Gerakan mahasiswa lengserkan Jokowi gembos di tengah jalan
Merdeka.com - Kalangan aktivis mahasiswa mulai bereaksi atas kinerja buruk Presiden Joko Widodo (Jokowi). Mereka menyerukan kepada seluruh elemen mahasiswa untuk bergabung dan turun ke jalan saat peringatan hari Kebangkitan Nasional 20 Mei.
Kabar yang beredar, gerakan mahasiswa ini ingin memberi kejutan kepada pemerintah. Salah satu agenda besarnya adalah mencabut mandat rakyat kepada Presiden Jokowi.
"Kepemimpinan Jokowi selama 6 bulan ini pastinya banyak sekali blunder. Presiden punya banyak kebijakan yang bisa dibilang tidak pro pada rakyat. Misalnya di bidang hukum terkait kriminalisasi KPK, pelemahan agenda anti-korupsi, menaikkan harga BBM yang sejatinya sudah menyengsarakan rakyat Indonesia," kata Ketua BEM UI, Andi Aulia Rahman di Bundaran HI, Jakarta, Minggu (17/5).
-
Apa tuntutan mahasiswa saat itu? Lahirlah apa yang dinamakan TRITURA. Tritura atau Tri Tuntutan Rakyat 1. Bubarkan PKI dan ormas-ormasnya 2. Rombak Kabinet Dwikora 3. Turunkan Harga-Harga
-
Apa yang diminta oleh massa demo? Dalam aksinya, mereka mendesak DPR dan pemerintah untuk segera mengesahkan Revisi UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.
-
Siapa yang mengajak mahasiswa untuk menjaga kondusivitas pemilu? Bupati Ipuk mengajak mahasiswa agar berkontribusi positif dalam menyosialisasikan informasi yang benar dan bermanfaat.
-
Apa tujuan warga demo? Dilansir dari akun Instagram @merapi_uncover, mereka mengadakan arak-arakan itu dengan tujuan 'Mberot Jalan Rusak' di sepanjang Jalan Godean.
-
Mengapa mahasiswa demo di tahun 1965? Para mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) itu tidak puas dengan kebijakan pemerintahan Orde Lama. Mereka terus melakukan demonstrasi dan meminta Presiden Sukarno bertindak tegas terhadap PKI dan menteri-menteri yang tidak becus bekerja.
-
Siapa yang mengkritik Jokowi? Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat mengkritik kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Namun, aksi yang direncanakan dilakukan oleh ribuan mahasiswa ini diprediksi gagal di tengah jalan. Berikut tanda-tanda gembosnya gerakan mahasiswa 20 Mei, seperti dihimpun merdeka.com, Rabu (20/5):
BEM se-Indonesia penuhi undangan Jokowi
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengundang pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Indonesia ke Istana. Karena undangan dan pemberitahuan dari pihak Istana mendadak, hanya beberapa pengurus BEM saja yang bisa hadir ke Istana, khususnya BEM dari perguruan tinggi yang ada di Jakarta."Yang diundang banyak, tapi ini mendadak. Jadi yang konfirm hadir ya ini saja," kata BEM UI, Andi Auliya kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (18/5).Mereka datang sekitar pukul 19.00 WIB usai Presiden Jokowi menggelar pertemuan dengan HMI dan alumni lintas perguruan tinggi. Menurut Andi, masing-masing BEM membawa aspirasi yang berbeda."Agendanya diskusi langsung, yang jelas soal kerakyatan," tegasnya.Adapun yang sudah di Istana di antaranya BEM dari Trisakti, UI, UGM, Telkom University dan beberapa BEM lainnya. Sebagian besar dari mereka mengenakan jaket almamater dari kampusnya masing-masing."Kita akan dialog dengan presiden. Yang dari daerah enggak memungkinkan datang karena undangannya mendadak," kata M Puri dari BEM Trisakti.
BEM UI tak turun aksi 20 Mei
Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia menegaskan akan turun menggelar aksi bukan pada Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei. Melainkan pada 21 Mei untuk memperingati reformasi."BEM UI tidak akan turun untuk aksi tanggal 20 Mei, tapi kita akan turun untuk aksi tanggal 21 Mei" kata Deputi Departemen Kajian Strategis Bem UI, MS Mujab di Kampus UI, Depok, Selasa (19/5).Mujab mengatakan pada 21 Mei diagendakan aksi BEM seluruh Indonesia. Dalam aksi itu tidak ada isu penggulingan Presiden sebagaimana yang telah tersebar."Tanggal 21 Mei memang diagendakan aksi BEM seluruh Indonesia di depan istana. Cuma memang kita tidak ada pewacanaan penggulingan Jokowi seperti yang tersebar. Tanggal 21 kita bukan akan menggulingkan Jokowi, tetapi kita akan membawa tuntutan untuk Jokowi berdasarkan kajian-kajian yang telah kami buat," tegasnya.
BEM UKI tak unjuk rasa pada 20 Mei
Biro Kemahasiswaan Universitas Kristen Indonesia (UKI), Indriyatmoko menyatakan BEM UKI dalam proses normalisasi dan tidak akan turun dalam demonstrasi evaluasi Pemerintahan Jokowi-JK pada 20 Mei. Kegiatan mahasiswa akan diarahkan ke kegiatan yang menambah soft skill."Kemungkinan tidak ikut turun ke jalan jika ada mungkin sebagian kecil saja" kata Indriyatmoko di UKI, Selasa (19/5).Lanjut dia, kegiatan kampus tersebut di antaranya latihan keterampilan manajemen mahasiswa (LKMM), pengembangan bakat dan minat serta pengabdian masyarakat. Dia juga mengungkapkan dibekukannya BEM UKI karena terjadinya gesekan antara mahasiswa dalam beberapa tahun belakangan."BEM memang dibekukan sementara untuk dilakukan normalisasi dan restrukturisasi kegiatan mahasiswa," terang dia.
Rencana aksi tak matang
Isu demo besar-besaran mahasiswa yang akan menggulingkan Presiden Joko Widodo pada 20 Mei nanti dinilai tak akan berpengaruh para pemerintahan. Sebab, demo besok diyakini sangat jauh berbeda dengan gerakan mahasiswa pada Mei tahun 1998 yang lalu."Gerakan 20 Mei besok saya yakin tak mampu menjatuhkan Jokowi. Menggoyahkan saja tak bisa. Paling ya Jokowi santai-santai saja. Aman-aman saja," ujar Pengamat Politik Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo dalam diskusi di Gedung Joang 45, Kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (19/5).Menurut dia, prasyarat terjalinnya kekuatan untuk menjatuhkan sebuah pemerintahan masih belum cukup untuk gerakan besok. Mei tahun ini tak memiliki kemiripan yang kuat dengan konteks sosial politik era '98. Kondisi ini yang membuat gerakan dari sebuah gerakan penggulingan menjadi tak matang."Kalau Mei 98 persyaratannya sudah cukup. Karena terlalu lamanya rezim Soeharto memerintah, kepemimpinan yang otoriter, adanya rakyat miskin, faktor krisis ekonomi moneter," tuturnya. (mdk/efd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tuntutan pemakzulan Jokowi itu dilakukan karena orang nomor satu di Indonesia itu dianggap telah melemahkan demokrasi.
Baca SelengkapnyaMereka meneriakkan yel-yel meminta Presiden Joko Widodo alias Jokowi untuk mundur dari jabatannya dan segera pulang ke kampung halaman Solo.
Baca SelengkapnyaAliansi Mahasiswa Bekasi-Karawang menggelar demonstrasi di Jalan Cut Meutia, Kota Bekasi, Selasa (6/2). Mereka membakar foto Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Baca SelengkapnyaAksi bertajuk "Jogja Memanggil" ini membawa sejumlah tuntutan di antaranya penolakan pada revisi RUU Pilkada.
Baca SelengkapnyaPolisi dan mahasiswa saling halau. Mahasiswa yang mundur ke depan kampung Universitas Diponegoro menghalau polisi kembali ke Gedung DPRD Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaDalam aksinya, mahasiswa menentang Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) yang disampaikan Presiden Jokowi di Sidang Tahunan MPR.
Baca SelengkapnyaMereka melakukan long march sejak dari Taman Parkir ABA Yogyakarta hingga Kawasan Titik Nol Kilometer.
Baca SelengkapnyaMassa Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) juga melakukan aksi bakar ban di kawasan Patung Kuda.
Baca SelengkapnyaDemo yang dilakukan mahasiswa Universitas Pancasila , Selasa (27/2) sempat diwarnai aksi blokade Jalan Raya Srengseng Sawah yang memicu kemacetan.
Baca SelengkapnyaPuluhan anggota BEM Korwil Jateng DIY berunjuk rasa di depan Kantor Wali Kota Solo sekaligus Cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka, Senin (18/12) sore.
Baca SelengkapnyaSertifikat itu ditandatangani oleh Ketua BEM KM UGM periode 2023 Gielbran Muhammad Noor.
Baca SelengkapnyaJokowi menuturkan, setiap masyarakat Indonesia bebas berpendapat.
Baca Selengkapnya