Perbudakan modern di Jalan Daendels
Merdeka.com - Jalan Raya Pos, yang terbentang dari Anyer hingga Panarukan, adalah saksi bisu perbudakan paling kejam di negeri ini. Dibangun pada 1808 dan selesai hanya dalam waktu setahun, jalan 1.000 km lebih itu dibayar dengan sekitar 12.000 nyawa.
Dengan kata lain, setiap pembangunan 1 km jalan ada 12 nyawa budak melayang. Adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Herman Willem Daendels, yang tangannya berlumur darah.
Untuk menembus medan Cadas Pangeran, Sumedang saja, 5.000 orang harus mati di bawah siksaan tentara Daendels. Cambuk dan pukulan siap menghujam ke tubuh para budak pribumi yang memetak pegunungan hanya dengan kapak. Kisah berdarah itu pernah dituliskan Pramoedya Ananta Toer lewat buku 'Jalan Raya Pos, Jalan Daendels' (2005).
-
Kenapa perdagangan budak dimulai di benteng? Perdagangan budak mulai dari benteng ini pada 1663 ketika Raja Charles II memberikan piagam kepada Perusahaan Petualang Kerajaan Inggris yang Berdagang ke Afrika (kemudian Perusahaan Kerajaan Afrika). Dia memberinya hak monopoli atas perdagangan manusia.
-
Dimana kejadian penjarahan terjadi? Dalam tayangan yang beredar, warga berbondong-bondong mendatangi lokasi kecelakaan dengan membawa kresek dan karung untuk membawa pulang susu kaleng yang berserakan di jalan raya.
-
Dimana kejadian pembacokan terjadi? Peristiwa itu terjadi saat penghitungan suara di TPS 027, RT 23, Kelurahan 30 Ilir, Kecamatan Ilir Barat II, Palembang, Rabu (14/1) malam.
-
Apa yang ditemukan di benteng budak? Sejumlah artefak yang ditemukan di antaranya gunflint (digunakan dalam senjata kuno), pipa tembakau, pecahan tembikar, dan tulang rahang kambing.
-
Apa peran Stasiun Medan dalam perdagangan kolonial? Stasiun Medan ini dulunya menjadi saksi bisu perkembangan kereta api dari masa ke masa. Bahkan, berperan penting dalam berlangsungnya aktivitas perkebunan yang akan di distribusikan ke luar negeri.
-
Siapa yang menemukan benteng budak? Profesor Christopher DeCorse, arkeolog dari Universitas Syracuse Amerika Serikat mengatakan temuan ini menunjukkan keberadaan “pos Inggris pertama yang didirikan di Afrika“.
Dua abad berlalu dan makin majunya peradaban manusia, ternyata tak juga bisa membuat negeri ini lepas dari perbudakan. Tidak sekejam Daendels memang. Namun, kisah 25 buruh pabrik kuali yang disekap, disiksa dan tidak digaji selama berbulan-bulan di Kabupaten Tangerang, Banten, cukup untuk menyebut tindakan itu sebagai perbudakan.
Ya, perbudakan itu dilakukan di Tangerang, salah satu wilayah yang dihubungkan oleh Jalan Raya Pos buatan Daendels.
"Kami mandi jarang, kalau mandi juga pakai sabun krim cuci piring (sabun colek), kerjanya nggak enak, kaya budak. Saya dikasari, dipukul, tidak dikasih makan. Saya tidak akan kerja di sana lagi," kata Andi asal Lampung Utara, buruh yang lolos, dari penyekapan.
Memang tidak ada buruh yang tewas dalam perbudakan di Tangerang itu. Namun, masih munculnya perbudakan di tengah dunia yang katanya sudah modern ini, seakan sama tragisnya dengan kisah nyawa yang memang gampang melayang di zaman penjajahan dulu.
Meski perbudakan sudah terungkap dari penuturan sejumlah buruh yang lolos, keluarga pemilik pabrik, Yuki Irawan, tetap membantah adanya kekerasan tersebut.
"Enggak ada itu namanya penyekapan, orang semua baik-baik saja. Masalah handphone disita, itu agar para karyawan fokus bekerja," ujar kuasa hukum Yuki, Tety Machyawaty kemarin.
Apapun sangkalannya, kini pemilik pabrik harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan hukum. Perbuatan perbudakan yang tentu tidak mungkin dia lakukan, kalau bisa merasakan bagaimana pahitnya diperbudak.
Ucapan Abraham Lincoln, mantan presiden AS ini, barangkali penting dicamkan oleh sang pemilik pabrik kuali: "As I would not be a slave, so I would not be a master." (mdk/ren)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Keberadaan Orang Rantai ini menjadi bukti perbudakan pekerja tambang yang ada di Sawahlunto.
Baca SelengkapnyaGambaran eksekusi saat itu sangat menyeramkan. Terhukum mati ditaruh di atas roda yang menggantung pada sebuah tiang. Di atas sana mayatnya dibiarkan mengering
Baca SelengkapnyaPara pekerja harus membabat hutan-hutan dan meratakan tanah untuk bantalan rel kereta.
Baca SelengkapnyaSalah satu bangunan peninggalan DSM yang sampai sekarang masih berdiri kokoh adalah Stasiun Medan
Baca SelengkapnyaBerikut potret Jalan Raya Puncak Bogor zaman dulu yang masih didominasi tanah dan hutan.
Baca SelengkapnyaMereka yang tak punya tanah dipaksa bekerja di kebun milik pemerintah
Baca SelengkapnyaKehadiran kota Depok dan munculnya julukan ‘Belanda Depok’ bagi keturunan asli Depok tidak terlepas dari peran tuan tanah Cornelis Chastelein.
Baca SelengkapnyaSejak tingginya aktivitas imigrasi orang-orang Jawa ke Sumatera, mereka menetap dan membentuk sebuah komunitas.
Baca SelengkapnyaNamun jauh sebelum menjadi penjara Soekarno, kawasan Banceuy merupakan pusat kandang kuda di Bandung. Kuda yang hendak ke Semarang, akan bertukar di sini
Baca SelengkapnyaModa transportasi dengan tenaga manusia ini dulunya menjadi kendaraan ikonik dan digunakan untuk mengangkut penumpang di Kota Medan.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan nama-nama jalan di Belanda yang menggunakan nama daerah yang ada di Indonesia.
Baca SelengkapnyaDahulu jalur puncak masih sepi dengan kontur jalan tanah dan berbatu. Kendaraan pun hanya kereta yang ditarik oleh tiga kuda.
Baca Selengkapnya