Siklus Ikan Mabuk Tiga Tahun Sekali Kembali Terulang, Warga OKU Langsung Panen
Merdeka.com - Warga sekitar Danau Ranau, Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, Sumatera Selatan, geger dengan adanya fenomena ribuan ikan mabuk. Warga pun berbondong-bondong memanennya.
Kepala Dinas Perikanan OKU Selatan Faridah menerangkan, ribuan ikan itu naik ke permukaan lalu ke pinggiran danau. Pemicunya karena terkena zat belerang yang dikeluarkan Gunung Seminung.
"Ikan tidak mati, hanya mabuk. Karena itulah ditangkapi warga," ungkap Faridah, Rabu (22/2).
-
Bagaimana cara warga menangkap ikan? Mereka hanya diperkenankan menangkap ikan menggunakan tangan dan jaring.
-
Ikan apa yang digemari masyarakat? Ikan kakap adalah jenis ikan di laut pertama yang sering dikonsumsi oleh masyarakat.
-
Gimana Ikan Batak dikaitkan dengan masyarakat? Terakhir ada ikan dengan nama suku di Sumatra Utara yaitu Ikan Batak. Ikan yang satu ini begitu erat dengan masyarakatnya. Bagaimana tidak, ikan ini dijadikan persembahan saat acara adat.Ikan nokturnal ini rupanya menjadi pilihan lauk untuk makanan sehari-hari. Di sisi lain, sebagian orang menganggap ikan ini keramat dan tidak boleh dikonsumsi.
-
Bagaimana cara warga memanggil ikan di Pantai Bakaro? Tradisi ini dilakukan dari pinggir pantai dengan cara meniupkan pluit, dan menebar sarang rayap sembari menepuk-nepuk air.
-
Apa jenis ikan yang ditemukan? Ikan berjenis ikan siput 'genus Pseudoliparis' ini ditemukan di kedalaman sekitar 8.336 meter di bawah laut.
-
Apa penyebab matinya ratusan ribu ikan? Menurut laporan penduduk setempat dan media-media lokal, gelombang panas brutal dan pengelolaan waduk adalah penyebabnya matinya ratusan ribu ikan tersebut.
Fenomena itu terjadi tiga sampai lima tahun sekali. Hanya saja, kondisinya berubah menjadi setahun sekali. Fenomena dengan istilah Bentilehan ini menyebar di Kecamatan Pematang Ribu Ranau Tengah hingga Kecamatan Warkuk Ranau Selatan.
"Memang tak bisa diprediksi kapan terjadi, tapi memang sering ada fenomena ini," ujarnya.
Banyaknya ikan yang mabuk menjadi berkah bagi warga sekitar. Mereka mendapatkan ratusan kilogram ikan dan dijual seharga Rp10 ribu per kg.
"Ikannya tidak beracun sehingga masih bisa dikonsumsi," kata dia.
Namun, peristiwa ini membuat petani tambak merugi. Mereka harus panen sebelum waktunya karena ikan gurami dan mujair banyak yang mabuk dan bisa mati jika dibiarkan terlalu lama.
"Petani tambak panen begitu ada fenomena ini, karena air yang masuk ke tambaknya berasal dari Danau Ranau dan Gunung Seminung," pungkasnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penampakan itu disebut horor oleh sebagian orang. Bahkan, ada yang mengaitkannya sebagai pertanda yang tidak baik.
Baca SelengkapnyaDua ton ikan yang dilepas Pemkot ini menjadi rebutan warga. Mereka berlomba-lomba menangkap sampai desak-desakan menyerok ikan.
Baca SelengkapnyaWali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan kabupaten lain untuk mengatasi pencemaran di Sungai Bengawan Solo.
Baca SelengkapnyaSalah satu tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menjaga ketahanan pangan masyarakat.
Baca SelengkapnyaKegiatan ini juga bertujuan untuk membersihkan endapan yang menumpuk di dasar kolam.
Baca SelengkapnyaIntip keseruan tradisi kebyak rowo di waduk Rowo Glandang. Ratusan orang berlomba menangkap ikan dengan alat tradisional.
Baca SelengkapnyaIkan-ikan yang bermunculan itu tidak seperti ikan hidup pada umumnya, melainkan dalam keadaan lemas.
Baca SelengkapnyaDi acara ini, seluruh lapisan warga Depok tumpah ruah ke kolam ikan untuk ngubek empang.
Baca SelengkapnyaTradisi Ngubek Empang ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan perayaan Lebaran Depok 2024.
Baca SelengkapnyaDi musim kemarau tahun 2023 lalu, desa tersebut kembali muncul ke permukaan.
Baca SelengkapnyaDanau Masigit di Serang mengalami kekeringan selama 3 bulan.
Baca SelengkapnyaTradisi warisan nenek moyang ini masih dipertahankan oleh masyarakat nelayan Jepara.
Baca Selengkapnya