Siap Tekan Persebaran Mpox atau Cacar Monyet, Kemenkes Siapkan 12 Laboratorium di Seluruh Indonesia
Kemenkes telah menyiapkan 12 laboratorium untuk mempercepat proses pemeriksaan mpox atau cacar monyet.
Dalam upaya mempercepat deteksi dan penanganan virus monkeypox (Mpox) di Indonesia, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menyiapkan 12 laboratorium yang tersebar di berbagai wilayah di seluruh nusantara. Langkah ini diambil sebagai bagian dari strategi mitigasi untuk menekan penyebaran virus Mpox, yang belakangan ini menjadi perhatian global.
Pelaksana Tugas Dirjen P2P Kemenkes, Yudhi Pramono, dalam konferensi pers daring yang digelar di Jakarta, Ahad, menjelaskan bahwa belasan laboratorium tersebut ditempatkan di sejumlah kota besar, masing-masing tergabung dalam beberapa regional.
-
Bagaimana cara mencegah penyebaran cacar monyet? Rekomendasi pertama berkaitan dengan pencegahan, dimulai dengan menghindari kontak fisik dengan pasien terduga Monkeypox (Mpox) untuk mencegah penularan penyakit ini. 'Lebih dari 90 persen penularan melalui kontak erat dan terutama kontak seksual. Hindari kontak fisik dengan pasien terduga Mpox, tidak menggunakan barang bersama misalnya handuk yang belum dicuci, pakaian yang belum dicuci, atau berbagi tempat tidur , alat mandi dan perlengkapan tidur seperti sprei, bantal, dan lainnya,' kata Ketua Satuan Tugas (Satgas) MPox IDI dr.Hanny Nilasari, Sp DVE dilansir dari Antara.
-
Bagaimana cara mencegah penularan cacar monyet? Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan dengan air dan sabun, atau menggunakan pembersih tangan berbahan dasar alkohol. Menghindari kontak langsung dengan tikus atau primata dan membatasi pajanan langsung dengan darah atau daging yang tidak dimasak dengan baik. Menghindari kontak fisik dengan orang yang terinfeksi atau material yang terkontaminasi, termasuk tempat tidur atau pakaian yang sudah dipakai penderita.
-
Bagaimana cara mencegah cacar monyet? Cacar monyet adalah penyakit yang dapat dicegah dengan beberapa cara. Berdasarkan hasil pencarian web saya, berikut adalah beberapa cara mencegah cacar monyet yang dapat Anda lakukan: Vaksinasi. Vaksin cacar dapat memberikan perlindungan sekitar 85 persen terhadap cacar monyet. Jika Anda belum divaksin cacar, Anda dapat berkonsultasi dengan dokter Anda tentang kemungkinan mendapatkan vaksin ini. Hindari kontak dengan hewan yang terinfeksi. Cacar monyet dapat menular dari hewan ke manusia melalui cakaran, gigitan, atau kontak dengan cairan tubuh hewan yang terinfeksi. Hindari kontak dengan hewan yang sakit atau mati, terutama hewan pengerat dan primata, seperti tikus, monyet, atau tupai. Hindari kontak dengan orang yang terinfeksi. Cacar monyet juga dapat menular dari manusia ke manusia melalui percikan liur, kontak kulit ke kulit, atau benda yang terkontaminasi virus. Hindari kontak dekat dengan orang yang memiliki ruam atau koreng seperti cacar monyet. Jangan menyentuh, mencium, memeluk, atau berhubungan seks dengan orang yang terinfeksi. Jaga kebersihan dan disinfeksi lingkungan. Cacar monyet dapat bertahan di permukaan benda selama beberapa hari. Bersihkan dan disinfeksi permukaan yang sering disentuh, seperti meja, gagang pintu, atau peralatan makan. Gunakan masker, sarung tangan, dan alat pelindung diri lainnya saat merawat orang yang terinfeksi. Rajin mencuci tangan dengan sabun dan air atau handsanitizer.
-
Apa yang penting untuk mencegah cacar monyet? 'Pola hidup sehat dengan menjaga asupan gizi dan kebersihan tangan serta tidak berkontak dengan pasien yang mengalami infeksi ini, dan tidak menggunakan barang bersama merupakan hal yang penting diperhatikan,' ujar Hanny dilansir dari Antara.
-
Bagaimana mencegah penularan cacar monyet di tempat umum? 'Perhatikan barang-barang di sekitar. Usahakan tidak menggunakan alat mandi bersama, handuk, atau sisir bersama di tempat umum karena masih potensial untuk menularkan infeksi,' lanjut Hanny.
Laboratorium-laboratorium ini akan memainkan peran vital dalam mempercepat proses pemeriksaan terhadap individu yang diduga terpapar virus Mpox, sehingga memungkinkan deteksi dini dan penanganan yang lebih efektif.
Laboratorium yang telah disiapkan tersebar di seluruh wilayah Indonesia, dimulai dari wilayah regional I di Balai Laboratorium Kesehatan Masyarakat Kota Medan, Sumatera Utara, hingga regional XI di Papua. Beberapa laboratorium yang telah siap di antaranya adalah laboratorium di Kota Batam (regional II), Jakarta dan Pangandaran (regional IV), Yogyakarta dan Magelang (regional V), Surabaya (regional VI), Banjarbaru (regional VII), serta Makassar (regional VIII). Sebagian besar regional ini telah dilengkapi dengan alat reagen khusus untuk pemeriksaan Mpox.
Namun, Yudhi juga menyebutkan bahwa masih ada beberapa wilayah yang saat ini sedang dalam proses penyediaan alat dan perlengkapan laboratorium, seperti regional III (Sumatera Selatan), regional IX (Maluku), dan regional X (Maluku Utara).
Meski demikian, Kemenkes tetap optimistis bahwa upaya mitigasi penyebaran virus Mpox di Indonesia dapat dilaksanakan dengan lebih maksimal melalui penyiapan laboratorium-laboratorium ini. Dengan adanya fasilitas yang tersebar dan berfungsi dengan baik, hasil pemeriksaan dapat diperoleh dengan cepat dan akurat, yang tentunya akan mempengaruhi efektivitas tindakan medis yang diberikan kepada pasien.
Selain kesiapan laboratorium, Yudhi juga menekankan pentingnya kesadaran masyarakat dalam menangani gejala awal Mpox. Gejala-gejala yang harus diwaspadai meliputi ruam dan lesi di berbagai bagian tubuh seperti wajah, tangan, kaki, badan, mata, mulut, atau kelamin, serta gejala lainnya seperti demam, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit kepala, lesu, nyeri otot, dan punggung.
“Kesadaran masyarakat untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala yang mirip dengan Mpox sangat penting sebagai upaya pencegahan penyebaran lebih lanjut,” ujar Yudhi.
Data terbaru menunjukkan bahwa dari 54 kasus konfirmasi Mpox di Indonesia yang telah memenuhi kriteria Whole Genome Sequencing (WGS), seluruhnya berasal dari kelompok clade IIb, yang ditemukan sejak tahun 2022 hingga saat ini. Clade ini diketahui memiliki tingkat fatalitas yang lebih rendah, namun tetap membutuhkan perhatian serius untuk mencegah penyebaran lebih luas di masyarakat.