Ada Sejak 16 Tahun Lalu, Sanggar Budaya Ini Lestarikan Reog Singo Menggolo di Medan
Merdeka.com - Kota Medan, Sumatra Utara (Sumut), memang dikenal sebagai daerah yang kaya akan keragaman etnis dan budaya. Di sini, berbagai etnis hidup saling berdampingan dengan harmonis.
Ada salah satu sanggar di Kota Medan yang sudah belasan tahun mengenalkan budaya Jawa kepada masyarakat sekitar. Namanya adalah Sanggar Turonggo Siswo Budoyo. Sanggar ini berlokasi di Jalan Pasar III Timur, Kecamatan Medan Marelan.
Didirikan oleh Jumarik, seorang pria keturunan Jawa yang lahir di Sumatra, sanggar ini dibentuk sebagai wujud keinginannya untuk melestarikan budaya leluhurnya. Uniknya, meski sanggarnya identik dengan budaya Jawa, tetapi anak-anak asuhnya berasal dari bermacam suku daerah, tak hanya Jawa.
-
Bagaimana budaya Semarang? Keindahan Semarang tercermin dalam keberagaman budayanya.
-
Dimana tradisi Suran Mbah Demang diselenggarakan? Seluruh rangkaian acara itu diselenggarakan di kediaman Mbah Demang, yaitu di Banyuraden, Gamping, Sleman.
-
Dimana Tari Muang Sangkal biasanya digelar? Tari Muang Sangkal bisanya digelar saat acara hajatan atau ada tamu besar yang datang ke Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.
-
Di mana letak Kampung Melayu Semarang? Dikutip dari Semarangkota.go.id, Kampung Melayu Semarang merupakan area wisata perkampungan yang menawarkan nilai sejarah dan religi bagi para pengunjung yang berwisata di area tersebut.
-
Dimana wayang kulit Sumatera Barat dipertunjukkan? Sampai saat ini, pertunjukan wayang masih digelar di berbagai daerah dan dicintai oleh masyarakat.
-
Di mana Jaran Kepang di Malang sering dilakukan? Pertunjukan Jaran Kepang di Malang sering kali dilakukan pada malam Jumat Legi.
Melansir dari Youtube Dinas Pariwisata Kota Medan, berikut kisah Jumarik bersama Sanggar Turonggo Siswo Budoyo miliknya.
Sudah Ada Sejak 16 Tahun Lalu
Youtube Dinas Pariwisata Kota Medan ©2020 Merdeka.com
Sebenernya, awal mula berdirinya sanggar ini berangkat dari kesenian kuda kepang yang Ia mulai pada tahun 1986. Baru setelah itu, Ia akhirnya mendirikan Sanggar Turonggo Siswo Budoyo ini, dari 16 tahun yang lalu.
Jumarik dulunya adalah seorang pemain kuda kepang, sebuah kesenian Jawa dengan tunggangan properti berbentuk kuda sembari mempertontonkan atraksi kekebalan tubuh yang dilakukan karena adanya kekuatan magis.
Dua tahun setelah sanggar ini terbentuk, barulah Ia menggeluti bidang Reog Singo Menggolo. Kini, sanggar ini sudah memiliki kurang lebih 90-an anak asuh, yang berasal dari berbagai macam latar belakang. Kebanyakan pelajar, tapi ada juga mahasiswa, pekerja wiraswasta, guru bahkan pengusaha.
Kesenian Reog Singo Menggolo
Youtube Dinas Pariwisata Kota Medan ©2020 Merdeka.com
Reog Singo Menggolo di Sanggar Turonggo Siswo Budoyo ini memiliki empat babat atau bagian. Yang pertama di awali dengan jatilan, yang ditarikan oleh wanita. Biasanya ditampilkan sebagai pembuka di pertunjukan Reog Ponorogo. Yang kedua, ganongan kecil, yang ditarikan oleh anak laki-laki. Yang ketiga, ganongan besar atau bujang lanang, tarian yang menampilkan atraksi yang menggambarkan seorang patih yang sakti. Dan yang terakhir adalah singo barongan, yang merupakan tarian inti dari Rego Ponorogo. Dalam singo barongan inilah pembarong akan membawa babat merak atau reog itu sendiri.
Anak Asuhnya Berasal dari Berbagai Macam Latar Belakang Suku
Youtube Dinas Pariwisata Kota Medan ©2020 Merdeka.com
Di sanggar ini, siapa pun bisa ikut belajar tentang kesenian reog. Jumarik mengizinkan permainan ini dilaksanakan oleh remaja-remaja yang notabene bukan beretnis Jawa seperti mereka.Dari semua anak asuhnya, beberapa diantaranya justru bertenis Batak dan Karo bahkan Tionghoa. Seperti salah satu anak asuhnya yang bernama Ferdinan Sembiring, yang berasal dari Suku Karo. Ia bergabung dengan sanggar Turonggo Siswo Budoyo ini sudah lebih dari 10 tahun. Awalnya, Ia hanya diajak untuk menemani temannya belajar di sanggar ini, namun setelah beberapa kali menemani, Ia akhirnya tertarik dan bergabung dengan sanggar ini.Ferdinan berperan menjadi pemain Ketuk Kenong. Ketuk Kenong adalah dua gong kecil yang di dalam acara gamelan menjadi sebagai suatu rhytm dalam musik itu.
Berharap Bisa Semakin Eksis
Youtube Dinas Pariwisata Kota Medan ©2020 Merdeka.com
Sanggar Turonggo Siswo Budoyo ini sudah banyak berkiprah di Sumut, khususnya di Kota Medan. Sanggar ini terbilang aktif mengikuti berbagai gelaran kegiatan yang diselenggarakan di Kota Medan.Sebagai pendiri sanggar ini, Jumarik berharap, ke depannya sanggarnya bisa semakin eksis di Kota Medan. Ia juga berharap agar pemerintah setempat dan masyarakat terus memberikan dukungan agar sanggar ini semakin dikenal luas. (mdk/far)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kesenian budaya Reog Ponorogo diwariskan secara turun-temurun di kampung ini.
Baca SelengkapnyaSelangkah lagi Reog Ponorogo jadi warisan budaya tak benda UNESCO
Baca SelengkapnyaMenjelang perayaan Imlek, Sanggar Shen Lung Jakarta kebanjiran pesanan untuk mentas di berbagai lokasi.
Baca SelengkapnyaMenak Koncer merupakan tradisi yang berkembang di Dusun Resowinangun, Desa Pledokan, Kecamatan Sumowono, Semarang, Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaTema 'Pelangi Nusantara' diangkat untuk menggambarkan keragaman budaya Indonesia yang luar biasa, yang ada di Kota Tangerang.
Baca SelengkapnyaPenampilan Wayang Ringkang terbilang unik, karena menggabungkan seni rampak kendang hingga wayang orang mirip kolosal.
Baca SelengkapnyaRumah Joglo ini jadi ikon Desa Wisata Tanjung di Kabupaten Sleman DIY.
Baca SelengkapnyaLagu yang diiringi dengan petikan gitar akustik ini membawa nuansa romantik, melankolis, dan naturalistik yang berakar dari karya sastra atau Rejung.
Baca SelengkapnyaSeorang warganet mengabadikan keseruan itu dari jendela kamar kosnya.
Baca SelengkapnyaKarena daya tariknya yang kuat, kalangan Belanda di sana bahkan sampai “terhipnotis”.
Baca SelengkapnyaKatanya, makin lama bumbu disimpan, rasa sotonya akan semakin lezat.
Baca SelengkapnyaDi desa wisata itu, belajar bahasa Inggris jad iterasa menyenangkan.
Baca Selengkapnya