Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Tersebar Enam Kabupaten, 252 Ekor Babi di NTT Mati akibat Virus ASF

Tersebar Enam Kabupaten, 252 Ekor Babi di NTT Mati akibat Virus ASF Babi milik warga di Kupang mati mendadak. ©2023 Merdeka.com

Merdeka.com - Sebanyak 252 dari jumlah populasi 2.024.392 babi ternak di Nusa Tenggara Timur (NTT) mati, setelah terserang virus ASF (African Swine Fever) atau demam babi Afrika. Data yang diperoleh dari Dinas Peternakan NTT menyebutkan, ratusan ekor ternak babi yang mati tersebar di enam kabupaten di NTT.

Kabid Keswan dan Kemavet Dinas Peternakan NTT, Melky Angsar menjelaskan, enam kabupaten itu adalah Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Sumba Barat Daya, Ende, Sikka dan Flores Timur.

Menurutnya, sejak 18 Desember 2022 hingga 24 Januari 2023 di Kota Kupang, dari jumlah populasi ternak babi sebanyak 34.032 ekor, terdapat 39 babi yang mati. Kabupaten Kupang jumlah populasi sebanyak 418.075 ekor, yang mati 75 ekor.

Orang lain juga bertanya?

Sumba Barat Daya populasi babi sebanyak 80.605 ekor, mati 22 ekor. Ende populasi 59.372 ekor, mati 41 ekor. Sikka populasi 133.457 ekor, mati 42 ekor dan Flores Timur populasi 87.054 ekor, mati 33 ekor babi.

Kasus ini mulai terdeteksi sejak Desember 2022 lalu di Kelurahan Lasiana, Oepura, Liliba, Belo dan Manutapen.

Kepala Dinas Pertanian Kota Kupang, Obed Kadji mengatakan, kasus babi mati mendadak karena terserang virus ASF ini terjadi pada Desember 2022 lalu. Namun sampai dengan 18 Januari 2023, belum ada laporan lebih lanjut.

"Upaya dari dinas sendiri yaitu dengan melakukan disinfektan, yang juga didapat dari Pemerintah Provinsi NTT dalam hal ini Dinas Peternakan," katanya, Rabu (25/1).

Obed menjelaskan, hingga kini pemerintah pusat hingga ke daerah belum memiliki vaksin, sehingga kasus ini sudah beberapa kali terjadi di daerah, termasuk Kota Kupang, akibatnya banyak peternak merugi.

"Vaksin untuk virus ini tidak ada. Awalnya informasi yang kita dapat virus demam babi ini sudah muncul kembali, semua paramedik kita langsung bergerak di lapangan," ungkapnya.

Menurut Obed, pemerintah provinsi juga telah memberikan desinfektan sebanyak 1.000 liter untuk disemprotkan ke kandang babi, baik dilakukan langsung oleh tenaga paramedik, maupun ke kelompok ternak dan kelompok tani.

"Hal ini akhirnya menimbulkan ketakutan dari para peternak karena akan merugi dan berdampak terutama pada inflasi, di mana salah satu penyebab inflasi adalah daging babi," jelas Obed.

Dia meminta para peternak untuk menjaga kebersihan kandang, memastikan makanan yang diberikan kepada ternak dimasak dengan baik, yang paling penting jangan memberikan makanan hasil olahan.

Obed juga mengimbau masyarakat untuk tidak membeli daging babi yang dijual di pinggir jalan, karena dinas sendiri tidak bisa menjamin kebersihan dan layak konsumsi.

"Kita sarankan agar masyarakat membeli daging babi di pasar atau yang sudah ada sertifikat dan surat dari dinas," tutupnya.

(mdk/cob)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Geger Puluhan Ekor Ternak Babi di Sikka Mati Mendadak, Ternyata Ini Penyebabnya
Geger Puluhan Ekor Ternak Babi di Sikka Mati Mendadak, Ternyata Ini Penyebabnya

situasi penyakit hewan terkini mengindikasikan peningkatan jumlah ternak babi yang sakit dan mati di Kecamatan tersebut.

Baca Selengkapnya
Keracunan Massal Gara-Gara Santap Daging Babi Sakit, Satu Tewas
Keracunan Massal Gara-Gara Santap Daging Babi Sakit, Satu Tewas

Babi milik warga bernama Mama Fransina Nesimnasi disembelih keluarga pada Senin (17/7). Padahal sejak Sabtu (15/7) lalu, babi itu sudah kelihatan sakit.

Baca Selengkapnya
Satu Sapi di Wonogiri Positif Antraks, Begini Awal Mula Temuannya
Satu Sapi di Wonogiri Positif Antraks, Begini Awal Mula Temuannya

Hasil tracking Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jateng tidak ditemukan kasus penularan dari hewan ke manusia yang terjadi di Wonogiri.

Baca Selengkapnya
Waspada, Virus Flu Babi Afrika Sudah Masuk Indonesia
Waspada, Virus Flu Babi Afrika Sudah Masuk Indonesia

Masuknya virus flu babi ke Sulut karena ada unsur kelalaian manusia yang membawa ternak babi masuk ke Sulut melalui jalan tikus.

Baca Selengkapnya
Rabies Kembali Makan Korban
Rabies Kembali Makan Korban

Virus rabies kembali merebak dan menelan korban jiwa.

Baca Selengkapnya
Bocah 10 Tahun Tewas Usai Dicakar Anjing Rabies
Bocah 10 Tahun Tewas Usai Dicakar Anjing Rabies

Menurut Yohanes Sadipun, awalnya korban yang merupakan siswa sekolah dasar itu dicakar anjing rabies bersama dua temannya.

Baca Selengkapnya
Data Kasus Antraks di Gunungkidul: 12 Hewan Ternak Mati dalam 3 Bulan
Data Kasus Antraks di Gunungkidul: 12 Hewan Ternak Mati dalam 3 Bulan

Korban antraks ikut menyembelih dan memakan sapi yang sudah mati.

Baca Selengkapnya
3.888 Kasus Gigitan Hewan Rabies Terjadi di Sumut, Ini Imbauan Dinas Kesehatan
3.888 Kasus Gigitan Hewan Rabies Terjadi di Sumut, Ini Imbauan Dinas Kesehatan

Sepanjang tahun 2023 ini, ada hampir 4.000 kasus gigitan hewan rabies di Sumut.

Baca Selengkapnya
Lokasi Antraks di Gunungkidul, Desa Terpencil Berbatasan dengan Hutan
Lokasi Antraks di Gunungkidul, Desa Terpencil Berbatasan dengan Hutan

Hingga saat ini, Pemkab belum menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit antraks.

Baca Selengkapnya
Rabies Kembali Renggut Nyawa, Bocah 6 Tahun di NTT Meninggal Setelah Dagunya Digigit Anjing
Rabies Kembali Renggut Nyawa, Bocah 6 Tahun di NTT Meninggal Setelah Dagunya Digigit Anjing

Seorang bocah berusia enam tahun berinisial AN tewas pasca-digigit anjing rabies di Desa Hikong, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Baca Selengkapnya
Strategi NTT Cegah Antraks Sebelum Memakan Korban Jiwa
Strategi NTT Cegah Antraks Sebelum Memakan Korban Jiwa

Provinsi NTT sudah tegas melarang masuknya hewan dari wilayah yang ditemukan berbagai kasus yang membahayakan ternak dan manusia.

Baca Selengkapnya
Bertambah 81, Kematian Akibat DBD di RI Capai 621 Kasus
Bertambah 81, Kematian Akibat DBD di RI Capai 621 Kasus

Kemenkes mengajak masyarakat mencegah DBD dengan membersihkan lingkungan.

Baca Selengkapnya