Mahasiswa di Papua yang Eksodus Minta Dikembalikan ke Kota Studi
Merdeka.com - Puluhan mahasiswa dan pelajar Kabupaten Mimika, Papua, yang beberapa waktu lalu eksodus meminta Pemkab dan Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) serta PT Freeport Indonesia memfasilitasi pengembalian mereka ke kota asal tempat mereka belajar.
Tuntutan itu disampaikan para mahasiswa dan pelajar eksodus saat menggelar unjuk rasa damai di Kantor Bupati Mimika di Timika.
"Kembalikan kami, pelajar dan mahasiswa, ke kota studi sesuai keinginan kami," demikian salah satu butir tuntutan mahasiswa dan pelajar eksodus yang dibacakan oleh Iseli Magal. Seperti dilansir Antara, Senin (10/2).
-
Apa tuntutan mahasiswa saat itu? Lahirlah apa yang dinamakan TRITURA. Tritura atau Tri Tuntutan Rakyat 1. Bubarkan PKI dan ormas-ormasnya 2. Rombak Kabinet Dwikora 3. Turunkan Harga-Harga
-
Apa yang diminta oleh massa di Kantor KPU Jayapura? Dalam orasinya, massa meminta proses penetapan kursi partai politik dan caleg terpilih pada pemilihan legislatif (Pileg) periode 2024-2029 untuk Kabupaten Jayapura jangan digelar.
-
Apa yang diminta oleh massa demo? Dalam aksinya, mereka mendesak DPR dan pemerintah untuk segera mengesahkan Revisi UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.
-
Apa tuntutan utama aksi demo? Reza Rahadian ikut turun ke jalan dan berorasi di depan gedung DPR RI untuk menolak RUU Pilkada dan mendukung putusan Mahkamah Konstitusi.
-
Mengapa mahasiswa demo di tahun 1965? Para mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) itu tidak puas dengan kebijakan pemerintahan Orde Lama. Mereka terus melakukan demonstrasi dan meminta Presiden Sukarno bertindak tegas terhadap PKI dan menteri-menteri yang tidak becus bekerja.
-
Apa tujuan warga demo? Dilansir dari akun Instagram @merapi_uncover, mereka mengadakan arak-arakan itu dengan tujuan 'Mberot Jalan Rusak' di sepanjang Jalan Godean.
Selanjutnya para mahasiswa dan pelajar eksodus ini juga mendesak Pemkab Mimika bersama pemangku kepentingan terkait lainnya segera membangun sebuah lembaga Perguruan Tinggi berstandar internasional di Kabupaten Mimika untuk memajukan SDM warga asli Papua.
Di samping itu, mereka juga menuntut Pemkab Mimika, PT Freeport Indonesia, dan LPMAK membiayai pendidikan generasi muda Papua hingga ke luar negeri.
Jika beberapa tuntutan tersebut tidak ditanggapi secepatnya, para mahasiswa dan pelajar eksodus mengancam akan menutup operasional PT Freeport Indonesia di Kabupaten Mimika serta membatalkan penyelenggaraan PON XX Papua di Timika.
Aspirasi para mahasiswa dan pelajar eksodus selanjutnya diserahkan kepada Pemkab Mimika yang diterima oleh Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah Marthen Paiding.
Marthen Paiding mengatakan akan meneruskan aspirasi para mahasiswa dan pelajar eksodus tersebut kepada Wakil Bupati Mimika Johannes Rettob selaku Ketua Tim Sosialisasi bersama dengan Pemkab Mimika dan LPMAK menyikapi kasus eksodus besar-besaran mahasiswa dan pelajar dari berbagai kota studi setelah peristiwa yang dialami oleh mahasiswa Papua di Kota Surabaya pada Agustus 2019.
"Terima kasih karena mahasiswa dan pelajar sudah menyampaikan aspirasi dengan baik, sopan dan tidak melakukan hal-hal yang dapat merugikan semua pihak," kata Marthen.
Berdasarkan laporan dari Posko mahasiswa dan pelajar eksodus Kabupaten Mimika, jumlah mahasiswa dan pelajar asal Kabupaten Mimika yang eksodus lebih dari 900 orang.
Sekitar 30-an mahasiswa telah kembali ke kota studi mereka di Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu.
Sebagian lagi telah kembali ke kota studi dengan biaya sendiri atau ditanggung orang tua. Sementara sebagian besar masih memilih bertahan di Timika.
Mahasiswa dan pelajar tersebut selama ini menempuh perkuliahan dan studi dengan mendapatkan bantuan beasiswa pendidikan dari LPMAK, lembaga nirlaba yang mengelola dana kemitraan dari PT Freeport Indonesia.
Sejak mereka memutuskan kembali ke Timika, LPMAK langsung menghentikan pemberian bantuan beasiswa karena pulang atas kemauan sendiri.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Aksi persekusi dan penganiayaan terhadap mahasiswa Papua yang berunjuk rasa di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) viral di media sosial.
Baca SelengkapnyaMahasiswa memaksa pengungsi naik ke truk yang telah disediakan. Semua barang milik pengungsi ikut diangkut
Baca SelengkapnyaRatusan mahasiswa ini menyuarakan penolakan terhadap revisi Undang-Undang Pilkada.
Baca SelengkapnyaKehadiran mereka disambut sejumlah mahasiswa yang masih bertahan di sekitar gedung DPR/MPR.
Baca SelengkapnyaKorban merupakan mahasiswa baru asal Fakultas Kehutanan Untad.
Baca SelengkapnyaMahasiswa berangka pukul 11.30 menggunakan 10 kopaja dan 20 angkot. Mereka juga membawa sejumlah spanduk dan poster.
Baca SelengkapnyaAksi menentang praktik politik dinasti dan menolak pelanggaran HAM ini juga diikuti dosen, budayawan, seniman dan tokoh masyarakat.
Baca SelengkapnyaAksi tersebut berujung ricuh setelah mahasiswa yang ingin masuk kedalam gedung DPRD dipukul mundur polisi.
Baca SelengkapnyaDi tengah gelombang aksi mahasiswa, Ibu Negara Iriana Jokowi melakukan kunjungan kerja di sejumlah tempat di Kota Makassar.
Baca SelengkapnyaPolisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa. Tak berselang lama, satu unit pete-pete terbakar tepat di depan halte Unibos Makassar.
Baca SelengkapnyaDemo yang dilakukan mahasiswa Universitas Pancasila , Selasa (27/2) sempat diwarnai aksi blokade Jalan Raya Srengseng Sawah yang memicu kemacetan.
Baca SelengkapnyaDemonstrasi yang digelar di depan gedung DPRD Jatim itu mengepung dan meminta paksa agar anggota dewan mau keluar dan menemui massa aksi.
Baca Selengkapnya