Strategi Petani Kopi Banyuwangi, di Tengah Lesunya Serapan Pasar
Merdeka.com - Bulan September jadi masa puncak panen raya kopi rakyat di Kabupaten Banyuwangi. Meski serapan penjualan kopi mengalami penurunan akibat dampak pandemi Corona (Covid-19), petani di Banyuwangi punya strategi untuk tetap mandiri memasarkan produknya dengan harga jauh lebih mahal 50 persen dibandingkan harga dari tengkulak.
Harga kopi green been jenis robusta di tingkat tengkulak masih cukup stabil di Rp 22 ribu per kilogram, sementara harga dari petani kopi yang mandiri menjual ke pelaku UMKM kafe tetap dibanderol dengan harga stabil antara Rp 42 ribu hingga Rp 50 ribu per kilogramnya.
Petani kopi rakyat di Desa Telemung, Kecamatan Kalipuro Imam Mukhlis (29), menjadi salah satu petani yang tetap bertahan menjual secara mandiri dengan kualitas petik merah.
-
Bagaimana cara petani Sukomakmur menjual hasil panen? Untuk penjualan, di Desa Sukomakmur para petani sudah punya pembelinya sendiri.
-
Siapa pemilik kebun kopi sekarang? Saat ini, Perkebunan De Karanganjar dipimpin oleh cucu pertama Denny Roeshadi yang bernama Wima Brahmantya.
-
Siapa yang merintis pekerjaan sebagai petani di Sukomakmur? Walaupun warga asli Sukomakmur, namun Lihun merasakan betul bagaimana sulitnya merintis pekerjaan sebagai petani.
-
Di mana kopi Temanggung dibudidayakan? Kopi merupakan komoditas andalan Kabupaten Temanggung setelah tembakau. Selain bertani tembakau, para petani Temanggung juga menanam kopi.
-
Siapa yang membantu petani rempah? “Kami menindaklanjuti MoU dengan Sido Muncul beberapa waktu lalu. Isi kerjasamanya, melingkupi para petani penghasil rempah yang tergabung dalam koperasi akan menjadi bagian dari rantai di industri jamu Sido Muncul,“ kata Menkop dan UKM, Teten di Pabrik Sido Muncul.
-
Apa keunggulan kopi Temanggung? Kualitas kopi Temanggung telah teruji hingga ke kancah dunia karena memiliki ciri khas serta cita rasa khusus.
"Meski pasar lesu, saya tetap menjual secara mandiri. Tidak akan saya jual ke tengkulak, karena selisih harganya sampai 50 persen," kata Imam saat ditemui di rumahnya, Kamis (17/9).
Imam memiliki strategi memproses kopinya dengan tepat hingga kadar air 12 persen, sehingga mampu disimpan selama 2 tahun dengan kualitas rasa tetap terjaga.
"Akhirnya saya memilih menimbun kopi saya di rumah," ujarnya.
Imam memiliki kebun kopi seluas 15 hektar dengan produktivitas panen rata rata mencapai 10 ton per tahun. Jumlah tersebut dia pasarkan secara mandiri melalui media sosial dengan nama produk "Omah Kopi". Imam juga membuka kedai kopi di halaman rumahnya, lengkap dengan paket wisata panen kopi, sangrai hingga menyeduh kopi.
"Sekarang pasar wisata lesu, kafe-kafe juga. Namun sekarang sudah mulai membaik, dibandingkan awal pandemi sempat 3 bulan kopi saya tidak laku karena semuanya tutup," ujarnya.
Imam mengatakan, 70 persen serapan produk kopinya dibeli oleh pelaku usaha kafe-kafe yang tersebar di Banyuwangi sisanya untuk produk oleh-oleh wisatawan hingga pasar ekspor.
Sebelum pandemi, Imam juga menyerap kopi rakyat milik tetangganya yang bersedia memanen kopi merah dengan standar harganya. Sebab permintaan pasar yang besar namun ketersediaan kopi dengan petik merah yang terbatas.
"Sebenarnya saya sudah edukasi para petani untuk mandiri menjual dengan harga lebih mahal dengan syarat petik merah, namun mereka akhirnya kembali ke tengkulak karena ingin sekaligus laku semua, meski dengan harga rendah," jelasnya.
Imam sendiri sudah pernah menjual produk kopinya hingga ke Dubai, Timur Tengah selama setahun terakhir, dengan harga lebih tinggi.
"Permintaan sebulan sekali. Saya juga ada permintaan 30 ton per bulan, tapi ya kendalanya petani di sini belum ada gudang dengan daya tampung sebesar itu," jelasnya.
Imam berharap di desanya terdapat koperasi yang bisa menyerap produk petani dengan harga lebih mahal melalui pasar yang mereka bentuk sendiri. Lewat koperasi Imam juga yakin proses pemantauan kualitas juga semakin mudah, karena proses penjualan melalui satu pintu di koperasi.
"Kalau ada koperasi enak, proses petik merah tidak hanya dari saya tapi juga petani lain bisa langsung terserap," katanya.
"Kalau sekarang dengan keadaan pasar yang sedang lesu, sementara saya tidak membeli kopi milik tetangga saya, karena milik saya sendiri juga belum habis dan saya juga belum punya gudang dengan kapasitas besar," tambahnya.
Tidak hanya meningkatkan kesejahteraan petani kopi, para buruh petik kopi merah juga mendapat penghasilan lebih tinggi bila petani memilih memetik merah. Bila proses petik merah seharga Rp 1000 per kilogram, upah petik asal hanya Rp 650, per kilogram.
"Dalam sehari saya petik merah bisa dapat 100 kilogram, kalau petik asal dapatnya memang lebih banyak, tapi harga petiknya ya murah," ujar Supani, buruh petik kopi. (mdk/hrs)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Walaupun punya potensi wisata, belum banyak dari warga yang tahu bagaimana memanfaatkan potensi itu.
Baca SelengkapnyaProklim Lestari adalah penghargaan tertinggi bagi desa yang memiliki kegiatan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK).
Baca SelengkapnyaKopi lokal Indonesia sudah banyak dilirik dan digemari masyarakat negara lain, sehingga penting untuk mempersiapkan diri.
Baca SelengkapnyaProduksi kopi rakyat di Banyuwangi bisa mencapai 10.600 ton per tahun.
Baca SelengkapnyaDengan harga pasar bawang merah Rp 11.000 per kilogram, kelompok tani ini mampu menghasilkan Rp3,12 miliar.
Baca SelengkapnyaSebelum terjun ke dunia pertanian, Makmur merantau ke Jepang dan bekerja di bidang manufaktur.
Baca SelengkapnyaPembuatan gula Jawa itu dilakukan secara tradisional dan menggunakan batok kelapa sebagai cetakannya.
Baca SelengkapnyaPerkembangan teknologi menghadirkan banyak aplikasi yang memudahkan masyarakat untuk berbelanja dari jarak jauh.
Baca SelengkapnyaBerbagai keseruan dunia perkopian dihadirkan dalam Pesta Rakyat Kopi Gombengsari, 8-13 Agustus 2023
Baca Selengkapnya"Untuk mengelola kafe, saya dibantu oleh 5 karyawan. Sedangkan pengelolaan kebun kopi dibantu 3 orang," kata Deni.
Baca SelengkapnyaSeorang wanita paruh baya pilih berjualan di tengah hutan dan gunung selama 24 jam sehari untuk penuhi kebutuhan keluarganya.
Baca SelengkapnyaKedai kopi ini hadir agar seluruh lapisan masyarakat bisa mencicipi nikmatnya minuman kopi ala kafe.
Baca Selengkapnya