11 Jenis Stres Berbeda yang Bisa Kita Alami Serta Bagaimana Cara Meredakannya
Terdapat berbagai jenis stres berbeda yang bisa kita alami serta penting untuk mengetahui cara meredakannya.
Stres merupakan respons alami tubuh terhadap berbagai tuntutan, tantangan, atau perubahan yang mengganggu rutinitas sehari-hari. Adrian Jacques Ambrose, MD, seorang psikiater di NewYork-Presbyterian/Columbia University Irving Medical Center, menjelaskan bahwa stres bisa dikategorikan dalam beberapa jenis, mulai dari stres akut hingga stres kronis.
Penting untuk memahami jenis stres yang kita alami karena cara penanganannya akan berbeda, tergantung pada sifat stres tersebut. Dilansir dari The Healthy, berikut adalah 11 jenis stres yang umum terjadi serta langkah-langkah meredakannya berdasarkan masukan dari para ahli.
-
Bagaimana mengatasi stres? Menurut Barnett, penting juga untuk mengadopsi praktik pencegahan stres seperti berolahraga secara teratur, menjaga pola makan sehat, cukup istirahat, dan tidak terlalu keras pada diri sendiri.
-
Bagaimana cara mengatasi stres? Entah itu dengan meditasi, olahraga, atau sekadar mengambil waktu sejenak untuk beristirahat, Anda tahu cara untuk menjaga pikiran tetap positif dan meredakan kecemasan.
-
Gimana cara mengatasi stres? Praktikkan teknik relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam, atau yoga untuk membantu menenangkan pikiran dan tubuh Anda.
-
Apa saja yang bisa dilakukan untuk mengatasi stres? Stres adalah salah satu penyebab umum dari kelelahan kronis. Kehidupan modern sering kali membawa tekanan dan stres, dan jika ini tidak diatasi dengan baik, stres dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental kita. Gejala stres yang tidak diatasi dengan baik dapat menyebabkan kelelahan kronis. Oleh karena itu, penting untuk mengelola stres Anda dengan baik. Ada berbagai teknik yang dapat membantu, seperti meditasi, yoga, olahraga, atau bahkan konseling. Temukan cara yang paling sesuai untuk Anda dan praktikkan secara teratur.
-
Apa aja yang bisa bikin stres? Selain itu, perubahan besar dalam kehidupan, baik positif maupun negatif, seperti pernikahan, perceraian, pindah rumah, atau kehilangan pekerjaan, dapat menyebabkan stres.
-
Apa yang terjadi saat stres? Selain itu, stres juga dapat menyebabkan respons lambat, sulit konsentrasi, serta merasa tidak termotivasi, yang semuanya dapat berkontribusi pada kecenderungan untuk menguap.
1. Stres Akut
Stres akut adalah jenis stres yang bersifat sementara dan umum terjadi, seperti saat menghadapi tenggat waktu di tempat kerja, mengalami kecelakaan kecil, atau mempersiapkan ujian. Stres ini biasanya mudah dikenali dan dikelola karena memiliki penyebab yang jelas dan bersifat jangka pendek. Menurut Dr. Ambrose, stres akut dapat diatasi dengan langkah-langkah sederhana seperti istirahat sejenak, teknik pernapasan, atau latihan relaksasi.
2. Stres Akut Episodik
Stres akut episodik terjadi ketika seseorang sering mengalami stres akut berulang kali. Jenis stres ini biasanya terkait dengan gaya hidup atau sifat kepribadian yang cenderung perfeksionis atau memiliki banyak tanggung jawab. Jika tidak diatasi, stres akut episodik dapat berkembang menjadi stres kronis yang lebih sulit ditangani. Solusinya melibatkan manajemen waktu yang lebih baik, mengurangi beban kerja, dan menjaga keseimbangan hidup.
3. Stres Kronis
Stres kronis merupakan jenis stres yang berlangsung dalam jangka waktu lama dan biasanya disebabkan oleh situasi yang tampak sulit diatasi, seperti masalah keuangan atau hubungan yang bermasalah. Menurut Dr. Ambrose, "pengakuan dini dan penanganan proaktif stres kronis sangat penting untuk mengurangi efek buruknya". Stres kronis bisa berdampak pada kesehatan fisik dan mental, seperti gangguan tidur, masalah pencernaan, dan bahkan penyakit jantung. Terapi, konseling, serta perubahan gaya hidup dapat membantu meredakan stres kronis.
4. Stres Positif (Eustress)
Eustress adalah jenis stres yang sebenarnya bermanfaat bagi kesehatan kita. Stres ini meningkatkan motivasi, kinerja, dan kesejahteraan secara keseluruhan. Contohnya adalah ketika kita merasa antusias saat memulai pekerjaan baru atau mencapai tujuan yang penting. Walaupun terasa positif, Dr. Ambrose mengingatkan untuk tetap memperhatikan tanda-tanda kelelahan agar tidak berujung pada stres yang merugikan.
5. Stres Lingkungan (Ambient Anxiety)
Ambient anxiety adalah jenis stres yang muncul dari perasaan cemas terhadap keadaan di sekitar kita, seperti melihat berita tentang perubahan iklim, protes politik, atau melihat pencapaian orang lain di media sosial. Menurut Dawn Potter, PsyD, dari Cleveland Clinic, “kita semua perlu istirahat dari media sosial” untuk mengurangi efek buruknya. Mengurangi paparan terhadap berita negatif dan menetapkan batasan dalam konsumsi media sosial dapat membantu meredakan stres ini.
6. Stres Kerja
Stres kerja adalah salah satu jenis stres yang paling umum. Beban kerja yang tinggi, tenggat waktu yang ketat, dan tuntutan pekerjaan yang terus-menerus dapat menyebabkan stres kronis. Penelitian menunjukkan bahwa memisahkan pekerjaan dari kehidupan pribadi sangat penting dalam meredakan stres ini. Ambil jeda sejenak, lakukan aktivitas pemulihan seperti membaca atau olahraga, serta bangun dukungan sosial di tempat kerja.
7. Stres Pengasuhan (Parenting Stress)
Menjadi orang tua tentu memiliki tantangannya sendiri. Menurut American Psychological Association (APA), stres pengasuhan dapat berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan anak maupun orang tua. Dr. Potter menyarankan untuk tidak membandingkan diri dengan orang tua lain dan yakin pada filosofi pengasuhan yang dipilih. Selain itu, sangat penting untuk mengalokasikan waktu untuk diri sendiri dan menjaga keseimbangan antara peran sebagai orang tua dan individu.
8. Stres Kehidupan Urban (Urban Living Stress)
Hidup di lingkungan perkotaan yang penuh dengan polusi, keramaian, dan kurangnya akses ke alam dapat memicu stres kronis. Penelitian menunjukkan bahwa berjalan di alam atau melakukan latihan pernapasan dapat meredakan stres ini. Meskipun tinggal di kota bisa membuat kita lebih rentan terhadap stres, penting untuk mencari cara agar bisa terhubung dengan alam, seperti berjalan-jalan di taman atau melakukan kegiatan di luar ruangan.
9. Stres Traumatis (Traumatic Stress)
Stres traumatis bisa muncul akibat peristiwa traumatis seperti bencana alam, serangan, atau kehilangan orang tercinta. Trauma kompleks, yang sering dialami di masa kecil, dapat menyebabkan stres kronis yang berlangsung lama. Terapi perilaku kognitif telah terbukti efektif dalam membantu seseorang pulih dari stres traumatis. Mengakui trauma masa lalu dan mencari bantuan profesional adalah langkah penting dalam proses pemulihan.
10. Stres Keuangan (Financial Stress)
Masalah keuangan sering kali menjadi sumber stres kronis, terutama di tengah krisis biaya hidup yang terus meningkat. Penelitian Gallup menunjukkan bahwa 55% orang khawatir tentang kemampuannya untuk mempertahankan standar hidupnya. Untuk meredakan stres ini, penting untuk belajar membuat anggaran, mencari sumber bantuan sosial, atau mempertimbangkan pelatihan karier baru. Komunikasi yang terbuka dengan pasangan atau keluarga juga bisa membantu meredakan ketegangan akibat stres finansial.
11. Stres Perubahan Hidup (Life Changes Stress)
Perubahan hidup besar, seperti perceraian, kehilangan pekerjaan, atau pindah rumah, bisa menjadi pemicu stres yang signifikan. Bahkan perubahan yang tampak positif, seperti pernikahan atau promosi pekerjaan, bisa menjadi sumber stres. Menjaga dukungan sosial yang kuat dan gaya hidup sehat adalah kunci untuk menghadapi stres ini. Jika stres akibat perubahan hidup tidak kunjung mereda, berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental dapat membantu mengembangkan rencana tindakan.
Dalam menghadapi berbagai jenis stres, penting untuk mengenali sumber stres dan mencari cara penanganan yang tepat. Berbicara dengan profesional kesehatan mental bisa menjadi langkah awal yang penting untuk mengelola stres dan menjaga kesejahteraan secara keseluruhan.