Menteri Wihaji: Ketahanan Keluarga Penentu Masa Depan Indonesia
"Keluarga adalah institusi paling rendah yang menjadi cikal bakal masa depan bangsa," kata Menteri Wihaji.
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/ Kepala BKKBN, Wihaji, menegaskan, pentingnya peran keluarga sebagai pondasi utama dalam pembangunan sumber daya manusia untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Pernyataan ini disampaikan dalam webinar bertajuk 'Ketahanan Keluarga Menuju Indonesia Emas' yang diselenggarakan oleh Universitas Insan Cita Indonesia (UICI), Senin (30/12).
“Kata keluarga mungkin sederhana karena sangat familiar dalam keseharian. Namun, keluarga adalah institusi paling rendah yang menjadi cikal bakal masa depan bangsa. Di sinilah sumber daya manusia yang berkualitas terbentuk,” ujar Wihaji.
Dalam paparannya, Wihaji menyampaikan bahwa Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN berperan multisektoral, mulai dari calon pengantin hingga lansia.
Hal ini mencakup upaya pencegahan stunting, pengurangan angka pernikahan dini, serta penguatan literasi digital di tengah keluarga.
“Kami tidak hanya mengurus ibu hamil, lansia, atau remaja secara terpisah, tetapi keseluruhan aspek kehidupan keluarga. Fokus kami adalah membangun keluarga berkualitas,” tambahnya.
Dampak Sosial Media
Wihaji juga menyoroti dampak teknologi dan media sosial terhadap pola komunikasi keluarga.
Data menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia rata-rata menghabiskan 3 jam 14 menit per hari di media sosial, dengan 81% dari populasi mengaksesnya setiap hari. Generasi Z menjadi pengguna aktif terbesar, dengan platform favorit seperti Instagram (51,9%), Facebook (51,64%), dan TikTok (46,84%).
“Kecenderungan ini memberi dampak positif jika dimanfaatkan dengan bijak. Namun, jika tidak terkontrol, dapat merusak generasi muda,” jelasnya.
Oleh karena itu, lanjut dia, Kemendukbangga/BKKBN menggagas gerakan ‘Kembali ke Rumah: Ayo Ngobrol dengan Keluarga’ untuk meningkatkan interaksi antaranggota keluarga.
Keluarga era Digital
Sebelumnya, Rektor UICI, Prof. Dr. Laode Masihu Kamaluddin, menyoroti perubahan mendasar yang terjadi pada keluarga di era digital.
Menurutnya, dalam 20 tahun ke depan, yakni pada tahun 2045, Indonesia akan menjadi negara yang sepenuhnya digital. Hal ini membawa tantangan besar bagi konsep ketahanan keluarga.
“Keluarga di era digital berbeda dengan keluarga di zaman analog. Perubahan ini meliputi cara berpikir, cara berkomunikasi, cara berperilaku, dan karakter. Keempat hal ini menjadi poin penting dalam membangun Indonesia Emas 2045,” tegas Prof. Laode.
Dalam webinar ini, hadir sebagai narasumber adalah anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Heryawan dan Ketua Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Farahdibha Tenrilemba. Sebagai moderator adalah Ketua Program Studi Bisnis Digital UICI Moh. Jawahir.