mulai memvaksin hewan-hewan pembawa virus rabies di wilayah pinggiran
Baca SelengkapnyaKementerian Kesehatan mencatat, hingga minggu ke-15 tahun 2024, terdapat 475 orang meninggal karena DBD.
Baca SelengkapnyaJumlah korban meninggal dunia itu berasal dari 62.001 kasus DBD yang teridentifikasi.
Baca SelengkapnyaDinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor mencatat 750 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) sejak awal 2024. Dari ratusan kasus itu, empat orang meninggal dunia.
Baca Selengkapnya