Tips dari Ahli Gizi untuk Kurangi Konsumsi Makanan dan Minuman Manis pada Anak
Penting bagi orangtua untuk membatasi dan mengatur konsumsi gula anak dengan tepat. Simak caranya.
Konsumsi makanan dan minuman manis yang berlebihan pada anak-anak telah menjadi perhatian serius di kalangan ahli gizi dan kesehatan. Guru Besar bidang Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga dari Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, menekankan pentingnya pendekatan bertahap dalam mengurangi konsumsi gula pada anak-anak.
"Pengurangan konsumsi gula tentu dilakukan secara bertahap," ujar Prof. Ali dilansir dari Antara.
-
Bagaimana cara mencegah anak kecanduan makanan manis? Pada usia ini, anak-anak sering terpapar makanan manis, sehingga pengawasan ketat diperlukan untuk mencegah kebiasaan buruk.
-
Kenapa orangtua harus batasi minuman manis? Membatasi konsumsi minuman manis pada anak penting dilakukan oleh orangtua demi cegah masalah di masa mendatang. Minum manis adalah kebiasaan yang banyak disukai oleh anak-anak, karena dapat memberikan rasa nikmat dan segar di mulut. Namun, minum manis juga dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan anak.
-
Bagaimana cara mengatasi anak kecanduan minuman manis? Jika anak Anda sudah terlanjur kecanduan minuman manis, ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk membantunya mengurangi konsumsi minuman manis: Bicara dengan Anak Jelaskan kepada anak Anda tentang dampak negatif dari konsumsi minuman manis yang berlebihan. Bantu anak Anda untuk memahami bahwa mengurangi konsumsi minuman manis adalah hal yang penting untuk kesehatannya.
-
Gimana cara ngurangin minum manis? Ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi kebiasaan minum minuman manis, yaitu: Biasakan minum air putih. Air putih adalah minuman yang paling sehat dan tidak mengandung kalori atau gula. Air putih dapat membantu menghilangkan rasa haus, membersihkan tubuh dari racun, dan menjaga keseimbangan cairan tubuh.
-
Gimana cara kurangi bahaya minuman manis? 'Namun untuk menjaga kesehatan pilihan yang lebih aman adalah mengurangi konsumsi keduanya, mengganti minuman manis dengan air putih atau teh tanpa gula, serta mengganti nasi putih dengan karbohidrat yang lebih sehat seperti nasi merah atau quinoa,' jelas Indah.
-
Mengapa penting untuk menghindari makanan manis? Minuman manis seperti soda dan jus buah kemasan sering kali penuh dengan gula tambahan, yang dapat meningkatkan risiko diabetes.
Mengurangi asupan gula secara drastis dapat berdampak buruk pada kesejahteraan anak. Anak-anak yang sudah terbiasa dengan makanan dan minuman manis sering kali mengalami tantrum atau perilaku emosional yang intens jika asupan gula mereka dikurangi secara tiba-tiba. Hal ini disebabkan oleh pengaruh gula terhadap tingkat energi dan suasana hati mereka.
"Penurunan asupan secara mendadak dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman, membuat anak gelisah dan mudah marah," jelas Prof. Ali. Oleh karena itu, pengurangan gula sebaiknya dilakukan secara bertahap agar anak dapat beradaptasi tanpa mengalami stres berlebihan.
Untuk mengurangi konsumsi gula pada anak, Prof. Ali menyarankan orang tua agar mulai dengan mengurangi takaran gula dalam minuman yang mereka buat di rumah.
"Kalau orang tua yang membuat minuman manis itu, maka bisa mengurangi gula dalam minuman anak. Tapi, untuk minuman kemasan, coba pilih yang less sugar," katanya. Pemilihan produk yang rendah gula saat membeli minuman dalam kemasan juga menjadi langkah penting untuk membantu anak mengurangi asupan gula tanpa merasa terbebani.
Kebiasaan orang tua, terutama ibu, dalam mengonsumsi makanan dan minuman manis juga sangat berpengaruh terhadap pola konsumsi gula anak-anak. Oleh karena itu, Prof. Ali menekankan pentingnya edukasi gizi di tingkat rumah tangga.
"Edukasi gizi di tingkat rumah tangga perlu, dan ibu menjadi panutan utama anak, sehingga seorang ibu dianjurkan melek gizi," ujar Prof. Ali. Dengan pengetahuan gizi yang baik, orang tua dapat menjadi teladan dalam menerapkan pola makan sehat, yang pada akhirnya akan membentuk kebiasaan baik pada anak.
Dalam panduan gizi, anak-anak usia sekolah normalnya membutuhkan sekitar 25 gram gula per hari. Prof. Ali menjelaskan, "Asupan gula proporsional anak usia sekolah itu sekitar 25 gram per hari. Ini bisa dilihat berapa gram belanja gula per bulan di rumah tangga, dibagi jumlah anggota rumah tangga. Kalau makanan kemasan bisa dilihat di label gizi."
Mengawasi dan membatasi asupan gula anak-anak sangat penting untuk mencegah berbagai masalah kesehatan di kemudian hari, termasuk risiko diabetes.
Di Indonesia, kasus diabetes tipe 1 pada anak usia 12 hingga 18 tahun menunjukkan peningkatan yang signifikan. Berdasarkan data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), jumlah anak dengan diabetes tipe 1 meningkat hingga 70 persen dari tahun 2010 hingga 2023. Fakta ini semakin memperkuat urgensi untuk mengurangi konsumsi gula sejak dini.