Sejumlah Permasalahan Makan yang Umum Dialami Bayi, Orangtua Perlu Tahu
Permasalahan makan pada anak merupakan suatu kondisi yang kerap terjadi dan membutuhkan pemahaman dari orangtua.
Memberikan makanan kepada bayi sering kali menjadi tantangan tersendiri bagi para orang tua, terutama saat bayi mengalami masalah makan. Setiap orang tua pasti pernah menghadapi situasi di mana bayinya menolak makanan baru, memuntahkan makanan, atau bahkan menunjukkan tanda-tanda alergi makanan.
Memahami masalah-masalah yang umum terjadi saat bayi makan sangat penting untuk memastikan kesehatan dan perkembangan optimal si kecil. Dilansir dari WebMD, berikut adalah sejumlah permasalahan makan yang sering dialami bayi dan cara mengatasinya.
-
Makanan apa yang bisa berbahaya untuk bayi? Beberapa makanan yang sering dianggap sehat ternyata dapat membahayakan kesehatan bayi. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk mengetahui jenis-jenis makanan yang perlu dihindari dan memahami cara memberikan nutrisi yang tepat untuk buah hati mereka.
-
Bagaimana makanan bayi praktis berdampak pada perkembangan makan anak? Menyedot saus apel dari kantong menghilangkan kemampuan anak untuk belajar makan dengan sendok.
-
Apa yang perlu diperhatikan dalam pola makan anak? 'Tentunya kita harus mengoptimalkan gizi seimbang, dimana asupan energi, protein, lemak, karbohidrat sesuai kebutuhan, baik itu vitamin, dan mineral. Kita pastikan tidak makan makanan manis berlebih, berminyak. Apalagi anak-anak sekarang suka makanan cepat saji, kemungkinan lemak dan kalorinya berlebih, sehingga tidak dianjurkan gitu,' jelasnya.
-
Apa penyebab utama anak susah makan? Salah satu faktor utama yang menyebabkan hal ini adalah perubahan nafsu makan yang tidak menentu. Selain itu, ukuran perut anak yang masih kecil juga berkontribusi terhadap masalah ini. Tak hanya itu, perhatian anak yang mudah terganggu oleh berbagai aktivitas di sekitarnya juga menjadi alasan mengapa mereka cenderung tidak mau makan.
-
Apa saja dampak anak susah makan? Anak dengan feeding difficulties dapat mengalami pertumbuhan lambat atau gagal karena kekurangan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal sesuai usianya. Selain itu, mereka juga dapat terpengaruh dalam perkembangan kognitifnya, seperti kesulitan berkonsentrasi, daya ingat lemah, dan kemampuan kognitif lainnya.
-
Kenapa diet makanan bayi berbahaya? Masalah utama dari diet ini adalah kekurangan serat, lemak, dan protein yang diperlukan tubuh. Menurut The National Fiber Council, kekurangan serat dapat menyebabkan masalah pencernaan.
1. Bayi Menolak Makanan Baru
Bayi sering kali menolak makanan baru, dan hal ini sebenarnya sangat wajar. "Anak-anak secara alami cenderung menolak makanan baru," kata Elizabeth Ward, MS, RD, penulis The Complete Idiot's Guide to Feeding Your Baby and Toddler.
Untuk membantu bayi menerima makanan baru, mulailah dengan porsi yang sangat kecil dan cobalah menyajikan makanan yang mirip dengan yang sudah mereka sukai. Misalnya, jika mereka menyukai wortel yang dihaluskan, Anda bisa mencoba memberikan ubi yang dihaluskan. Dengan begitu, bayi akan lebih mudah menerima rasa baru.
2. Bayi yang Berantakan Saat Makan
Jika Anda sering menemukan makanan berceceran di lantai atau bahkan tertempel di rambut bayi, jangan khawatir. Ini adalah tanda bahwa bayi Anda sedang menunjukkan keinginannya untuk mandiri. Pada usia sekitar 9 bulan, banyak bayi mulai ingin mengendalikan waktu makan dan di mana mereka meletakkan makanannya.
Meski situasi ini mungkin terasa menyulitkan, sebaiknya Anda bersabar. Tahap ini adalah bagian penting dari pembelajaran dan perkembangan bayi. Meskipun makanan berserakan di mana-mana, bayi Anda sedang belajar tentang kebebasan dan kontrol diri.
3. Muntah atau Refluks Pada Bayi
Muntah atau spitting up adalah hal yang umum terjadi pada bayi, terutama pada bayi baru lahir. Sistem pencernaan bayi masih dalam tahap perkembangan, sehingga mereka mudah mengalami refluks. Refluks terjadi ketika makanan dari lambung naik kembali ke kerongkongan.
Untuk mengatasi hal ini, Anda bisa mencoba memberi makan bayi dengan lebih lambat, memberikan porsi yang lebih kecil, melonggarkan popok, dan menjaga bayi tetap tegak setelah makan. Refluks pada umumnya akan hilang dengan sendirinya ketika bayi mencapai usia 12 hingga 14 bulan.
4. Bayi Menolak Makan
Ada kalanya bayi menolak makan, dan hal ini bisa terjadi karena berbagai alasan. Bayi bisa saja merasa lelah, sakit, terganggu, atau sudah kenyang. Jangan memaksa bayi untuk makan jika mereka menolak, namun jika Anda merasa khawatir, konsultasikan dengan dokter anak Anda. Terkadang, masalah makan seperti ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak disadari.
5. Anak yang Picky Eater
Masalah bayi yang memilih-milih makanan sering kali membuat orang tua frustrasi. Namun, fase ini biasanya tidak berlangsung lama. "Saat bayi tidak merasa sehat, seperti ketika sedang tumbuh gigi, makanan yang familiar bisa memberikan kenyamanan," jelas Ward.
Bayi mungkin belum siap untuk mencoba makanan baru, namun pastikan Anda tetap menawarkan makanan sehat. Hindari memberikan makanan yang tidak bergizi hanya karena itu yang bayi inginkan. Seiring berjalannya waktu, bayi yang lapar akan mulai memakan makanan sehat yang Anda tawarkan.
6. Alergi dan Intoleransi Makanan
Alergi makanan adalah kondisi yang cukup umum pada bayi, dengan hingga 8% anak mengalami alergi terhadap makanan tertentu. Gejala alergi dapat muncul dalam bentuk ruam, diare, muntah, atau sakit perut. Makanan yang paling sering menyebabkan alergi adalah susu, kacang-kacangan, telur, kedelai, gandum, dan makanan laut.
Selain alergi, intoleransi makanan juga bisa terjadi dan menyebabkan perut kembung, gas, dan rasa tidak nyaman di perut. Jika Anda mencurigai adanya alergi makanan, segera berkonsultasi dengan dokter anak untuk menemukan makanan yang aman bagi bayi.
7. Kolik dan Nafsu Makan Bayi
Kolik adalah kondisi di mana bayi menangis dalam waktu yang lama, sering kali tanpa alasan yang jelas. Meskipun kolik tidak memengaruhi nafsu makan bayi secara langsung, bayi yang kolik mungkin perlu waktu untuk menenangkan diri sebelum bisa makan dengan nyaman. Namun, jika bayi muntah, diare, mengalami demam, penurunan berat badan, atau ada darah atau lendir di tinja, segera hubungi dokter karena gejala tersebut bukan tanda-tanda kolik.
8. Diare dan Konstipasi
Diare pada bayi bisa menjadi kondisi yang berbahaya karena dapat menyebabkan dehidrasi. Tanda-tanda dehidrasi termasuk mulut kering, penurunan jumlah buang air kecil, tidak ada air mata saat menangis, penurunan berat badan, lesu, atau mata cekung. Sebaliknya, konstipasi pada bayi jarang terjadi. Frekuensi buang air besar pada bayi bisa sangat bervariasi.
Jika bayi mengalami konstipasi, sering kali tinjanya keras, besar, dan menyakitkan. Sebelum mencoba pengobatan rumahan, konsultasikan dengan dokter anak untuk mendapatkan saran yang tepat.
Jika Anda merasa khawatir tentang masalah makan yang dialami bayi Anda, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter anak. Tanda-tanda seperti penurunan berat badan, muntah saat makan, diare, dehidrasi, atau konstipasi adalah alasan yang cukup untuk segera berkonsultasi dengan dokter.
Anda sebagai orang tua memiliki peran penting dalam memastikan bayi Anda mendapatkan nutrisi yang tepat, dan tidak ada salahnya untuk mencari bantuan medis jika diperlukan.