Tak selamanya kecemasan itu buruk, ini buktinya!
Merdeka.com - Merasa khawatir dan cemas adalah perasaan yang ingin dijauhi oleh seseorang. Dibalik itu, rasa cemas dan khawatir ternyata memiliki sisi baik yang bermanfaat bagi kehidupan kita. Sebuah penelitian menemukan bahwa orang-orang yang khawatir atau cemas ternyata mampu mengelola stres dengan lebih baik daripada mereka yang tetap tenang.
Penelitian baru ini mampu membantah pandangan awal yang mengatakan bahwa kecemasan dan kekhawatiran tidak mampu mengatasi tekanan hidup modern. Penelitian ini dilakukan dengan mengamati 230 mahasiswa lulusan sekolah hukum yang tengah menunggu hasil ujian dalam jangka waktu empat bulan.
Hasilnya, mereka menemukan bahwa panik, cemas dan khawatir ternyata jauh lebih baik daripada membuat diri terlihat tenang. Sekilas, menunggu dengan khawatir yang terlihat sia-sia justru menunjukkan fakta yang sebaliknya.
-
Siapa yang berisiko lebih rendah terkena depresi? Bahkan menurut studi Harvard, perempuan yang minum kopi sebanyak 4 cangkir setiap harinya, memiliki risiko depresi sebanyak 20% lebih rendah dibanding mereka yang tak mengonsumsi kopi.
-
Siapa yang lebih rentan mengalami depresi? Meskipun pria, wanita, dan orang dengan berbagai identitas gender dapat mengalami depresi, gejala depresi pada pria sering kali berbeda dan mungkin lebih sulit dikenali.
-
Siapa yang berisiko tinggi terkena depresi? Jauh dari pandangan umum bahwa depresi hanya terkait dengan ketidakseimbangan kimia, penelitian ini menyoroti hubungan kuat antara gaya hidup sehat dan kesejahteraan mental.
-
Siapa yang berisiko tinggi mengalami depresi? Menurut National Cancer Institute, orang dengan kanker gastrointestinal, terutama perut atau pankreas, memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami depresi.
-
Siapa yang rentan mengalami depresi? Orang yang suka menyendiri cenderung rentan berpikiran negatif dan mengalami depresi.
-
Siapa yang paling sering terkena depresi? Penyakit ini menimpa 6,9% orang dewasa di AS setiap tahunnya atau sekitar 16 juta orang.
Hasil studi tersebut kemudian memberikan sebuah pendefinisian tentang arti sesungguhnya dari 'menunggu' sebuah berita yang datang dan mekanisme penyelesaian masalah yang kita lakukan ketika kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Dari hasil pengamatan, para mahasiswa tersebut menetapkan harapan dan menyaring semua hal negatif yang mungkin terjadi.
Para peneliti mengamati bagaimana para mahasiswa tersebut akan bereaksi atau menangani kekhawatirannya. Mereka yang memiliki rasa khawatir cenderung memiliki antisipasi diri saat menerima hasil ujian yang datang. Saat menerima kabar buruk mereka tidak akan mengalami depresi yang tajam.
Dan saat mereka menerima kabar positif, merasa akan merasa jauh lebih bahagia. Sementara orang-orang yang tetap tenang atau menghindari masalah selama menunggu hasil ujian tersebut cenderung mengalami keterpurukan yang membuat mereka depresi lebih dalam.
(mdk/SRA)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penting untuk mengenali perbedaan apa itu kecemasan dan panik untuk menemukan cara mengatasi yang tepat.
Baca SelengkapnyaGangguan kecemasan dan anxiety yang dialami oleh seseorang bisa menyebabkan masalah kesehatan lain.
Baca SelengkapnyaEustress dan distress merupakan dua jenis stres yang bisa terjadi di tubuh kita. Kenali perbedaan di antara keduanya.
Baca SelengkapnyaMenonton film horor bisa memberikan sejumlah manfaat keseahtan bagi kita.
Baca SelengkapnyaSejumlah aktivitas yang coba dilakukan untuk menenangkan diri ternyata justru bisa memicu memburuknya masalah kecemasan.
Baca SelengkapnyaMual ternyata bisa terjadi saat sedang cemas. Apa penyebabnya?
Baca SelengkapnyaMerdeka.com merangkum informasi tentang apa itu anxiety, jenisnya, dan cara mengatasi anxiety.
Baca SelengkapnyaKata-kata sad mengandung makna yang dalam, menyentuh, dan menggambarkan perasaan yang paling terdalam.
Baca SelengkapnyaSejumlah kebiasaan positif yang kita miliki dalam kehidupan sehari-hari ternyata bisa menyebabkan dan memperparah kecemasan.
Baca Selengkapnya