Dari Scroll ke Soul: Cara Efektif Mengatasi Stres dari Media Sosial
Tekanan media sosial menambah beban pikiran Anda? Berikut adala 6 tips yang mudah diikuti untuk pikiran jernih dan hidup yang bahagia
Media sosial kini menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari, menghadirkan kemudahan untuk berkomunikasi, berbagi momen, serta mendapatkan informasi terkini. Platform seperti Instagram, Facebook, Twitter, dan TikTok memudahkan kita untuk terhubung dengan orang lain dan berbagi cerita. Namun, meskipun memberikan banyak manfaat, media sosial juga memicu tantangan baru, terutama terkait dengan kesehatan mental dan fisik para penggunanya. Stres ini umumnya disebabkan oleh tekanan untuk tampil sempurna, keinginan untuk selalu terhubung, serta munculnya perbandingan sosial yang terus-menerus. Stres yang berkepanjangan akibat penggunaan media sosial dapat berdampak buruk, baik secara psikologis maupun fisik. Sejumlah faktor, seperti perbandingan sosial, ekspektasi yang tinggi, dan Fear of Missing Out (FoMO), sering menjadi sumber stres yang berisiko pada kondisi mental dan kesehatan fisik. Oleh karena itu, penting untuk memahami dampak negatif media sosial dan mempelajari cara-cara untuk mengelola stres yang ditimbulkannya.
Dampak Psikologis dan Fisik Stres dari Media Sosial
Stres yang berkepanjangan akibat media sosial tidak hanya berdampak pada kondisi mental, tetapi juga pada kesehatan fisik. Stres dapat menyebabkan peningkatan kadar hormon kortisol, yang pada jangka panjang berisiko meningkatkan tekanan darah dan mempengaruhi kualitas tidur. Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Youth and Adolescence oleh Scott dan Woods (2018) menunjukkan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan berkorelasi dengan gangguan tidur, terutama pada remaja dan dewasa muda. Kebiasaan untuk selalu memeriksa media sosial, bahkan hingga larut malam, dapat mengganggu siklus tidur yang normal. Cahaya biru dari perangkat elektronik juga menghambat produksi melatonin, hormon yang mengatur tidur. Kurangnya tidur yang berkualitas bisa menyebabkan kelelahan, gangguan daya ingat, hingga meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan.
-
Apa yang bisa menyebabkan stres akibat media sosial? Pencapaian, prestasi, kekayaan atau hal-hal glamor lainnya yang kamu lihat di media sosial bisa jadi hal sensitif yang membuatmu membandingkan diri. Nggak jarang hal ini bikin minder.
-
Apa yang bikin stres karena media sosial? Meskipun media sosial memiliki manfaatnya, kebiasaan yang tidak sehat dalam penggunaannya dapat menyebabkan perasaan terputus, kesepian, dan stres.
-
Bagaimana cara merileksasi hati dan pikiran di media sosial? Bermeditasi dengan melakukan olahraga ringan seperti yoga menjadi cara yang bagus untuk merelaksasi hati dan pikiran di tengah dominasi media sosial.
-
Bagaimana cara mengatasi stres? Entah itu dengan meditasi, olahraga, atau sekadar mengambil waktu sejenak untuk beristirahat, Anda tahu cara untuk menjaga pikiran tetap positif dan meredakan kecemasan.
-
Bagaimana mengatasi stres? Menurut Barnett, penting juga untuk mengadopsi praktik pencegahan stres seperti berolahraga secara teratur, menjaga pola makan sehat, cukup istirahat, dan tidak terlalu keras pada diri sendiri.
-
Gimana cara mengatasi stres? Praktikkan teknik relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam, atau yoga untuk membantu menenangkan pikiran dan tubuh Anda.
Dampak fisik lainnya yaitu peningkatan tekanan darah. Penelitian yang dilakukan oleh Steptoe dan Kivimäki (2013) dalam Annual Review of Public Health menunjukkan bahwa paparan stres kronis, termasuk stres yang dipicu oleh media sosial, bisa memengaruhi kadar hormon kortisol. Peningkatan kadar kortisol ini, apabila dibiarkan, dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan risiko gangguan kardiovaskular dalam jangka panjang.
Perbandingan sosial adalah salah satu masalah psikologis terbesar yang diakibatkan oleh media sosial, di mana individu sering kali membandingkan kehidupan mereka dengan kehidupan ideal yang ditampilkan oleh orang lain. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Vogel dkk. (2014) dalam Journal of Experimental Social Psychology, media sosial dapat memperparah penurunan harga diri. Temuan ini didasarkan pada penelitian yang menunjukkan bahwa orang yang sering membandingkan diri mereka dengan orang lain di media sosial cenderung memiliki tingkat harga diri yang lebih rendah, yang berujung pada perasaan cemas dan tidak puas terhadap diri sendiri.
Cara Mengelola Stres dari Tekanan Media Sosial
- Mempraktikkan Mindfulness
Teknik mindfulness, atau kesadaran penuh, dapat membantu seseorang untuk lebih menyadari perasaan dan respons mereka terhadap media sosial tanpa menghakimi diri sendiri. Menurut penelitian oleh Keng, Smoski, dan Robins (2011), praktik mindfulness dapat mengurangi kecenderungan untuk bereaksi secara emosional terhadap konten yang menimbulkan perbandingan sosial atau ekspektasi tertentu. Dengan mempraktikkan mindfulness, seseorang akan lebih mampu mengendalikan reaksi emosionalnya saat melihat postingan orang lain di media sosial.
- Membatasi Waktu Penggunaan Media Sosial
Salah satu cara paling efektif untuk mengelola stres dari media sosial adalah dengan membatasi waktu yang dihabiskan di platform tersebut. Studi oleh Hunt, Marx, dan Lipson (2018) menemukan bahwa mahasiswa yang membatasi penggunaan media sosial mereka hingga 30 menit sehari mengalami penurunan signifikan dalam tingkat kecemasan dan depresi. Pembatasan waktu ini membantu mengurangi eksposur terhadap konten yang memicu perbandingan sosial serta memberikan ruang untuk berfokus pada kegiatan yang lebih bermanfaat.
- Mengkurasi Konten yang Dilihat
Perbandingan sosial, yaitu kecenderungan untuk membandingkan kehidupan atau pencapaian diri dengan orang lain, sering menjadi penyebab utama stres di media sosial. Studi dari Vogel dkk. (2014) menemukan bahwa individu yang sering membandingkan dirinya dengan pengguna media sosial lainnya cenderung memiliki tingkat kepuasan hidup yang lebih rendah. Untuk mengatasi ini, seseorang dapat mengatur atau memilih jenis konten yang diikuti. Pilihan untuk hanya mengikuti akun yang memberikan dampak positif atau inspiratif dapat membantu mengurangi kecenderungan untuk membandingkan diri sendiri. Studi oleh Thorisdottir dkk. (2019) menunjukkan bahwa pengguna yang lebih sering mengikuti konten edukatif atau yang berkaitan dengan hobi pribadi cenderung memiliki tingkat stres yang lebih rendah daripada mereka yang mengikuti konten gaya hidup mewah atau kehidupan selebriti.
- Mengembangkan Hobi di Luar Dunia Maya
Salah satu strategi untuk mengalihkan fokus dari media sosial adalah dengan mengembangkan hobi atau kegiatan di dunia nyata. Studi oleh Primack dkk. (2017) menunjukkan bahwa interaksi sosial secara langsung di dunia nyata dapat mengurangi ketergantungan pada media sosial dan meningkatkan kesejahteraan mental. Kegiatan seperti bertemu dengan teman, berolahraga, atau berpartisipasi dalam komunitas lokal dapat mengalihkan fokus dari media sosial, mengurangi kecenderungan untuk bergantung pada validasi digital, dan mengurangi stres yang disebabkan oleh kebutuhan akan validasi digital.
- Social Media Detox
Istilah social media detox kini semakin populer sebagai cara untuk mengatasi stres. Social media detox berarti mengambil jeda dari penggunaan media sosial dalam jangka waktu tertentu. Menurut studi yang dilakukan oleh Tromholt (2016), pengguna yang mengambil waktu istirahat dari media sosial selama satu minggu melaporkan peningkatan kesejahteraan dan kepuasan hidup secara keseluruhan. Dengan mengambil jeda, seseorang dapat mengurangi paparan konten negatif dan fokus pada diri sendiri tanpa tekanan dari media sosial. Detoksifikasi ini dapat membantu mengurangi kecanduan, meningkatkan kesehatan mental, dan memberikan kesempatan untuk menata kembali prioritas hidup.
- Mengurangi Ketergantungan pada Validasi Sosial
Mengurangi ketergantungan pada validasi sosial merupakan salah satu cara efektif untuk mengelola stres akibat tekanan media sosial. Validasi sosial, yaitu keinginan untuk mendapatkan pengakuan atau persetujuan dari orang lain melalui “like,” komentar, dan jumlah pengikut, telah menjadi fenomena umum di era media sosial. Ketergantungan pada validasi ini, yang sering kali muncul dari keinginan untuk diterima dan dihargai, dapat berdampak negatif pada kesehatan mental jika tidak dikelola dengan baik. Penelitian dari American Psychological Association (APA) menunjukkan bahwa ketergantungan pada validasi sosial dapat meningkatkan risiko stres dan kecemasan. Hal ini terjadi karena individu yang terus-menerus mencari pengakuan atau persetujuan dari orang lain melalui media sosial cenderung merasa tidak puas jika tidak mendapatkan respons sesuai harapan mereka. Sebuah studi dari Kross dkk. (2013) menemukan bahwa semakin sering seseorang memantau respons terhadap unggahannya di media sosial, semakin tinggi pula kecemasan dan stres yang dirasakannya. Ketergantungan pada validasi eksternal membuat seseorang menjadi lebih rentan terhadap tekanan dan perubahan suasana hati yang tidak stabil.
Stres yang disebabkan oleh tekanan media sosial adalah fenomena yang umum terjadi di era digital. Penyebab utama stres ini meliputi perbandingan sosial, ekspektasi tinggi terhadap kehidupan, serta FoMO. Namun, dengan menerapkan beberapa langkah sederhana, seperti membatasi waktu penggunaan media sosial, mempraktikkan mindfulness, mengkurasi konten yang dilihat, mengembangkan hobi di luar dunia maya, dan mengambil waktu jeda dari media sosial, seseorang dapat mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh media sosial terhadap kesehatan mental. Pengelolaan yang tepat terhadap stres ini dapat membantu kita untuk menggunakan media sosial dengan lebih bijak dan menjaga keseimbangan antara dunia maya dan kehidupan nyata.