Terus Berinovasi, Bandara Ngurah Rai Kejar Target 20,3 Juta Penumpang di Tahun 2023
Di tahun 2023 hingga bulan Agustus, Bandara Ngurah Rai telah melayani sebanyak 13.910.685 penumpang.
Program tematik itu menjadi salah-satu inovasi yang dilakukan Bandara Ngurah Rai
Terus Berinovasi, Bandara Ngurah Rai Kejar Target 20,3 Juta Penumpang di Tahun 2023
Sajian tari Kecak menyambut kehadiran penumpang di Terminal Kedatangan Internasional Bandara Ngurah Rai pada Senin (2/10/2023). Tak pelak aksi para penari menjadi tontonan menarik bagi turis asing yang baru tiba di Bali. Mereka terlihat antusias untuk mengambil foto dan sibuk berpose untuk mengabadikan kenangan ini.
Pihak bandara sengaja menampilkannya serangkaian peringatan Hari batik Nasional. Tak hanya itu, semua penumpang di hari itu, termasuk di terminal kedatangan domestik, mendapat cendera mata berupa slayer dan udeng bermotif batik.
"Ini untuk menciptakan pengalaman baru bagi para penumpang sekaligus memperkenalkan budaya Indonesia," kata General Manager PT Angkasa Pura I Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai-Bali, Handy Heryudhitiawan.
Program tematik itu menjadi salah-satu inovasi yang dilakukan untuk menciptakan kenyamanan penumpang agar target 20,3 juta di tahun 2023 bisa dicapai.
Angka itu masih di bawah kondisi penumpang sebelum pandemi COVID-19 dimana terdapat 25 juta orang yang datang ke Bali melewati bandara Ngurah Rai pada 2019. Namun, kata Handy, sudah jauh lebih baik dibanding tahun 2022 yang masih terimbas oleh situasi pandemi.
Dia berkisah, ketika pertama ditugaskan ke Bali pada bulan Mei 2022, jumlah penumpang masih berada dalam kisaran 23 ribu orang per hari dengan jumlah penumpang internasional hanya sekitar 8 ribu orang saja.
Situasinya berubah ketika syarat tes PCR untuk penerbangan domestik dan karantina untuk penerbangan internasional mulai dibuka. Saat ini, rata-rata penumpang harian yang dilayani sudah mencapai 63 hingga 65 ribu penumpang per hari. Komposisinya, penumpang internasional sebanyak 54 persen dan domestik 46 persen.
Secara keseluruhan di tahun 2023 hingga bulan Agustus, Bandara Ngurah Rai telah melayani sebanyak 13.910.685 penumpang domestik dan internasional. "Prediksinya akan terus meningkat sampai di akhir tahun," sebut Handy.
Trend itu pun menghadirkan tantangan baru. Soal kemacetan di pintu masuk dan keluar bandara misalnya, sangat terasa di akhir pekan.
Pihak Bandara kemudian menggandeng stakeholder terkait seperti Dinas Perhubungan Badung, Kepolisian Resor Bandara, Kepolisian Sektor Kuta, dan Lanud TNI Angkatan Udara I Gusti Ngurah Rai untuk melakukan penyesuaian arus lalu lintas pada setiap hari Jumat.
Penyesuaian arus lalu lintas tersebut dilakukan dengan, dari arah exit toll Bali Mandara ke arah bandara hanya dapat dilalui oleh kendaraan yang akan menuju Bandara saja. Sementara itu, akses menuju Kuta melalui persimpangan di depan pintu masuk bandara akan dialihkan.
"Kami juga menyambut baik rencana pembangunan LRT (Light Rail Transit-red) menuju Bandara," katanya. Rencana LRT yang akan menghubungkan wilayah Canggu, Badung hingga area bandara itu sudah diungkap oleh Menko Marvest Luhut Binsar Panjaitan di Jakarta dan ground breaking akan dimulai pada awal tahun 2024.
Sementara untuk meningkatkan Efisiensi Operasional Penerbangan, Bandara Ngurah Rai Bali telah menjadi bandara yang dikelola Angkasa Pura 1 yang pertama menerapkan Airport Collaborative Decision Making (A-CDM).
Melalui implementasi A-CDM, AP1 bersama stakeholder terkait mulai dari maskapai penerbangan, penyedia jasa navigasi penerbangan (AirNav Indonesia), ground handling, serta instansi lainnya akan berkolaborasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas manajemen operasional penerbangan dengan mengedepankan aspek safety, security, services, and compliance (3S+1C).
"Dengan tingkat kepadatan penumpang yang makin tinggi, tentu kami tak mungkin bekerja sendirian sehingga ekosistemnya yang harus dibenahi bersama-sama," kata Handy.
Pihaknya menyadari, keberadaan bandara sangat penting dalam persaingan industri pariwisata dimana usai pandemi semua negara berusaha menghidupkannya.
Pariwisata, kata Handy, sudah menjadi jalan pintas untuk menghasilkan devisa tanpa memerlukan investasi yang terlalu besar dibandingkan bila orang harus membuat pabrik atau usaha pertambangan. "Dan untuk Indonesia, Bali masih menjadi andalan utama," tegasnya.