Said Abdullah: Gagasan Tak Akan Lahir dengan Pragmatisme
Said menyebut gagasan besar tidak akan lahir bila sehari-hari dihadapkan dengan pragmatisme.
Anggota DPR RI dari PDIP, MH Said Abdullah, sudah menghadapi banyak lika liku dalam berpolitik. Lebih dari setengah usianya saat ini, Said habiskan dalam berkecimpung di partai politik. Di mana Said sudah berpartai sejak ia masih duduk di bangku SMA.
Proses demi proses yang ia lalui menurut Said membuatnya memiliki gagasan tentang perjuangan untuk masyarakat. Said menyebut bila ingin berpolitik, langkah terbaik adalah menempuh kaderisasi secara berjenjang di parpol sehingga ketika sudah menjadi pemimpin memiliki gagasan yang utuh sesuai dengan ideologi yang ditanamkan di parpol.
"Substansinya dapat kalau berpolitik secara berjenjang di parpol. Tentang ideologi, implementasinya, politiknya. Kalau sekarang kan pertarungan gagasan itu hampir hilang. Ketika proses-proses kepemimpinan itu tidak melalui kaderisasi berjenjang di parpol, outcomenya akan berbeda," kata Said Abdullah, pada suatu kesempatan.
Said menyebut gagasan besar tidak akan lahir bila sehari-hari dihadapkan dengan pragmatisme dan hasil-hasil yang instan. Said tidak heran bila saat ini banyak ideologi dalam berpartai kian melemah karena terlalu banyak diisi orang-orang pragmatis.
"Kenapa ideologi melemah, karena orang mikir tanpa berpartai bisa jadi anggota DPR. Bisa jadi bupati, wali kota, gubernur. Sehingga konsolidasi partai tak pernah disampaikan secara utuh," ucap Said.
Hal itu menurut Said yang terus diperhatikan oleh PDIP yang memiliki sekolah partai untuk calon-calon pemimpin bangsa. Said menyebut tidak ada Anggota DPR, kepala daerah maupun pejabat lainnya dari PDIP yang tidak membaca buku seperti Indonesia Menggugat, Lahirnya Pancasila dan buku-buku yang ditulis oleh Proklamator RI Soekarno. Karena melalui buku-buku tersebut menurut Said kader PDIP dapat mempelajari gagasan-gagasan Bung Karno.
"Kita membaca lahirnya Pancasila bukan untuk tahu Pancasila lahirnya tanggal berapa, tapi isinya, gagasan Bung Karno seperti apa isinya kan harus dibaca panjang," kata Said menambahkan.