TBC Rentan Dialami oleh Pasien Diabetes dan Hipertensi, Ini Alasannya
Kondisi diabetes dan hipertensi yang dialami seseorang rentan menyebabkan penularan TBC pada dirinya.
Penyakit Tuberkulosis (TBC) masih menjadi salah satu masalah kesehatan terbesar di Indonesia, dengan tingkat penularan yang sangat tinggi. Baru-baru ini, perhatian masyarakat tertuju pada keterkaitan antara TBC dengan dua kondisi kesehatan kronis: diabetes dan hipertensi. Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Ikatan Istri Dokter Indonesia (IIDI) ke-70 dan Hari Ibu ke-96, IIDI Cabang Malang mengadakan penyuluhan kesehatan bertajuk "Pengaruh Hipertensi dan Diabetes terhadap TBC" di Sakura Hall RS Prima Husada Kabupaten Malang, Selasa (3/12).
Acara yang dihadiri oleh anggota Klub Prolanis Nusantara Sehat ini bertujuan memberikan wawasan penting kepada masyarakat tentang risiko yang mengintai pasien diabetes dan hipertensi terhadap TBC.
-
Apa gejala diabetes yang sering dialami? Gejala-gejala seperti kelelahan yang berlebihan, haus yang tidak wajar, serta seringnya buang air kecil adalah beberapa tanda utama yang bisa menjadi penanda diabetes.
-
Kenapa penderita TBC di Cianjur meningkat? Berdasarkan catatannya, kasus TBC di Kabupaten Cianjur pada 2021 sebanyak 4.643, lalu di 2022 menjadi 7.107 dan di 2023 per Januari sampai Juli terdapat 3.403 kasus.
-
Siapa yang berisiko terkena TBC? Orang yang mengidap HIV/AIDS dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah memiliki risiko lebih tinggi tertular tuberkulosis dibandingkan orang dengan sistem kekebalan tubuh normal. Selain itu, Anda juga harus memperhatikan anak-anak Anda. Pasalnya, anak-anak juga memiliki risiko tinggi terkena TBC, bahkan cenderung lebih serius terjadi pada mereka.
-
Siapa yang berisiko Hipertensi? Hal ini sangat relevan bagi anak-anak yang pernah mengalami infeksi saluran kemih yang melibatkan ginjal atau mereka yang memiliki kelainan bawaan pada ginjal, seperti kista ginjal atau penyempitan arteri ginjal,' tambah Dalla-Pozza.
-
Siapa yang berisiko tinggi diabetes? Ikhsan menyarankan individu dengan berat badan berlebih dan/atau riwayat keturunan diabetes untuk memperhatikan pola hidup mereka jika tidak dapat menghindari begadang, guna mengurangi risiko terkena diabetes.
Komitmen IIDI dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat
Ketua Panitia, Ibu Titin Bachtiar, dalam sambutannya menekankan pentingnya penyuluhan ini. “Tujuan penyelenggaraan acara ini tidak hanya untuk memperingati HUT IIDI dan Hari Ibu, tetapi juga sebagai bentuk kontribusi kami dalam membantu pemerintah memutus rantai penularan TBC,” ujar Titin.
Hal senada diungkapkan oleh Ketua IIDI Cabang Malang, Ny. Diyah Himawati Santosa, SE. Dia menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan wujud nyata dari dharma bakti para istri dokter dalam menunjang program pemerintah di bidang kesehatan. “Kami ingin masyarakat semakin sadar dan teredukasi mengenai bahaya TBC, terutama bagi mereka yang memiliki diabetes atau hipertensi,” tambahnya.
Diabetes dan Risiko Tinggi Terhadap TBC
Dalam sesi penyuluhan, dr. Zoraida Nur Wahyuni, Sp.PD menjelaskan bagaimana diabetes meningkatkan risiko seseorang terkena TBC hingga tiga kali lipat.
“Pada pasien diabetes, sistem imun mengalami gangguan sehingga tubuh lebih rentan terhadap infeksi, termasuk TBC,” jelas dr. Zoraida.
Beliau menjelaskan bahwa diabetes adalah penyakit metabolik yang terjadi ketika tubuh tidak mampu mengontrol kadar gula darah secara normal. Kondisi ini sering kali disebabkan oleh kegemukan atau gangguan pada pankreas. Selain itu, banyak kasus diabetes yang tidak terdeteksi karena pasien enggan memeriksakan diri atau bahkan tidak menyadari gejalanya.
“Diperkirakan pada tahun 2030, jumlah penderita diabetes di dunia akan mencapai 400 juta orang,” lanjutnya. Fenomena ini semakin memprihatinkan karena banyak penderita berada dalam fase prediabetes yang tidak mendapatkan perhatian serius.
Pasien diabetes juga menghadapi komplikasi serius lainnya, seperti gagal ginjal, yang menyumbang 40% dari kasus gagal ginjal di dunia. Untuk mencegah komplikasi, dr. Zoraida merekomendasikan terapi diabetes yang mencakup diet, olahraga, pengendalian berat badan, serta pemeriksaan rutin.
Hubungan Antara Hipertensi, Diabetes, dan TBC
Hipertensi, meskipun tidak secara langsung meningkatkan risiko TBC seperti diabetes, juga dapat memengaruhi kesehatan secara keseluruhan. Penderita hipertensi sering kali memiliki metabolisme tubuh yang kurang optimal, sehingga sulit melawan infeksi jika terpapar bakteri TBC.
“Kombinasi diabetes dan hipertensi dapat semakin memperburuk kondisi sistem kekebalan tubuh, menjadikan pasien lebih rentan terhadap infeksi kronis seperti TBC,” ujar dr. Zoraida.
Gejala dan Pencegahan TBC
Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, bukan oleh faktor keturunan atau mistis sebagaimana mitos yang beredar di masyarakat. Penyakit ini menular secara langsung melalui percikan dahak penderita saat batuk atau bersin.
“Gejala utama TBC adalah batuk yang terus-menerus selama berbulan-bulan, bahkan setelah sempat sembuh sementara,” ungkap dr. Zoraida. Pemeriksaan dahak dan rontgen paru sangat disarankan untuk memastikan diagnosis TBC, terutama bagi mereka yang menunjukkan gejala tersebut.
Langkah pencegahan bagi pasien diabetes sangatlah penting. Selain menjaga kadar gula darah tetap terkontrol, pasien juga perlu berhati-hati terhadap orang di sekitar yang batuk, karena risiko penularan yang tinggi.
Pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam menangani hubungan kompleks antara TBC, diabetes, dan hipertensi merupakan suatu hal yang penting. Plt. Direktur RS Prima Husada, dr. Nur Mazidah, menyampaikan harapannya agar penyuluhan ini memberikan manfaat nyata bagi peserta. “Semoga bapak dan ibu dapat menerapkan pengetahuan yang diperoleh untuk menjaga kesehatan pribadi dan keluarga,” ujar dr. Mazidah.
TBC adalah ancaman nyata, tetapi bukan tanpa solusi. Dengan kolaborasi berbagai pihak, termasuk tenaga medis, pemerintah, dan masyarakat, rantai penularan TBC dapat diputus. Masyarakat diharapkan lebih peduli terhadap risiko penyakit ini, khususnya bagi mereka yang memiliki kondisi kesehatan kronis seperti diabetes dan hipertensi.