Mengenal Permainan Tradisional Sunda Ngadu Muncang, Dulu Pemenangnya Dapat Satu Set Gamelan
Permainan tradisional ini dulu sangat populer, sampai dijadikan perlombaan antar kerajaan
Permainan tradisional ini dulu sangat populer, sampai dijadikan perlombaan antar kerajaan
Mengenal Permainan Tradisional Sunda Ngadu Muncang, Dulu Pemenangnya Dapat Satu Set Gamelan
Ngadu muncang adalah salah satu permainan tradisional masyarakat Sunda tempo dulu.
Ngadu muncang sendiri merupakan permainan ketangkasan dengan mengadu dua buah kemiri yang diletakkan saling bertumpuk. Jika pecah, maka pemilik buah kemiri tersebut akan kalah.
-
Siapa saja yang suka bermain tatarucingan Sunda? Saat kumpul keluarga di rumah, orang Sunda khususnya sering kali bersenda gurau dengan melontarkan tebak-tebakan lucu Sunda yang tak pernah gagal membuat suasana lebih cair dan membawa kebahagiaan yang berlimpah.
-
Bagaimana tatarucingan Sunda dimainkan? Tatarucingan Sunda terdiri atas pertanyaan dan jawaban.
-
Bagaimana cara tatarucingan Sunda dimainkan? Sama seperti tebak-tebakan, tatarucingan Sunda terdiri atas pertanyaan dan jawaban.
-
Bagaimana cara memainkan Gandang Tambua? Gandang Tambua berbentuk seperti tabung dengan bahan yang terbuat dari kayu dengan dua permukaan kulit. Gandang Tambua biasanya dimainkan dengan cara disandang di salah satu bahu pemain.
-
Mengapa orang di Sumenep bermain kasti? Menariknya, orang-orang bermain kasti bukan untuk mencari ketenaran. Mereka bermain karena permainan ini punya sejarah panjang sejak zaman nenek moyang serta untuk menyalurkan rasa senang.
-
Alat musik tradisional Sunda apa yang diproduksi oleh Gamelan Purbalaras? Di sana diproduksi berbagai jenis alat musik tradisional seperti kenong, saron, sampai bonang.
Yang menarik, di zaman kerajaan dulu, ngadu muncang menjadi permainan resmi yang dijalankan oleh perwakilan abdi dalem. Bahkan di Sumedang pernah ada perwakilan keraton yang mendapatkan seperangkat gamelan setelah memenangi permainan ngadu muncang.
Sayangnya peminat ngadu muncang sebagai permainan tradisional anak-anak sudah sedikit dan terbilang jarang di masa sekarang.
Jadi Permainan Anak-anak Sekolah
Di awal tahun 2000-an, ngadu muncang masih populer di tanah Pasundan.
Ngadu muncang menggunakan alat sederhana berbahan kayu.
Di Sumedang misalnya, kemiri tersebut diadu oleh anak-anak sekolah dengan cara dipukul menggunakan benda keras seperti kayu atau bambu. Sedangkan di Cirebon, ngadu muncang ini dipukul menggunakan tangan hingga salah satunya hancur.
Dahulu banyak penjual mainan yang menjajakan biji kemiri dan diwadahi plastik kecil. Ketika itu seribu rupiah anak-anak akan mendapatkan sekitar 10 biji kemiri untuk diadu.
Direndam Cuka Agar Keras
Ada banyak cara dilakukan oleh anak-anak tempo dulu agar muncang atau kemiri mereka keras dan sulit untuk dipecahkan.
Kemiri biasanya akan direndam selama 30 sampai 45 menit di dalam cuka. Atau ada juga yang merendamnya selama sehari semalam, sehingga kemiri bisa sekeras batu.
Biasanya pemenang dari permainan ini akan mendapatkan kemiri dari lawan, atau benda lainnya maupun ditraktir jajanan sekolah.
Jadi Ajang Adu Kekuatan
Mengutip budaya-indonesia.orga, ngadu muncang juga populer di kalangan pemuda-pemuda keraton, khususnya di Jawa Barat.
Jika ada perlombaan ngadu muncang, mereka akan mengikutinya dan menjadikan perlombaan tersebut sebagai ajang untuk mengadu kekuatan.
Selain mengandalkan kekuatan dari buah kemiri, kekuatan yang dimaksud di sini adalah kekuatan tangan dari para pemainnya, di mana saat itu memukulnya menggunakan bagian tangan.
Dapat Satu Set Gamelan
Merujuk laman virtualtour.sumedangkab.go.id, pernah suatu ketika diadakan perlombaan ngadu muncang antar kerajaan. Salah satu pesertanya adalah Kerajaan Sumedang Larang yang mengirimkan perwakilan abdi dalem mereka.
Acara lomba tersebut dilaksanakan di wilayah Mataram sekitar abad ke-17. Saat itu perwakilan Sumedang Larang berhasil memenangi ajang yang ketika itu masih berbentuk judi. Hadiah satu set Gamelan Sari Oneng pun didapatkan dan menjadi koleksi Keraton Sumedang Larang.
Gamelan Sari Oneng sendiri terdiri dari saron, bonang, gong, kendang, jenglong dan lainnya. Dahulu gamelan ini selalu dibunyikan saat menyambut tamu agung kebupatian, termasuk dari Mataram.
Permainan ngadu muncang telah menjadi warisan budaya oleh orang Sunda, dengan nilai sejarah yang kuat.
Gambar: satu set Gamelan Sari Oneng di Sumedang.