Tugas Berat Perawat Pasien Covid-19
Merdeka.com - Di balik hiruk penanganan wabah corona (Covid-19), ada yang bekerja dalam senyap. Dengan perlindungan diri seadanya, mereka mempertaruhkan keselamatan demi menolong pasien Covid-19. Mereka adalah petugas medis yang menangani pasien secara langsung di ruang isolasi, dengan risiko terpapar virus corona yang mematikan.
"Tidak semua perawat mau ditempatkan di sini karena risikonya yang tinggi," kata M (47) perawat di ruang isolasi Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kota Kediri mengawali perbincangan dengan merdeka.com baru-baru ini.
Sejak wabah corona melanda Kota Kediri, RSUD Gambiran membentuk tim dan sarana perawatan pasien yang terpapar penyakit itu. M salah satunya. Sebelum wabah terjadi, dia bertugas di bagian Pengendalian Pencegahan Infeksi (PPI). Dia dipindahkan ke bagian isolasi pasien penyakit menular untuk membantu penanggulangan Covid-19.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Bagaimana polisi dapat berkontribusi dalam penanganan Covid-19? Operasi Aman Nusa II menjadi studi kasus utama yang memperlihatkan bagaimana kepolisian, dengan sumber daya dan kapasitasnya, dapat berkontribusi signifikan terhadap penanganan krisis kesehatan publik.
-
Bagaimana tubuh orang tertentu dapat terhindar dari Covid-19? 'Ini adalah kesempatan yang sangat unik untuk melihat bagaimana respons kekebalan pada orang dewasa tanpa riwayat COVID-19 sebelumnya, dalam pengaturan di mana faktor-faktor seperti waktu infeksi dan komorbiditas dapat dikendalikan,' kata ahli biologi sistem kuantitatif Rik Lindeboom, yang kini berada di Netherlands Cancer Institute.
-
Siapa yang memimpin Satgas Penanganan Covid-19? Sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia, Presiden Jokowi menugaskan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menjadi komando dalam sektor penanganan kesehatan. Lalu dibentuklah Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Pandemi Covid-19.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
Meski banyak rekannya yang menolak tugas tersebut, dia justru menerima. Sebagai seorang perawat, M mengaku tida boleh menolak tugas kemanusiaan apapun risikonya. Termasuk kemungkinan terpapar virus mematikan dari pasien yang dirawat.
Menurut M, tugas yang diemban ini tidak sebanding dengan penderitaan dan ketakutan pasien yang terindikasi corona. "Setiap kali dimasukkan ruang isolasi, wajah mereka sangat tegang dan depresi. Bahkan ada yang nyaris bunuh diri karena stres," tuturnya.
Di sinilah peran M dan tenaga medis di ruang isolasi dibutuhkan. Setiap hari mereka membangun komunikasi dan membangkitkan semangat pasien untuk sembuh.
Ironisnya, tugas berat tersebut tidak diimbangi dengan pemenuhan alat perlindungan diri (APD) yang mereka pakai. Padahal setiap saat M dan teman-temannya berpotensi terpapar virus corona saat berinteraksi di ruang isolasi.
"Kami terpaksa mengurangi intensitas keluar masuk ruang isolasi karena keterbatasan APD. Di zona merah, APD hanya bisa dipakai sekali dan langsung dibuang," ceritanya.
Sebagai gantinya, dia membentuk grup WhatsApp yang terdiri dari petugas ruangan dan pasien. Sehingga komunikasi bisa dilakukan secara daring tanpa harus masuk ke dalam ruang isolasi. Selain menghilangkan kebosanan dan menyampaikan motivasi, grup WA itu juga dipakai untuk melaporkan kebutuhan pasien seperti cairan infus yang habis.
Melalui WA pula para pasien bisa saling berinteraksi dan mengenal satu sama lain, dan membangun semangat sembuh bersama-sama.
TS, perawat berusia 54 tahun yang menjadi rekan M di ruang isolasi memberikan kesaksian sama. Perawat senior ini bahkan mengalami tekanan mental di luar tempat kerjanya sejak merawat pasien corona. "Mereka mengucilkan saya karena dianggap bisa menularkan virus. Padahal tidak sesederhana itu," katanya.
Dahsyatnya pemberitaan tentang penularan corona secara langsung turut memojokkan para perawat. Tidak hanya oleh tetangga di rumah, beberapa rekan kerja di rumah sakit turut menjaga jarak dengan para tenaga medis yang bertugas di ruang isolasi. Mereka tak mau tertular oleh virus mematikan yang hingga kini belum ditemukan obatnya.
Langkah ekstrem bahkan dilakukan M terhadap keluarganya. Sampai sekarang M tidak pernah menceritakan tugasnya merawat pasien corona kepada anak-anaknya. Dia tidak ingin mereka berpikir jauh dan ketakutan atas profesi yang dijalani ibunya.
"Saya juga terpaksa tidur terpisah dengan anak saya agar tidak terpapar. Sejak bertugas di ruangan ini, secara otomatis saya masuk dalam kategori ODR (orang dalam resiko)," kata M.
Untuk menjaga keluarganya, M menerapkan protokol ketat tentang kebersihan. Setelah selesai jam bertugas, dia berganti baju di ruangan khusus sebelum meninggalkan rumah sakit. Setiba di rumah, M menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan keramas, serta mencuci pakaiannya. Baru setelah itu dia bisa mendekati anak-anaknya tanpa bisa berpelukan.
Dengan kondisi tersebut, baik M maupun TS harus tetap membangun optimisme pasien di rumah sakit. Mereka juga selalu siap menjadi tempat curhat saat kondisi pasien sedang drop atau sedih. "Semua pasien harus dalam kondisi baik, nyaman dan bahagia. Karena itu modal awal untuk sembuh," kata TS.
Jika diperlukan, para perawat ini juga merangkap menjadi kurir untuk mengantarkan titipan dari keluarga pasien. Karena keterbatasan APD, pengantaran itu tidak bisa dilakukan setiap saat. Ini berbeda dengan pasien di ruang perawatan lain yang bebas keluar masuk tanpa membutuhkan perlengkapan khusus.
Karena itu ketika ditanya tentang keinginan terbesar mereka saat ini, M dan TS berharap mendapat bantuan APD agar bisa menjalankan tugasnya dengan maksimal. Mereka juga berharap wabah ini segera berakhir, dan bisa menjalani kehidupan normal bersama keluarga.
"Dibutuhkan ketulusan, keikhlasan, dan percaya pada Allah untuk mengemban tugas ini. Kalau Allah tidak menghendaki kami tertular, Insya Allah aman," pungkasnya.
Saat ini terdapat 12 tenaga medis yang bertugas di ruang isolasi RSUD Gambiran. Mereka bekerja secara bergilir selama 24 jam untuk memastikan pasien yang dirawat baik-baik saja.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ada momen haru saat sang pasien terpaksa mengurus hingga tanda tangan berkas persetujuan operasi sendiri.
Baca SelengkapnyaKesehatan pekerja konstruksi dalam naungan PT Adhi Karya yang bekerja di IKN itu menjadi perhatian perusahaan.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan nakes yang berjuang lewati badai dan ombak untuk mengantarkan pasien untuk berobat ke rumah sakit.
Baca SelengkapnyaSaat kejadian, ada sejumlah pasien yang sedang berada di ruang operasi, bahkan ada yang sedang menjalani tindakan operasi.
Baca SelengkapnyaPasien yang terjangkit virus cacar monyet (Mpox) tak harus dirawat inap.
Baca SelengkapnyaSaat dianiaya korban sempat menyelamatkan diri, meski sudah dalam kondisi terluka.
Baca SelengkapnyaTernyata, inilah yang terjadi pada kru ambulans jika ada panggilan darurat untuk menjemput pasien.
Baca Selengkapnya