PMI asal Garut Hilang di Arab Saudi, Keluarga Lapor Polisi
Merdeka.com - Ela Yuliani (39), pekerja migran Indonesia (PMI) asal Garut, Jawa Barat, yang hilang kontak dengan keluarga belum juga diketahui keberadaannya. Pihak keluarga didampingi anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP2MI) Jawa Barat dan Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Garut membuat laporan pengaduan ke polisi , Selasa (13/6).
Anggota Komisi V DPRD Provinsi Jawa Barat, Enjang Tedi mengatakan bahwa dirinya mendampingi keluarga Ela membuat laporan pengaduan ke polisi karena keberadaan perempuan itu sudah tidak diketahui.
"Perkembangan terakhir berdasarkan penelusuran Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dan kantor perwakilan di Riyadh di Saudi sudah kabur dari rumah majikan," katanya, Rabu (14/6).
-
Siapa yang bertanggung jawab atas keberangkatan Pekerja Migran Indonesia? Kepala Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), Benny Rhamdani kembali lepas Pekerja Migran Indonesia yang akan terbang berangkat ke Korea, Jerman, dan Taiwan, di eL Hotel Royale Gading Kirana, Jakarta Utara, Senin (4/3).
-
Siapa yang menghilang selama 15 tahun? ‘Saya pernah hilang sekitar 15 tahun. Terutama ketika saya pulang dari Mesir. Ini benar-benar seperti hilang total ya,’ ungkapnya.
-
Siapa WNA yang ditangkap Imigrasi? HBR belakangan ditangkap Imigrasi Tanjung Perak dan terancam dideportasi ke negaranya lantaran izin tinggalnya sudah tidak berlaku.
-
Siapa yang memulangkan WNI? Direktorat Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri secara bertahap memulangkan Warga Negara Indonesia (WNI) yang terjebak di Gaza Palestina.
-
Dari mana WNI dipulangkan? Empat di antaranya telah dipulangkan ke Indonesia.
-
Dimana WNA itu ditangkap? HBR belakangan ditangkap Imigrasi Tanjung Perak dan terancam dideportasi ke negaranya lantaran izin tinggalnya sudah tidak berlaku.
Karena keberadaan Ela tidak diketahui, Kemenlu dan kantor perwakilan memerlukan dasar laporan pengaduan dari keluarga. Oleh karena itu ia mendampingi Anjani Pebriani, putri dari Ela membuat laporan pengaduan sekaligus memberikan keterangan soal pihak yang memberangkatkan.
Enjang menjelaskan bahwa laporan pengaduan ke polisi juga nantinya akan menjadi dasar BP2MI menyampaikan laporan ke Kemenlu untuk pencarian Ela di Riyadh. Sebelum dinyatakan hilang, Kemenlu sudah mengecek langsung keberadaan Ela di rumah majikannya.
"Berdasarkan keterangan majikan, Ela sudah kabur sejak bulan Ramadan lalu. Dan berdasarkan keterangan dari NH yang merupakan sponsor Ela yang sedang bekerja di Dubai, ela itu sudah kabur dari rumah majikan. Jadi keterangan dari NH dan keterangan dari Kemenlu kantor perwakilan sama, Ela sudah kabur dari rumah majikan," jelas Enjang.
Setelah kabur dari rumah majikan, menurut Enjang, Ela juga rupanya tidak pernah menghubungi keluarganya yang ada di Garut. Ketika kabur dari rumah majikannya, Ela diperkirakan tidak pergi ke Kedutaan Besar Indonesia di Arab Saudi sehingga tidak ada informasi keberadaannya hingga saat ini.
"Karena kalau kabur ke kedutaan pasti ketahuan. Nah keberadaannya yang ini perlu penelusuran. Ketika saya bertemu silaturahmi ke kantor BP2MI pusat, perkembangan pengaduan Ela ini menjadi prioritas BP2MI dan itu akan ditindaklanjuti jika ada dasar laporan pengaduan dari keluarga," ucapnya.
Sementara itu, Anjani Pebriani mengatakan bahwa dengan pembuatan laporan pengaduan yang dilakukan dirinya berharap agar ibunya bisa segera diketahui keberadaannya. “Harapannya juga tentunya agar ibunya bisa kembali ke Garut dengan selamat,” katanya.
Ia menyebut bahwa Ela memiliki empat orang anak, dimana yang dua adalah kembar. Saat ini, kedua adiknya yang kembar terpaksa diurus oleh keluarganya yang lain karena ia sudah menikah dan tinggal di wilayah selatan Garut dan adiknya sudah bekerja meski usianya masih usia sekolah.
Sebelumnya, seorang pekerja migran Indonesia (PMI), Ela Yuliani (39), asal Kecamatan Tarogong Kaler, Garut, Jawa Barat diduga menjadi korban penganiayaan majikannya di Riyadh, Arab Saudi. Saat berkomunikasi terakhir, wanita itu menangis minta pulang karena tidak tahan.
Anak Ela, Anjani Pebriani (20) mengatakan bahwa ibunya berangkat ke Arab Saudi pada Oktober 2022. Sejak keberangkatan itu, Ela dengan keluarga di Garut sulit berkomunikasi."Hanya sesekali menelepon. Sejak tiga bulan terakhir, komunikasi terputus, mamah terakhir menelepon nangis-nangis, ingin pulang katanya sudah tidak kuat. Ada kabar mengalami kekerasan," kata Anjani, Minggu (14/5).
(mdk/yan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kasus PMI Non Prosedural ini kerap terjadi karena iming-iming keberangkatan yang mudah, tidak membutuhkan pelatihan dan kompetensi bidang.
Baca SelengkapnyaDalam kunjungan itu, Karding didampingi Penjabat Bupati Majalengka, Dedi Supandi.
Baca SelengkapnyaLaporannya tak kunjung ditindaklanjuti, Herawati mengadu ke Kapolri melalui media sosial. Ternyata cara ini membuat sang pelaku tertangkap.
Baca SelengkapnyaPresiden Joko Widodo (Jokowi) buka suara perihal Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang keberadaannya hilang tanpa kabar di Eropa.
Baca SelengkapnyaKemenag Sulsel belum mendapatkan aduan dari keluarga maupun korban penipuan haji di layanan pengaduan.
Baca SelengkapnyaDiketahui, visa yang akan digunakan adalah visa ziarah, sehingga praktik penyaluran imigran ini ilegal
Baca Selengkapnyakeluarga besarnya berharap masyarakat bisa membantu menemukan ibunya.
Baca SelengkapnyaMereka diduga berangkat dengan cara ilegal dan menjadi korban perdagangan manusia.
Baca SelengkapnyaKetiganya meninggal pada 31 Maret 2024 lalu usai diterjang luapan sungai saat mencari ikan
Baca SelengkapnyaJenazah pekerja migran bernama Gafur baru diautopsi aparat kepolisian setempat pada Kamis (1/8).
Baca SelengkapnyaCerita korban TPPO Disekap Berbulan-Bulan dan Kerja Tanpa Digaji
Baca SelengkapnyaKapolri perintahkan anggotanya untuk membebaskan ibu yang disekap dan dijadikan budak seks di Dubai.
Baca Selengkapnya