Kebiasaan Pilih-pilih Makanan atau Picky Eater Bisa Berdampak Buruk pada Tumbuh Kembang Anak
Ketika seorang anak pilih-pilih makanan atau menjadi picky eater, hal ini bisa menyebabkan kurangnya nutrisi untuk tumbuh kembang.
Ketika seorang anak pilih-pilih makanan atau menjadi picky eater, hal ini bisa menyebabkan kurangnya nutrisi untuk tumbuh kembang.
-
Kenapa anak picky eater berisiko kekurangan gizi? 'Risikonya adalah kekurangan zat gizi baik makro atau mikro tertentu yang berakibat pada kurang gizi bahkan stunting jika dibiarkan terlalu lama,' kata Fitria.
-
Mengapa anak jadi picky eater? Kondisi anak menjadi 'picky eater' atau pemilih makanan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk masalah kesehatan dan gangguan sensorik.
-
Bagaimana mengenali picky eater pada anak? Jika anak makan kurang dari 15 jenis makanan, menunjukkan perilaku menghindari tekstur atau jenis makanan secara menyeluruh, tersedak saat melihat atau menyentuh makanan, dan tantrum, maka orang tua harus segera mengunjungi fasilitas kesehatan terdekat untuk melakukan konsultasi lebih lanjut terkait status gizi anak serta mencari tahu penyebab pastinya.
-
Kapan anak rentan menjadi picky eater? Jika anak sudah terlanjur menjadi picky eater, orang tua disarankan untuk menggunakan metode responsive feeding.
-
Apa dampak buruk kebiasaan picky eater? Kekurangan gizi yang dialami anak picky eater dapat berdampak jangka panjang. Salah satu kondisi yang sering dialami oleh anak dengan pola makan terbatas adalah anemia, yang disebabkan oleh defisiensi zat besi.
-
Makanan apa yang anak picky eater pilih? Picky eater adalah kondisi di mana anak hanya mau makan makanan yang monoton, yang jika berlangsung dalam waktu lama, dapat mengakibatkan kekurangan zat gizi tertentu.
Kebiasaan Pilih-pilih Makanan atau Picky Eater Bisa Berdampak Buruk pada Tumbuh Kembang Anak
Picky eater atau kebiasaan anak memilih-milih makanan dapat memberikan sejumlah dampak buruk pada tumbuh kembangnya. Hal ini diungkapkan oleh Nutrisionis Rawat Inap Anak dari Rumah Sakit RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kiara Jakarta, Ariek Ratnawati, S.Gz.
Dilansir dari Antara, kebiasaan ini sering kali disebabkan oleh kurangnya eksplorasi pada makanan, adanya masalah pada kemampuan makan (oromotor) anak, atau gangguan sensorik lainnya.
Ariek menjelaskan bahwa kondisi lingkungan juga berperan dalam terbentuknya kebiasaan picky eater. Misalnya, jika orang tua tidak menyukai beberapa jenis makanan tertentu, maka makanan tersebut jarang atau bahkan tidak pernah diperkenalkan kepada anak.
Ini dapat berdampak buruk pada kelengkapan asupan gizi anak, yang sangat penting untuk menunjang tumbuh kembangnya secara optimal. Bila berlanjut, imun anak dapat turun dan ia akan lebih mudah terkena penyakit.
“Picky eater dapat membuat anak kekurangan zat gizi tertentu yang seharusnya bisa didapatkan dengan variasi makanan lainnya,” ujar Ariek.
Contohnya, seorang anak yang hanya mengonsumsi nasi dan telur setiap hari tanpa buah atau sayur mungkin sudah mendapatkan asupan karbohidrat dan protein yang cukup, tetapi vitamin dan mineral yang diperlukan tetap kurang.
Bahaya Lain dari Kebiasaan Picky Eater
Perilaku picky eater juga dapat semakin menjauhkan anak dari makanan sehat jika mereka lebih fokus pada gawai atau program televisi saat makan. Oleh karena itu, Ariek menekankan pentingnya memperkenalkan makanan bervariasi baik dari segi jenis maupun zat gizi secara bertahap.
Ini juga termasuk melatih kemampuan makan anak serta memantau tumbuh kembangnya mulai dari berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala, terutama bila anak berusia di bawah dua tahun.
Ariek juga menyarankan penggunaan feeding rules yang konsisten. “Kita bisa kembali ke feeding rules yang diterapkan apakah sudah konsisten atau belum yang dapat menjadi penyebab. Bisa kita siasati dengan makan dan meminum susu yang terjadwal misalnya,” jelasnya.
Cara Mengatasi Kebiasaan Picky Eater
Bagi orang tua yang ingin melatih kemampuan makan anak, dapat dimulai dengan membantu anak mengeksplorasi makanannya. Misalnya, memberi makanan yang bertekstur atau rasa baru, atau memberi kesempatan anak untuk menyuap sendiri dengan menggunakan sendok lain.
Untuk mengurangi tekanan di meja makan, orang tua dapat meningkatkan nafsu makan anak dengan menghidupkan suasana yang menyenangkan, seperti mengajak anak bernyanyi atau mengobrol.
“Tapi yang jelas pastikan anak makan dan minum sambil duduk serta minim distraksi seperti gadget atau TV,” tambah Ariek.
Picky Eater pada Anak Usia Toddler
Istilah picky eater merujuk pada kondisi di mana anak hanya memakan makanan yang monoton. Hal ini dapat berbahaya jika berlanjut dalam jangka waktu yang lama, karena anak bisa mengalami kekurangan zat gizi tertentu.
Perilaku ini tidak hanya terjadi pada masa awal pengenalan Makanan Pendamping ASI eksklusif (MPASI), tetapi juga bisa terjadi pada anak usia toddler yakni 19 bulan sampai tujuh tahun.
Menurut Ariek, adalah wajar jika anak masih bisa mengonsumsi lebih dari 15 jenis makanan bersama keluarga. Namun, jika anak makan kurang dari 15 jenis makanan, menunjukkan perilaku menghindari tekstur atau jenis makanan secara menyeluruh, tersedak saat melihat atau menyentuh makanan, atau tantrum, maka orang tua sebaiknya segera mengunjungi fasilitas kesehatan terdekat untuk konsultasi lebih lanjut terkait status gizi serta mencari tahu penyebab pastinya.