Pedagang di Garut Dihantui Peredaran Uang Palsu
Merdeka.com - Sejumlah pedagang di Kabupaten Garut, Jawa Barat saat ini tengah dihantui oleh peredaran uang palsu. Di antara mereka, sudah beberapa kali menerima uang palsu dari sejumlah pelanggan sehingga merugi puluhan hingga ratusan ribu rupiah.
Saputra (39) salah seorang pedagang pulsa dan servis telepon genggam di wilayah Kecamatan Garut Kota, mengaku sempat menjadi korban peredaran uang palsu. Kejadian itu berawal saat tempatnya didatangi cukup banyak pelanggan sehingga tidak bisa mengecek satu persatu keaslian uang.
"Saya biasanya memang cek satu persatu uang yang saya terima dari pelanggan, karena sebelumnya pernah kejadian. Pas itu memang pelanggan cukup banyak sehingga tidak bisa mengecek satu persatu uang yang diterima, langsung saya masukin saja uang ke dalam tas tempat penyimpanan uang," kata Saputra, Rabu (18/1).
-
Kenapa uang palsu di Garut diedarkan? Polisi menangkap dua pelaku atas dugaan membuat dan mengedarkan uang palsu,“ katanya, dikutip dari ANTARA, Senin (14/8).
-
Siapa yang edarkan uang palsu di Garut? Petugas kepolisian dari Polsek Leles menangkap ibu dan anak yang diduga mengedarkan uang palsu di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat.
-
Dimana uang palsu diedarkan? Petugas kepolisian dari Polsek Leles menangkap ibu dan anak yang diduga mengedarkan uang palsu di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat.
-
Uang palsu apa yang diedarkan? Disampaikan Kepala Polsek Leles, AKP Agus Kustanto, keduanya mengedarkan uang imitasi dengan pecahan Rp10 sampai Rp100 ribu.
-
Siapa korban penipuan uang? “Ya Tuhan duit Rp 2.000 dibuat jadi Rp 20.000 ditambahnya nol, Astagfirullah.. Astagfirullah,“ ujar pedagang wanita yang diduga jadi korban penipuan.
-
Apa penipuan yang marak terjadi saat ini? Beredar unggahan di media sosial terkait tawaran pinjaman bagi nasabah Bank Rakyat Indonesia (BRI) hanya dengan menghubungi nomor WhatsApp.
Dia baru menyadari mendapat uang palsu ketika hendak memasukan uang hasil usahanya ke dompet digital miliknya. Ketika itu, beberapa lembar uang yang dibawanya disebut palsu dan tidak bisa diterima. Saat mengetahui hal tersebut, ia pun mengaku cukup kaget.
"Pas itu saya sempat langsung membandingkan uang palsu pecahan Rp50 ribu itu dengan yang asli, dan ternyata memang ada perbedaan mencolok. Kalau warnanya selintas memang sama, tapi ada yang bedanya dan memang itu palsu," ungkapnya.
Saat kembali ke tempat usahanya, ia sempat bercerita kepada pedagang lain yang lokasinya tidak jauh dari gerainya. Sebelum selesai bercerita, pedagang tersebut pun ternyata juga sempat menjadi korban peredaran uang palsu.
"Usaha teman saya ini pedagang makanan. Ternyata teman saya ini juga jadi korban, uangnya pecahan Rp100 ribu. Dia ruginya nerima uang palsu dan ngasih kembalian uang asli. Saya ruginya beberapa ratus ribu," katanya.
Pedagang lainnya, Ahmad (35) juga sempat menjadi korban peredaran uang palsu. Ia pun merugi hampir Rp1 juta karena kejadian yang terjadi pekan kemarin itu.
"Saya kan penjual HP second, baik langsung maupun online. Pas itu ada yang beli HP ke saya langsung, ngajak cod (cash on delivery) malem-malem," kata Ahmad.
Dia akhirnya bertemu dengan pembeli sambil membawa HP yang hendak dibeli. Setelah bertemu, HP diperiksa dan disetujui untuk dilakukan jual beli dengan harga yang sudah disepakati kemudian membayar dengan uang pecahan 50ribu.
Awalnya, Ahmad mengaku tidak mencurigai uang yang diterimanya palsu. "Tapi pas pulang ke rumah, saya cek lagi uangnya. Kalau dari jumlah tidak berkurang, tapi pas dilihat kok kaya ada yang beda. Pas saya cek lebih jauh ternyata uangnya palsu," ungkapnya.
Ahmad berharap agar pihak berwenang bisa menindak maraknya parktik peredaran uang palsu. Meski merugi ratusan ribu, ia menyebut bahwa itu adalah musibah baginya.
"Jangan sampai ada kejadian lagi. Kitanya para pedagang harus teliti sebelum memasukan uang ke saku atau tempat penyimpanan lainnya. Pihak terkait juga harus bergerak agar tidak ada korban. Saya saja yang matanya masih bagus, kalau yang tua lebih kasian lagi," pungkasnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pengedar ini diketahui biasa membelanjakan uang palsunya di warung-warung kecil perkampungan.
Baca SelengkapnyaTak hanya pecahan besar, ibu dan anak juga edarkan pecaan kecil. Waspada.
Baca SelengkapnyaSetidaknya tiga rumah warga yang berada di Desa Cangkuang, Salamnunggal, dan Kandangmukti mengalami kerusakan akibat aksi tersebut
Baca SelengkapnyaPolisi mengungkap biang kerok penyaluran pupuk subsidi langka buat petani.
Baca SelengkapnyaPengungkapan berawal ketika tersangka T beraksi menggunakan sepeda motor Honda Beat bernopol H 6252 ASD.
Baca SelengkapnyaSang Dukun meminta agar korban melarung uang ke laut sebagai ritual buang sial
Baca SelengkapnyaPolisi menyita barang bukti sebanyak 995 lembar dolar USD dan 45 lembar mata uang Rupiah pecahan Rp100 ribu dari tangan pelaku.
Baca SelengkapnyaSang penipu bahkan mewarnai uang 2 ribu tersebut dengan warna hijau berharap sama dengan uang 20 ribu.
Baca SelengkapnyaUang asli dan uang palsu dapat dibedakan dengan 3 D.
Baca SelengkapnyaPolisi masih mendalami dugaan telah adanya uang palsu yang beredar jelang Hari Raya Iduladha 1445 H.
Baca SelengkapnyaModus operandi yang dilakukan para tersangka menggunakan uang itu sebagai alat transaksi membeli keperluan sehari-hari.
Baca SelengkapnyaPolisi menangkap ibu dan anak yang diduga membuat dan mengedarkan uang palsu di Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Baca Selengkapnya