Kegiatan pecinta alam di SMA makan korban, pantaskah dibubarkan?
Merdeka.com - Tragedi itu menimpa Arfiand Caesar Al Irhami (16), siswa kelas X SMAN 3 Jakarta. Remaja alim ini tewas usai mengikuti kegiatan ekstrakulikuler pecinta alam, Jumat (20/6). Kegiatan outbond yang digelar siswa pecinta alam dan para seniornya di kawasan Tangkuban parahu, Subang, Jawa Barat, rupanya tak sekadar petualangan. Ada tindak kekerasan yang parah di sana.
Arfiand diduga dipukuli hingga babak belur. Tak hanya dengan tangan kosong, ada juga yang memukulinya dengan benda tumpul.
Dari hasil visum, polisi menemukan 37 luka memar dan lecet di wajah, dada dan anggota gerak bawah dan atas.
-
Dimana pemuda itu meninggal? Pemuda itu meninggal dunia usai dipatuk ular kobra pada bagian hidungnya.
-
Bagaimana remaja itu bunuh diri? Diduga remaja tersebut bunuh diri dengan cara loncat dari ketinggian.
-
Siapa yang gugur di halaman sekolah? Seorang pemuda TRIP bernama Moeljadi meninggal dunia di halaman sekolah dalam perjuangannya mempertahankan kemerdekaan RI.
-
Kenapa remaja itu bunuh diri? 'Aku jg ingin bahagia dan memiliki kehidupan normal'. 'DUNIA INI INDAH, TAPI TIDAK DENGAN DUNIAKU'. 'Im gagal'.
-
Mengapa mumi remaja meninggal? Penelitian lebih lanjut mengungkapkan bahwa gadis tersebut, yang diperkirakan berusia antara 14 dan 17 tahun, meninggal karena komplikasi saat melahirkan, dengan tengkorak janin yang ditemukan di jalan lahir.
-
Bagaimana mahasiswi itu bisa tewas? 'Hasil pemeriksaan fisik sementara kita indikasikan kemungkinan pembunuhan karena terdapat luka terbuka pada beberapa bagian tubuh. Di punggung tangan dan sekitarnya,' kata Rizka.
"Ditemukan memar dan resapan darah yang luas di paru-paru. Disimpulkan bahwa korban dipukul pakai benda tumpul berulang kali," kata Kasatreskrim Polres Jakarta Selatan (Jaksel) Kompol Indra Fadhillah Siregar.
Polisi menetapkan lima siswa SMA 3 Jakarta sebagai tersangka dalam kasus ini.
Tewasnya Arfiand berbuntut panjang. Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Lasro Marbun mengancam akan membekukan ekstrakulikuler pecinta alam di tingkat SMA.
"Seluruh kepala sekolah sudah seminggu melarang kegiatan yang sama. Seluruh pendidikan di dunia tidak ada yang memperbolehkan aksi kekerasan. Apalagi kalau mengganggu keamanan dan kenyamanan orang," ungkap Lasro.
Ancaman Lasro ditanggapi protes para pecinta alam. Mereka bahkan menggagas petisi online untuk menolak pembubaran ekskul pecinta alam di SMA.
Sementara itu Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, akrab disapa Ahok, menilai bahwa Dinas Pendidikan terlalu cepat menutup kegiatan ekstrakurikuler pecinta alam di sekolah-sekolah di Jakarta.
Ahok mengatakan, seharusnya kegiatan ekstrakurikuler tersebut tidak langsung ditutup, melainkan dikaji ulang.
"Makanya aku pikir ini reaksi yang terlalu cepat. Makanya saya katakan nggak boleh kaya pemadam kebakaran, bukan menghapus, tapi tunda dulu, kaji, siap nggak guru-gurunya," kata Ahok di Balaikota Jakarta, Selasa (1/7).
Menurutnya, kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mengelola aktivitas tersebut, harus sangat diperhatikan mengingat ekstrakurikuler pecinta alam sangat berat tantangannya. Ahok sendiri menyarankan untuk melibatkan tentara atau organisasi-organisasi pecinta alam yang berpengalaman mengelola kegiatan tersebut.
"Jadi kalau mau jadi pembimbing mesti ikut jalan, jangan main orang bikin rute-rute tapi nggak pernah survei. Kalau sekolah nggak siap harus pakai organisasi, pakai clubnya Aranyacala Trisakti atau Mapala UI, pakai mereka supaya turun, latihkan kelompok. Jadi pembimbing tuh ada tentara atau siapa," tegas Ahok.
Terkait dengan unsur kekerasan yang potensial terjadi dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler pecinta alam, Ahok menekankan pentingnya ketegasan pihak sekolah dalam mengatasi hal ini.
"Kalau ada yang membully gitu harus dikeluarin, udah sok. Itu udah kayak gaya preman, gaya mafia lama-lama," kata Ahok kesal.
Pendapat Ahok tepat. Banyak fakta mengatakan pecinta alam kadang mengabaikan faktor keselamatan.
Dalam kasus kematian Arfiand, polisi menilai rute yang ditempuh terlalu berat untuk ukuran siswa SMA. Apalagi ternyata Arfiand dan beberapa rekannya sama sekali belum pernah mendaki gunung.
Seharusnya panitia tahu kondisi peserta petualangan. Kegiatan outbond pun harusnya tak diisi dengan pemukulan dan kekerasan. Tapi mengajarkan seorang pemuda teknik bertualang dan bertahan hidup di alam bebas.
Mereka disiapkan untuk jadi petualang, bukan petinju atau pembunuh. (mdk/ian)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Siswa kelas VII itu meninggal dunia karena tenggelam di Sungai Cileuluy saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).
Baca SelengkapnyaPelajar SMA itu datang ke Mapolda Sumsel didampingi keluarganya pada Senin (7/8) malam.
Baca SelengkapnyaSosok remaja anak pensiunan perwira Polisi belakangan menjadi sorotan lantaran tega membunuh bocah Sekolah Dasar (SD).
Baca SelengkapnyaHanya satu tersangka yang dipenjara di lapas anak dengan waktu separuh masa hukuman orang dewasa.
Baca SelengkapnyaAntara keluarga pelaku dan korban masih ada hubungan kekerabatan.
Baca SelengkapnyaSeorang pelajar tewas akibat disabet celurit oleh gerombolan pelajar di Jalan Pasar Lama, Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jumat (1/12).
Baca SelengkapnyaSeorang santri diduga nekat membakar pondok pesantren di Desa Dayun, Kabupaten Siak, Rabu (18/2), sehingga dua orang rekannya meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaTragisnya, terdapat paku pada kayu tersebut. KAF tewas usai lemparan kayu berpaku itu terkena di kepalanya.
Baca SelengkapnyaKorban meninggal sesaat setelah tiba di rumah sakit untuk mendapat pertolongan medis.
Baca SelengkapnyaKorban AR meninggal dunia diduga dibakar temannya saat membakar sampah dalam kegiatan gotong royong di sekolah.
Baca SelengkapnyaAksi pengeroyokan bermula ketika korban mengunggah video di WhatsApp miliknya dengan mengenakan atribut salah satu perguruan silat.
Baca SelengkapnyaKorban diduga mengalami kekerasan dari seniornya. Kasus ini masih dalam pemeriksaan lebih lanjut.
Baca Selengkapnya