Kedapatan Mencuri, Remaja di Kupang Malah Dihadiahi HP hingga Beras oleh Polisi
Merdeka.com - ER alias Egi (17), remaja asal Desa Oeltua, Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur diamankan warga di pasar Oesapa, Kota Kupang karena kedapatan mencuri di sebuah kafe, Senin (22/3).
Egi yang sudah putus sekolah di bangku kelas dua Sekolah Menengah Pertama itu, nekat mencuri topi dan sebuah handphone pengunjung di Mom's Cafe, milik seorang anggota polisi.
Setelah diamankan, warga menelepon Aipda Bill Joozteen sebagai pemilik kafe. Di balik telepon, Aipda Bill meminta warga untuk tidak menghakimi pelaku, karena dirinya segera merapat ke lokasi kejadian.
-
Siapa pengajar di sekolah pencuri? Pengajar dari tempat ini yaitu anggota geng, dan pelaku kriminal yang pernah dihukum.
-
Kenapa orang tua mengirim anak ke sekolah pencuri? Orang tua yang tinggal di desa tersebut mengirimkan anak mereka yang berusia rata-rata 12-13 tahun ke sekolah ini demi mendapatkan pelatihan geng kriminal.
-
Apa yang dicuri oleh pemuda tersebut? Dikutip dari akun Instagram @polresbantuldiy, TH melancarkan aksinya pada dini hari dengan mencuri ayam jago berjenis 'white king' milik korban.
-
Dimana pencurian terjadi? Dalam sebuah video viral yang diunggah kanal YouTube @merapi_uncover, terlihat sebuah kegaduhan yang terjadi di dalam bus.
-
Siapa perampok dalam peristiwa ini? Empat orang disandera oleh perampok selama enam hari.
-
Bagaimana anak-anak belajar mencuri di sekolah? Kurikulumnya meliputi pencopetan, penjambretan di tempat ramai, menghindari polisi, dan menahan pukulan. Anak-anak juga diajarkan cara berjudi dan menjual alkohol.
Sampai di kafe miliknya, Aipda Bill bukannya melaporkan ke aparat kepolisian malah memaafkan perbuatan Egi. Bahkan Egi dibelikan juga sebuah handphone, beras dan mi instan serta sejumlah uang tunai.
Egi mengaku bersalah. Dia nekat mencuri karena ingin memiliki topi dan handphone, tapi tidak mempunyai uang untuk membeli.
Sejak Minggu (21/3) petang, Egi menginap di rumah kerabatnya di sekitar pantai warna Oesapa. Di pantai ini didirikan banyak kafe yang selalu ramai dikunjungi warga.
Saat bangun pagi, Egi masuk ke lokasi kafe. Awalnya ia mencuri topi milik salah satu pekerja Mom's Cafe. Setelah itu karena sepi, Egi kembali mengambil handphone yang disimpan jauh dari jangkauan si pemilik.
Aksi tak terpujinya itu ternyata diketahui pemilik topi dan handphone. Saat dicari, Egi ditemukan di pasar Oesapa sehingga langsung diamankan dan dibawa ke Mom's Cafe, tempat korban bekerja.
Korban kemudian menghubungi Aipda Bill Joozteen dan memberitahukan tentang kejadian itu. Aipda Bill Joozteen bertugas di Polsek Alak, sebagai Kasi Humas itu, langsung ke cafe miliknya sebagai tempat kejadian.
Kepada Aipda Bill Joozteen, Egi menceritakan bahwa sejak usia 11 tahun atau saat duduk di bangku kelas V sekolah dasar, ibu kandungnya meninggal dunia setelah pulang bekerja dari Jakarta.
Egi bersama kakak dan adiknya memilih tinggal bersama kakek dan nenek mereka di Desa Oeltua. Egi membantu kakeknya berkebun, karena nenek sakit-sakitan. Sementara ayahnya sibuk melaut bersama kapal nelayan milik orang lain.
Egi juga mengaku, ia terpaksa putus sekolah karena ketiadaan biaya sehingga lebih fokus membantu kakeknya, mengolah kebun dan sawah tadah hujan. Egi berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya dan siap meneruskan pendidikan. Ia juga menyesali perbuatannya.
Egi masih memiliki niat dan tekad untuk melanjutkan pendidikannya. Menyikapi itu, Aipda Bill Joozteen pun siap memfasilitasi dan membantu Egi, untuk mengikuti program paket B setara SMP, sehingga bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA.
"Saya siap membantu menyekolahkan Egi, asalkan Egi tidak lagi mencuri baik di cafe milik saya, maupun di tempat lain. Egi harus berubah karena kamu memiliki masa depan," kata Aipda Bill.
Aipda Bill juga menawarkan Egi bekerja sebagai petugas kebersihan, di cafe miliknya sehingga bisa membiayai sekolah dan juga membantu kakek dan neneknya.
Aipda Bill Joozteen mengaku tidak tega memproses hukum Egi, yang telah mencuri di tempat usahanya.
"Selain karena kasihan, saya juga iba dengan kehidupannya. Saya maafkan perbuatannya dengan harapan ia bertobat dan tidak mengulangi lagi perbuatannya," ujar dia.
Ia berharap dengan bantuan bahan makanan, handphone serta uang tunai, Egi bisa memenuhi kebutuhan hidupnya, serta sebagai bahan renungan bahwa yang dilakukannya adalah salah di mata hukum. "Saya iba dan kasihan setelah mendengar cerita dan kehidupannya," tandasnya.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
AM sebelumnya tewas usai mengalami luka tusuk pada tangan kanan dan pinggang kiri, setelah dikeroyok lima orang di Kafe MB, Kemang, Mampang Prapatan.
Baca SelengkapnyaKapolres Blitar Kota AKBP Danang Setiyo ikut turun lapangan bersama anggotanya saat tengah berpatroli malam.
Baca SelengkapnyaKesulitan melacak jejak digital satu keluarga itu setelah polisi melihat kondisi handphone sudah tidak utuh.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Keduanya membakar lahan kebun karet mereka yang sudah tidak produktif untuk ditanami kopi.
Baca SelengkapnyaDemi menebus asa membangun sekolah, seorang polisi rela menyisihkan gaji untuk menabung.
Baca SelengkapnyaKorban yang berusia 13 tahun itu terakhir kali terlihat berdiri dikerumuni polisi memegang rotan. Dia kemudian ditemukan tewas di bawah jembatan.
Baca SelengkapnyaPolisi tengah memburu pelaku pembongkaran makam remaja putri tersebut
Baca SelengkapnyaKasus kecelakaan tersebut masih diselidiki Polsek Cakung.
Baca SelengkapnyaUcok Baba sampai akan menelepon polisi. Endingnya malah tak disangka-sangka.
Baca Selengkapnya