Nestapa Ibu Muda di Bekasi, 3 Tahun jadi Korban KDRT hingga Tewas Digorok Suami
Korban digorok suaminya di depan dua anak yang masih balita.
Korban ditemukan sudah tak bernyawa pada Sabtu (9/9) dini hari sekira pukul 01.30 WIB.
Nestapa Ibu Muda di Bekasi, 3 Tahun jadi Korban KDRT hingga Tewas Digorok Suami
Seorang ibu muda berinisial MSD (24) meninggal dengan tragis. Korban dibunuh oleh NKW (24), suaminya sendiri di dalam rumah kontrakan Jalan Cikedokan RT01 RW04, Kampung Cikedokan, Desa Sukadanau, Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi.
Korban ditemukan sudah tak bernyawa pada Sabtu (9/9) dini hari sekira pukul 01.30 WIB. Adalah ibu korban yang pertama kali melihat anaknya tergeletak meninggal di atas kasur diselimuti handuk berwarna hijau.
"Saya dibangunin anak saya, dia dengar karena digedor-gedor sama si ibu korban, saya keluar, begitu saya samperin kondisi ibunya sudah histeris, pak tolong pak, MSD kayaknya sudah enggak ada, minta tolong dicek," ucap Muki Haryo Bimo (41), pemilik kontrakan.
Muki bersama penghuni kontrakan lainnya langsung mengecek ke dalam kontrakan korban. Saat dicek, ternyata korban sudah meninggal dunia. Pada jasad korban juga ditemukan luka sayatan di bagian leher.
"Posisinya korban di atas kasur dan diselimutin, ada luka di bagian leher, dan kalau muka emang sudah kelihatan lebam,"
kata Muki.
merdeka.com
Muki mengatakan, tidak ada bercak darah saat masuk ke dalam rumah kontrakan korban. Diduga pelaku sudah membersihkan darah korban yang berceceran di lantai sebelum kabur meninggalkan lokasi.
"Tapi kayak darah di mana-mana gitu enggak ada, sebelumnya memang sudah dibersihin sama suaminya," katanya.
Tidak berselang lama usai mengecek kondisi korban, polisi tiba di lokasi kejadian untuk evakuasi korban dan olah TKP. Di lokasi, polisi membawa pelaku yang sebelumnya sudah menyerahkan diri.
"Baru mau hubungi RT, iring-iringan mobil polisi sama ambulans tiba-tiba sudah di depan rumah, saya sempat kaget, ini siapa yang laporan kok tiba-tiba udah di sini, bingung karena kita belum laporan, ternyata si pelaku udah menyerahkan diri, pelakunya juga ada di situ, diborgol," ungkapnya.
Dari dalan rumah kontrakan, polisi membawa sejumlah barang bukti, termasuk pisau yang digunakan pelaku untuk menyayat leher korban hingga tewas. Jasad korban selanjutnya dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta Timur untuk diautopsi.
Saat itu juga, Muki bersama penghuni kontrakan lainnya dan ibu korban dibawa ke Polsek Cikarang Barat untuk dimintai keterangan. Saat di kantor polisi, dia mendapat informasi kalau jasad korban sebelumnya sudah dimandikan dan pelaku membersihkan darah yang berceceran.
"Sebelumnya (jasad korban) sudah dibersihin sama suaminya, dimandiin, jadi pas ke situ ya itu yang saya lihat (sudah bersih)," ucap pemilik kontrakan.
Ketika berada di kantor polisi, lanjut Muki, penyidik memberi tahu kalau peristiwa pembunuhan ini dilakukan pada Kamis (7/9) malam. Sementara pelaku menyerahkan diri ke Polsek Cikarang Barat beberapa jam sebelum peristiwa itu diketahui oleh ibu korban.
Pada Jumat (8/9) pagi, pelaku terlihat di kontrakan sedang beraktivitas seperti biasa. Pelaku mencuci dan menjemur baju di depan kontrakan. Saat itu, kedua anak korban yang masih balita tidak terlihat.
"Diceritain dari kantor kepolisian, jadi katanya kejadiannya itu Kamis kurang lebih jam 11 malam. Nah paginya dia sempat nyuci, ngejemur, enggak ada yang curiga," katanya.
Linda (52), ibu kandung korban syok ketika melihat anaknya sudah tak bernyawa terbaring di dalam kontrakan. Dia sempat tak yakin jika jasad yang terbaring di kasur dalam kontrakan itu anak perempuan satu-satunya.
"Saya enggak yakin kalau itu anak saya, saya lihat mukanya udah pucat, ada lebam, saya pegang kepalanya sudah dingin, tapi pas saya lihat kakinya, iya itu anak saya, saya lihat anak saya dimasukin ke kantong jenazah,"
kata Linda saat ditemui di kediamannya Perumahan Tridaya Indah Estate 1, Desa Tridayasakti, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi.
merdeka.com
Ibu korban tak menyangka anak kedua dari tiga bersaudara itu meninggal dengan cara yang tragis. Leher korban disayat oleh pelaku hingga tewas.
"Kata pak polisinya, itunya (digorok lehernya) di depan kamar mandi dekat dapur," ucapnya.
Linda mendapat informasi itu ketika berada di kantor polisi untuk dimintai keterangan sebagai saksi. Saat itu, dia juga diberi tahu kalau korban dalam keadaan sadar ketika lehernya digorok oleh pelaku.
"Saya tanya, pak ini MSD dalam keadaan pingsan apa enggak? Enggak bu, MSD enggak pingsan waktu lagi diituin (digorok lehernya) pakai pisau," ucapnya.
Saat berada di kantor polisi, Linda diberitahu kedalaman luka akibat sayatan senjata tajam di leher korban sekitar tujuh sentimeter. Pembunuhan sadis itu dilakukan oleh pelaku pada Kamis (7/9) malam sekira pukul 23.00 WIB.
"Katanya kedalamannya sekitar tujuh sentimeter apa berapa gitu, pokoknya setengah leher lah kata pak polisinya," katanya.
Saat pelaku menghabisi nyawa korban, kedua anaknya yang masih balita berada di dalam kontrakan. Bahkan anak pertamanya yang masih berusia 3,5 tahun sempat bermain dengan darah ibunya yang berceceran di lantai.
"Jadi dari pintu kamar mandi (jasad korban) diseret ke depan TV, itu mungkin darah udah banyak, ya itu sama anaknya dimainin, ditaruh di tembok, nah bapaknya (pelaku) sambil ngerapihin, itu cap (darah korban) masih ada di tembok kontrakan," katanya.
Linda mengatakan, anak laki-laki korban yang masih berusia 3,5 tahun kemungkinan melihat aksi kejam yang dilakukan oleh pelaku sehingga mengalami trauma. Karena saat dibawa ke kontrakan sebelum peristiwa ini diketahui, anak pertama korban menolak diajak masuk.
"Anak yang kecil udah tidur, yang gede belum tidur, ya mungkin anak yang gede ini ngelihat mamahnya lagi diapa-apain. Nah waktu saya bawa ke kontrakan anak yang gede dorong saya, enggak mau masuk, kan belum bisa ngomong, saya didorong-dorong enggak boleh masuk, ya mungkin trauma," katanya.
Usai membunuh korban, pada Jumat (8/8) pagi pelaku menitipkan dua anak korban yang baru berusia 3,5 tahun dan 18 bulan ke Linda. Saat itu pelaku mengaku korban sudah berangkat kerja menggunakan kereta api.
"Emang setiap hari kalau kerja anaknya dititip di sini, dianter sama bapak ibunya, terus ibunya langsung berangkat kerja diantar suaminya, tapi pas kemarin saya tanya MSD mana? Kata dia (pelaku) sudah naik kereta,"
kata Linda.
merdeka.com
Korban sehari-hari dikenal sebagai sosok yang periang dan jarang menceritakan masalah yang dialaminya, termasuk kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Bahkan sehari sebelum peristiwa pembunuhan ini, korban masih terlihat ceria.
"Dia baru kerja dua minggu, dia bilangnya betah kerja di situ, penghasilannya juga lumayan, dia waktu ceritain soal kerjaannya kelihatan senang banget, sampai cium tangan saya berkali-kali," katanya.
Korban bekerja di perusahaan kosmetik di Jakarta. Di perusahaan itu, korban menjadi content creator yang bertugas menjual produk kosmetik secara live di media sosial.
"Iya anak saya tiap hari live di TikTok, nawarin produk, kalau dia mau live, saya dikasih tahu, saya nonton anak saya, dia senang banget, makanya saya masih enggak percaya aja anak saya udah meninggal," kata Linda dengan mata berkaca-kaca.
Selama dua minggu menjadi content creator, produk kosmetik yang ditawarkan korban mengalami peningkatan penjualan. Saat itu korban berjanji akan membayarkan utang orang tuanya.
"Dua minggu kerja, penjualannya lumayan kata anak saya, dia juga bilang nanti kalau memenuhi target uangnya buat bayar utang-utang mamah, gitu bilangnya, waktu cerita itu dia senang banget, saya sampai dipanggil mamih, dia kalau lagi senang selalu panggil saya mamih," ungkapnya.
Korban menikah dengan pelaku sejak sekitar tiga tahun yang lalu. Selama berumahtangga, korban sering mendapat perlakuan kasar hingga kekerasan fisik dari pelaku. Beberapa hari kemudian Linda dihubungi korban dan mengatakan sudah melaporkan pelaku ke polisi.
"Mah, Mega udah divisum, gitu katanya, dia babak belur, terus lapor polisi, itu ya tanggal 7 Agustus kemarin, dia hubungi saya, iya sempat mau cerai, malah Mega pernah dua hari tinggal sama saya, dia enggak pulang ke kontrakan,"
kata Linda.
merdeka.com
Namun upaya untuk cerai batal, karena kata Linda, pelaku mengancam akan bunuh diri jika diceraikan. Akhirnya saat itu pelaku dan korban kembali rujuk, namun dengan persyaratan yang harus disetujui oleh pelaku dan keluarganya.
"Iya mereka serumah lagi, tapi Mega bilang pengin ada perjanjian di atas materai, jadi seandainya kalau terjadi KDRT lagi, keluarga dia (pelaku) didenda sebesar-besarnya, tapi belum sempat terjadi," katanya.
Korban dan pelaku dikaruniai dua anak. Anak pertama laki-laki saat ini berusia 3,5 tahun. Sedangkan anak kedua perempuan berusia 18 bulan. Setelah kejadian ini, kedua anak korban kini tinggal bersama Linda di Tambun Selatan.