9 Perilaku yang Kerap Dianggap Aneh dari Anak Padahal Ternyata Normal
Sejumlah perilaku anak yang kerap kita anggap aneh ternyata merupakan suatu hal yang normal.
Anak-anak usia balita sering menunjukkan perilaku yang membuat orang tua terkejut atau bingung. Dari memainkan kotoran hingga memukul-mukulkan kepala, banyak kebiasaan ini yang dianggap tidak lazim atau mengkhawatirkan. Namun, para ahli menegaskan bahwa sebagian besar dari perilaku ini sebenarnya normal untuk tahap perkembangan mereka.
Dilansir dari Parents, berikut adalah sembilan perilaku balita yang tampak aneh tetapi sebenarnya wajar, menurut Candace Jones, seorang dokter anak yang juga penulis buku High Five Discipline: Positive Parenting for Happy, Healthy, Well-Behaved Kids.
-
Apa saja contoh kebiasaan buruk anak? Beberapa kebiasaan buruk anak termasuk mengorek hidung, menggigit kuku, menghisap jempol, memutar-mutarkan rambut dengan jari, menggerus gigi, dan menggigit serta memukul.
-
Apa saja kebiasaan buruk anak yang bisa diatasi? Berikut sejumlah kebiasaan buruk anak yang perlu diatasi orangtua: Menggigit Jempol, Menggigit Kuku, Mengisap/Menggigit/Sedot Bibir, Mengupil, Memainkan Rambut, Menggeretakkan Gigi, Waktu Layar Berlebihan, Kebiasaan Makan yang Buruk, Tidur Tengah Malam, Merasa Takut, Keras Kepala, Berbohong, Menolak Menerima Tanggung Jawab, Mengganggu Orang Lain, Perilaku Agresif, Mengeluh.
-
Apa yang menjadi cerminan perilaku anak? Perilaku anak sering kali menjadi cerminan perilaku orang tua, dimulai dari proses imitasi yang berlangsung sejak bayi.
-
Apa saja ciri-ciri karakter anak? Lima Ciri Kepribadian pada Anak Seperti temperamen, ciri kepribadian telah dijelaskan dengan berbagai cara oleh peneliti yang berbeda. Salah satu teori kepribadian yang terkemuka memusatkan perhatian pada lima ciri kepribadian utama berupa: Keteraturan (Conscientiousness) Seseorang yang cenderung tepat waktu, bertanggung jawab, dan bekerja menuju tujuan jangka panjang dengan sedikit pengawasan. Kebajikan (Agreeableness) Seseorang yang menyenangkan, bersosialisasi positif, membantu orang lain, dan berkolaborasi baik dalam situasi kelompok. Keterbukaan terhadap Pengalaman (Openness to Experience) Orang yang kreatif, fleksibel, penasaran, dan berani. Neurotisme (Neuroticism) Seseorang yang cenderung mengalami kondisi emosional negatif secara teratur. Ekstroversi (Extroversion) Seseorang yang mendapatkan energi dari interaksi sosial.
-
Kapan kebiasaan buruk anak bisa berbahaya? Jika kebiasaan buruk anak tidak ditangani secepatnya, dapat menyebabkan berbagai bahaya, seperti gangguan perkembangan, masalah kesehatan, kesulitan belajar, dan masalah perilaku.
-
Apa saja tanda gangguan kesehatan mental pada anak? Jika kesehatan mental anak terganggu, emosinya menjadi tidak stabil, sering merasa lelah, jenuh, pusing, dan tidak mampu bersosialisasi dengan baik.
1. Pilih-pilih Makanan
Balita yang mendadak hanya ingin makan makanan tertentu atau bahkan menolak semua makanan sering kali membuat orang tua frustrasi. "Balita yang menjadi pilih-pilih makanan adalah hal yang normal," jelas Dr. Jones. Ia menambahkan bahwa ini bisa terjadi karena anak sedang tidak lapar atau karena mereka sedang mengembangkan kepekaan terhadap tekstur makanan.
Saran dari Dr. Jones: terus tawarkan makanan sehat tanpa memaksakan atau menyoroti perilaku pilih-pilih anak. “Kita harus menunggu dan tidak perlu memperbesar drama,” katanya.
2. Regresi
Anak Anda yang hampir berhasil toilet training tiba-tiba kembali mengompol? Atau anak yang biasanya tidur siang dengan tenang kini malah sulit sekali tidur? Regresi sering kali terjadi saat ada perubahan besar dalam hidup anak, seperti kehadiran adik baru atau perubahan rutinitas.
Dr. Jones mengingatkan orang tua untuk tidak panik atau menghukum anak. "Cukup latih kembali mereka," katanya. Ia juga menjelaskan bahwa perkembangan tubuh dan otak balita yang pesat dapat memengaruhi pola tidur mereka. Dengan rutinitas tidur yang konsisten, anak akan kembali tidur dengan baik setelah pemicu regresi mereda.
3. Memasukkan Tangan ke Celana
Balita yang tidak bisa menjaga tangannya keluar dari area popok sering kali membuat orang tua khawatir. Namun, Dr. Jones mengatakan bahwa ini adalah bentuk eksplorasi. "Ini tubuh mereka! Abaikan, alihkan, atau distraksi anak dari perilaku ini," sarannya.
Namun, orang tua juga perlu mengajarkan waktu dan tempat yang sesuai untuk perilaku ini tanpa mempermalukan anak. Menanamkan pemahaman sejak dini sangat penting agar anak tumbuh dengan konsep tubuh yang sehat.
4. Memukul-mukulkan Kepala
Melihat anak memukul-mukulkan kepala bisa sangat mengkhawatirkan bagi orang tua. Tetapi Dr. Jones menjelaskan bahwa perilaku ini sering kali ritmis dan menenangkan, terutama saat anak merasa lelah atau sedang tantrum.
“Sebagian besar, ini adalah bentuk pelampiasan emosi ketika balita marah,” ujarnya. Orang tua disarankan untuk mengabaikan, mengalihkan perhatian, atau menenangkan anak agar mereka bisa belajar mengatur emosi.
5. Bermain dengan Kotoran
Salah satu pengalaman yang paling menjijikkan bagi orang tua adalah menemukan anak bermain dengan kotorannya sendiri. Namun, menurut Dr. Jones, ini juga merupakan bentuk eksplorasi. “Balita penasaran dengan apa yang keluar dari tubuh mereka dan seperti apa rasanya,” jelasnya.
Dr. Jones memberikan harapan bagi orang tua: jika anak mulai tertarik dengan kotorannya, ini bisa menjadi tanda bahwa mereka siap untuk toilet training. Ajarkan kepada mereka bahwa kotoran memiliki tempat yang tepat, yaitu di toilet.
6. Mengupil
Mengupil mungkin tidak seburuk bermain kotoran, tetapi tetap saja ini bisa membuat orang tua geli atau jijik. Dr. Jones menjelaskan bahwa ini juga bagian dari eksplorasi tubuh.
Namun, ada kemungkinan penyebab medis seperti alergi musiman atau hidung tersumbat yang membuat anak sering mengupil. Jika perilaku ini disertai gejala lain seperti iritasi atau hidung mampet, konsultasikan dengan dokter anak.
7. Bermain Imajinasi
Apakah anak Anda sering berbicara sendiri atau berpura-pura menjadi karakter tertentu? Jangan khawatir—ini adalah bagian dari perkembangan normal. Dr. Jones menjelaskan bahwa bermain imajinasi membantu anak mengasah keterampilan sosial, emosional, kognitif, dan motorik.
Bahkan jika anak bermain sendiri saat ada teman sebaya di dekatnya, ini dikenal sebagai parallel play dan merupakan tahap perkembangan yang sehat.
8. Menolak Mengenakan Pakaian
Balita yang menolak memakai baju atau sering berlarian tanpa pakaian bukanlah hal aneh. Menurut Dr. Jones, ini bisa disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari sensitivitas terhadap bahan pakaian hingga keinginan untuk menarik perhatian.
“Kadang-kadang, pakaian yang tidak pas, gatal, atau terlalu hangat membuat anak menolak memakainya,” jelas Dr. Jones. Orang tua perlu bersabar dan menunggu fase ini berlalu sambil mencoba memahami preferensi anak terhadap jenis pakaian tertentu.
9. Menggoyangkan Tubuh
Beberapa orang tua khawatir melihat anak menggoyangkan tubuhnya ke depan dan belakang, terutama jika perilaku ini terlihat seperti gejala autisme. Namun, Dr. Jones menjelaskan bahwa balita sering kali melakukan gerakan ini untuk menenangkan diri sebelum tidur atau ketika mereka ingin rileks.
Meski perilaku ini biasanya hilang pada usia tiga tahun, orang tua tetap disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter jika khawatir ada kondisi medis yang mendasari.
Dr. Jones menekankan pentingnya memiliki sumber informasi yang kredibel untuk memahami perilaku balita. "Ini dapat mengurangi kekhawatiran orang tua," katanya. Jika ada perilaku tertentu yang sangat mengkhawatirkan, jangan ragu untuk berbicara dengan dokter anak. Mereka dapat melakukan evaluasi lebih lanjut dan memberikan intervensi jika diperlukan.