Ucing sumput permainan tradisional jaga benteng yang seru
Merdeka.com - Entah seberapa banyak anak zaman sekarang yang ada di perkotaan masih bermain ucing sumput alias petak umpet. Padahal di masa kejayaannya medio tahun 1980 sampai 1990-an, permainan ini sangatlah mudah dijumpai.
Kini permainan yang langsung bersentuhan dengan lingkungan sudah termodernkan. Keberadaan smartphone, menjadikan permainan tradisional ini bisa dimainkan secara digital.
Contohnya yang ada di Google Play Store adalah Kucing Sumput. Semua orang bisa mengunduhnya. Game ini dimainkan di berbagai perangkat mobile berbasis sistem operasi Android. Paling tidak itu sedikitnya menggambarkan permainan tradisional sudah tergerus zaman.
-
Dimana permainan itu ditemukan? Penemuan ini terjadi di Taman Nasional Maresha-Bet Guvrin, yang terletak di Bukit Yudea, juga dikenal sebagai Shephelah, Israel.
-
Kenapa permainan tradisional di Banyuwangi dilestarikan? Seperti halnya enggrang bambu, enggrang batok, balap karung, congklak, gobak sodor yang dimainkan dalam festival ini. Ipuk juga mengatakan, selain sebagai khazanah kebudayaan, juga menjadi medium edukasi yang efektif untuk melatih kebersamaan dan kebahagiaan.
-
Kapan tebak-tebakan tersulit dimainkan? Terdapat beberapa tebak-tebakan tersulit dan mengecoh yang bisa Anda praktikkan saat berkumpul bersama teman atau keluarga.
-
Kapan tebakan seru menjebak dimainkan? Bermain tebak-tebakan memang selalu menjadi pilihan menarik saat berkumpul bersama teman atau keluarga.
-
Kenapa permainan tradisional dilupakan? Sayangnya, eksistensi berbagai permainan tradisional ini semakin lama semakin dilupakan dan tak lagi dimainkan. Ini semua terjadi sebagai akibat dari berkembangnya teknologi dan penggunaan smartphone yang masif.
-
Apa yang dimainkan anak-anak di Bandung Timur? Seorang warganet belum lama ini membagikan momen anak-anak tengah asyik bermain kesenian Reak Dogdog. Terlihat beberapa anak memakai kostum boneka menyerupai naga, dan berlari mengejar anak lainnya di sebuah lahan kosong.
Meski mengadopsi konsep permainan petak umpet yang dikenal masyarakat luas, tapi tentu ini cukup berbeda dengan apa yang dimainkan di lahan terbuka.
Permainan di smartphone tidak akan kenal interaksi langsung secara verbal atau nonverbal, dengan teman sebayanya. Karena ucing sumput sendiri dalam permainannya dilakukan banyak anak. Cara bermainnya yang kalah akan menjaga benteng. Adapun lainnya bersembunyi sesuai waktu yang disepakati. Setelah menghitung sampai jumlah tertentu, maka mulailah pemain yang menutup mata tersebut mencari tiap orang yang bersembunyi.
Bila telah menemukan orang yang bersembunyi, pencari ini harus cepat-cepat berlari ke benteng sambil menyebut nama orang yang ketahuan persembunyiannya. Jika kalah dia akan terus menjaga benteng.
Sabtu (31/10) merdeka.com coba mengamati lahan terbuka yang ada di kawasan Antapani Kota Bandung. Warga setempat Bambang (59) berkisah dirinya mengetahui persis lahan sekitar 500 meter persegi yang ada di Terusan Jalan Jakarta itu dulunya tempat anak berinteraksi dengan temannya.
Pulang sekolah bocah-bocah itu menyimpan tas dan sepatu untuk kemudian berkumpul di lahan tersebut.
"Dulu lahan ini selalu ramai, anak anak berkumpul di sini dan bermain. Ada yang bermain petak umpet, kelereng, taplak, layang layang," tutur Bambang yang mengisahkan 15 tahun ke belakang. Bapak dua anak tersebut sudah sekitar 29 tahun menjadi warga setempat.
Kini anak-anaknya yang juga sering bermain di lingkungan tersebut sudah besar. "Saya sering cariin anak saya ke sini kalau sudah azan magrib. Taunya anak saya memang lagi main ucing sumput," tuturnnya.
Namun dewasa ini pemandangan itu sudah tidak ada. Jarang lagi ada anak-anak yang bermain bersama di situ. "Bisa dilihat sendiri. Sekarang anak-anak mau main di mana. Lahan kosong sudah dipakai tempat parkir, sudah susah sekarang. Bandung semakin sempit untuk tersedianya lahan terbuka," katanya sembari menunjukan lahan tersebut.
Bambang yang sudah memiliki cucu berusia 3,5 tahun pun sudah mengenal Android. "Sekarang balita saja sudah tidak asing dengan games di Android. Ini menunjukan perubahan zaman. Perubahan memang tidak bisa dilawan," jelasnya.
Penggagas Komunitas Hong pelestari permainan tradisional, Zaini Alif menuturkan, ucing sumput di kebanyakan kota besar salah satunya Bandung, saat ini memang sudah ditinggalkan oleh anak-anak. Salah satu penyebabnya memang zaman sudah berubah, selanjutnya keberadaan ruang terbuka yang sudah semakin sulit dijumpai.
Oleh karena itu kebanyakan anak sekarang lebih memilih diam di rumah dan memainkan smartphone orangtuanya. "Di Bandung kalau di kotanya sudah susah. Ya mereka mau main di mana, tapa kalau di pinggiran masih ada sih meski enggak sebanyak dulu," cerita Zaini kepada merdeka.com.
Komunitas Hong sendiri saat ini mencatat setidaknya ada 240 jenis permainan tradisional dikumpulkan dari seluruh wilayah Jawa Barat. Sebut saja seperti perepet jengkol, egrang, congklak, ngadu kaleci (kelereng), boy-boyan dan lainnya. Adapun maksud dirinya mendirikan Komunitas Hong untuk tetap mempertahankan kaulinan barudak yang semakin terancam keberadaannya. (mdk/cob)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Permainan tradisional ini dulu sangat populer, sampai dijadikan perlombaan antar kerajaan
Baca SelengkapnyaBeberapa permainan tradisional Indonesia ini mulai terlupakan karena tergerus zaman.
Baca SelengkapnyaSeakan kembali ke masa kecil, permainan tradisional dari Sumatera Barat ini selalu hadir ketika Bulan Ramadan tiba.
Baca SelengkapnyaSalah satu permainan tradisional dari Minangkabau ini masih berkaitan dengan kegiatan masyarakat saat bertani di sawah dan juga di ladang.
Baca SelengkapnyaTak pakai sepatu, anak-anak di Kampung Cengkuk bermain bola dengan egrang bambu.
Baca SelengkapnyaKepopuleran olahraga kasti di Sumenep mengalahkan sepak bola dan bulu tangkis.
Baca SelengkapnyaKonclong merupakan sebutan bagi permainan tradisional di Kampung Adat Dukuh, Garut Selatan.
Baca SelengkapnyaSalah satu permainan anak dari Sumatra Barat ini dibuat menggunakan bahan-bahan yang ada di sekitar kita. Dulunya permainan ini sempat populer dan diminati masy
Baca SelengkapnyaBagi masyarakat Aceh, geulayang ini dipercaya sebagai warisan Edatu atau nenek moyang mereka.
Baca SelengkapnyaPenuh unsur magis dengan membaca mantra dan doa-doa tertentu.
Baca SelengkapnyaEmpet-empetan biasa dimainkan anak-anak para petani di tatar Sunda.
Baca SelengkapnyaOrang tua yang ingin melepas kecanduan gadget pada anak, permainan ini bisa jadi opsi karena melibatkan interaksi dan kerja sama yang seru penuh canda tawa.
Baca Selengkapnya