Anak yang Belajar Puasa Tidak Disarankan Berbuka dan Sahur dengan Junk Food
Bagi anak yang belajar berpuasa, konsumsi makanan bernutrisi sangat penting dilakukan saat sahur dan berbuka.
Bagi anak yang belajar berpuasa, konsumsi makanan bernutrisi sangat penting dilakukan saat sahur dan berbuka.
-
Bagaimana memenuhi kebutuhan gizi anak saat berpuasa? Untuk memastikan kebutuhan gizi terpenuhi, Piprim menyarankan agar saat sahur dan berbuka puasa, anak-anak diberi makanan yang tinggi nutrisi. Ia juga menyarankan untuk mengisi setengah piring dengan sayuran dan buah-buahan, serta setengahnya lagi dengan makanan pokok dan lauk pauk.
-
Kenapa penting mengajarkan anak puasa? Penting untuk mengajarkan anak puasa sejak dini. Puasa merupakan salah satu ibadah wajib bagi umat muslim yang dilakukan setiap bulan Ramadan.
-
Makanan apa yang harus dihindari anak? Meskipun makanan-makanan ini digemari anak-anak, konsumsi gula berlebih dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Dalam jangka panjang, kebiasaan ini bisa memicu penyakit serius seperti diabetes, hipertensi, gangguan kesehatan mental, serta masalah tulang dan otot.
-
Apa yang harus dilakukan orang tua saat anak puasa? Setelah memberikan pemahaman tentang puasa, orang tua harus membuka dialog dengan anak-anak untuk membahas kemungkinan mencoba puasa bersama-sama.
-
Mengapa junk food berbahaya untuk anak? Anak-anak adalah masa pertumbuhan yang membutuhkan asupan nutrisi yang seimbang dan berkualitas. Namun, banyak anak-anak yang lebih menyukai junk food, yaitu makanan yang rendah nutrisi, tetapi tinggi lemak, gula, dan garam.
-
Apa yang sebaiknya dihindari dalam makanan anak? Orang tua sebaiknya menghindari penambahan gula yang telah diolah dalam makanan anak. Gula rafinasi dan pemanis buatan sering kali ditemukan dalam banyak produk makanan kemasan, yang dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan pada anak.
Anak yang Belajar Puasa Tidak Disarankan Berbuka dan Sahur dengan Junk Food
Puasa Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang menjaga kesehatan tubuh, terutama bagi anak-anak yang sedang belajar untuk berpuasa. Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Piprim Basarah Yanuarso, menekankan pentingnya asupan nutrisi yang baik selama sahur dan berbuka bagi anak-anak yang sedang belajar puasa.
“Anak itu sedang masa pertumbuhan, jangan sampai ada malnutrisi,” kata Piprim beberapa waktu lalu.
Menurut Piprim, menu yang baik untuk anak saat berbuka dan sahur adalah menu yang kaya nutrisi. Hal ini penting karena anak-anak sedang dalam masa pertumbuhan, dan malnutrisi dapat mengganggu perkembangan mereka. Piprim juga menekankan bahwa stunting, masalah pertumbuhan pada anak, sering kali disebabkan oleh kekurangan nutrisi, terutama protein hewani.
Terkait dengan puasa Ramadan, Piprim menyoroti masalah makanan junk food yang sering kali menjadi pilihan anak-anak. Junk food kaya akan kalori tetapi rendah nutrisi, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti diabetes. Oleh karena itu, disarankan untuk menghindari makanan junk food dan menggantinya dengan makanan yang kaya nutrisi.
“Sayangnya, banyak yang membombardir anak dengan makanan junk food. Junk food itu kan tinggi kalori tapi miskin nutrisi nanti larinya ke diabetes. Jadi usahakan makanan kaya nutrisi supaya anak tidak mengalami malnutrisi,” papar Piprim.
Piprim juga menegaskan bahwa anak tidak akan mengalami malnutrisi selama berpuasa jika asupan nutrisinya tercukupi dengan baik saat berbuka dan sahur. Untuk itu, orang tua perlu memperhatikan menu yang disajikan agar anak mendapatkan nutrisi yang cukup.
Contoh Menu Buka dan Sahur yang Sehat Menurut Piprim:
Nasi Telur
Ayam Goreng
Ikan Goreng
Opor
Menu-menu sederhana ini mengandung protein hewani yang cukup, yang penting untuk pertumbuhan anak.
Meskipun banyak anak yang ingin belajar puasa pada usia yang relatif muda, Piprim menekankan bahwa anak-anak sebenarnya belum wajib berpuasa. Oleh karena itu, mereka tidak boleh dipaksa untuk berpuasa penuh. Anak-anak boleh berlatih berpuasa sebagai bentuk persiapan, tetapi harus dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.
“Untuk anak-anak enggak boleh dipaksa puasa, dia bolehnya latihan berpuasa,” kata Piprim.
Terkait dengan kematangan psikologis anak, Piprim menegaskan bahwa setiap anak memiliki kematangan yang berbeda. Beberapa anak mungkin sudah siap untuk berpuasa pada usia yang relatif muda, sementara yang lain mungkin memerlukan lebih banyak waktu. Orang tua perlu memahami dan menghormati perbedaan ini, dan tidak membanding-bandingkan anak-anak mereka dengan yang lain.
“Nah ini terkait dengan kematangan usia psikologisnya. Itu beda-beda ada anak enam tahun yang sudah kuat. Kalau secara fisik, anak itu sudah kuat puasa tapi secara psikologisnya, kematangannya beda-beda.”
“Ada yang enam tahun sudah kuat sampai magrib, ada yang sudah 10 tahun pun belum kuat jadi memang enggak boleh dipaksakan,” jelas Piprim.
Dengan memperhatikan asupan nutrisi yang baik dan memberikan dukungan yang tepat, anak-anak dapat belajar puasa dengan lancar dan tanpa mengganggu kesehatan mereka.