LSI Denny JA Sebut Debat Capres Tak Besar Pengaruhi Pemilih: Publik Tak Kuat Nonton 2 Jam
Hanggoro menilai, masyrakat tak dapat menilai secara objektif debat yang berlangsung.
Hanggoro berujar, pergeseran suara yang terjadi pada Pilpres 2019 pascadebat hanya terjadi sebesar 2,9 persen.
LSI Denny JA Sebut Debat Capres Tak Besar Pengaruhi Pemilih: Publik Tak Kuat Nonton 2 Jam
Direktur Citra Publik Indonesia (CPI) LSI Denny JA Hanggoro Doso Pamungkas mengatakan, debat capres-cawapres tak berpengaruh signifikan terhadap perolehan suara.
Hanggoro berujar, pergeseran suara yang terjadi pada Pilpres 2019 pascadebat hanya terjadi sebesar 2,9 persen.
"Kalau kita lihat pada 2019 yang lalu, potensi pergeseran suara pasca-debat hanya sekitar 2,9 persen. Itu artinya kecil sekali," kata Hanggoro di Kantor LSI, Jakarta Timur, Selasa (19/12).
Ia juga menilai, masyrakat tak dapat menilai secara objektif debat yang berlangsung. Sebab, debat hanya membuat para pemilih membanggakan paslonnya masing-masing.
"Yang lebih unik lagi kalau bagi pemilih salah satu kandidat, dia akan bilang kandidatnya yang menang dalam debat ini. Sebagaimanapun penampilannya Prabowo dalam debat kemarin, bagi pendukungnya Prabowo lah yang menang," ujar Hanggoro.
"Sebagaimanapun menyerangnya Anies, bagi pendukungnya Anies saja menang. Sebagaimanapun tampilannya Ganjar, bagi pendukungnya Ganjar lah yang menang. Jadi bagi segmen pemilih yang sudah menetukan pilihan ini. Kalaupun bergeser akan sangat minor," sambungnya.
Tidak hanya itu, Hanggoro menyebut bahwa tak semua masyarakat sanggung menonton debat hingga selesai.
"Ini saya menduga, tidak banyak publik yang kuat menonton debat sampai dua jam di depan layar. Mungkin scroll-scroll sosial media mungkin kuat. Tapi dalam satu momen saja (menonton), mungkin tidak banyak," tambah Hanggoro.
Meski demikian, debat ini akan tetap berpengaruh bagi kaum dengan pendidikan menengah ke atas. Mereka akan menilai para kandidat sesuaid engan substansi yang dibawa saat debat.
"Penonton debat paling banyak berdampak pada segmen pendidikan menengah ke atas, pada segmen-segmen tertentu yang di sana kemungkinan ada pergeseran. Tapi bagi segmen menengah ke bawah, yang disana mayoritas pun, pergeseran sangat kecil, sangat minor," imbuhnya.