Frans S. Mendur, Fotografer Asal Minahasa yang Pertama Kali Mengabadikan Momen Proklamasi Kemerdekaan
Frans S. Mendur, pria asal Minahasa ini menjadi fotografer pertama yang mengabadikan momen proklamasi kemerdekaan.
Frans S. Mendur, pria asal Minahasa ini menjadi fotografer pertama yang mengabadikan momen proklamasi kemerdekaan.
Frans S. Mendur, Fotografer Asal Minahasa yang Pertama Kali Mengabadikan Momen Proklamasi Kemerdekaan
Tanpa adanya fotografer, detik-detik proklamasi kemerdekaan mungkin untuk generasi sekarang tidak ada yang mengetahui bagaimana kondisi dan keadaan pada saat itu.
Foto-foto inilah yang menjadi salah satu dari sekian banyaknya bukti otentik yang menjadi sumber sejarah Indonesia.
Salah satu fotografer handal yang juga sempat memotret ketika detik-detik kemerdekaan yang dikumandangkan oleh Presiden Ir. Soekarno yaitu bernama Frans Soemarto Mendur atau dikenal dengan Frans S. Mendur.
-
Siapa fotografer pertama di Indonesia? Mengutip laman Asia Pacific Photography, fotografer perempuan pertama itu bernama Thilly Weissenborn.
-
Siapa fotografer di pemotretan Fuji? Beginilah penampilan cantik Fuji dalam sesi pemotretan terbarunya bersama fotografer kondang Fandy Susanto atau yang lebih dikenal sebagai pemilik akun FD PHOTOGRAPHY.
-
Foto pertama di koran dibuat bagaimana? Gambar yang dipublikasikan kemungkinan besar merupakan ukiran tinta dari foto aslinya.
-
Kapan foto pertama kali muncul? Saat ini jika hendak difoto, banyak orang sudah mulai menunjukkan ekspresinya melalui senyuman bahkan tak malu-malu bergaya di depan kamera. Namun lain hal dengan zaman dahulu. Saat di mana teknologi kamera pertama kali muncul dan foto pertama diambil pada akhir 1820-an.
-
Siapa yang Frans Faisal ajak foto? Berpose Bersama Kedua Kakaknya Senang dengan prestasi baru sang kakak, Fuji berbagi foto mereka berpose bersama Frans dan Fadly Faisal di depan rumah baru tersebut.
-
Bagaimana foto tentara Belanda di Manggarai diambil? Layaknya pelancong, mereka berdiri di pinggir kolam renang sambil bercakap-cakap dengan temannya yang ada di bagian atas.
Lahir di Kawangkoan, Minahasa, Sulawesi Utara pada tanggal 16 April 1913 dari pasangan Agustus Mendur dan Ariantje Mononimbar, Frans muda sudah hidup di tanah perantauan.
Bukan tanpa sebab, ia berkelana dari Surabaya hingga Batavia untuk menemui sang kakak, Alexius "Impurung" Mendur.
Ketika hidup bersama kakak, Frans mulai menyerap ilmu-ilmu terkait dunia fotografi darinya hingga akhirnya ia tertarik dan nyempung di kegiatan memotret.
Wartawan Muda
Melansir dari vredeburg.id, Frans sempat bekerja sebagai wartawan di Java Bode yang diterbitkan di Batavia pada tahun 1869. Kemudian, ia pindah ke surat kabar Asia Raya dan di sinilah ia mendapat kabar soal proklamasi kemerdekaan.
Bersama sang kakak, mereka langsung bergegas menuju kediaman Soekarno di Jl. Pegangsaan Timur, Nomor 56, Jakarta Pusat untuk bisa mengabadikan momen yang sangat berharga itu
Ia bersama Alex Mendur berangkat pagi buta menuju rumah Soekarno. Mereka dengan sigap mengambil momen-momen penting dan siapa sangka foto-foto jepretan mereka ini sekarang menjadi lembaran yang menjadi bagian dari sejarah kemerdekaan Indonesia.
Saat itu, Frans menggunakan kamera Leica dan membawa satu roll film dari kantor Djawa Shimbun Sha. Ia berhasil memotret momen yang sekarang menjadi foto legendaris dan ikonik, di antaranya:
Kedua, ketika Letkon Raden Mas Latief Hendraningrat, Suhud Sastro Kusumo, dan Surastri Karma (SK) Trimurti mengibarkan sang saka bendera merah putih.
Ketiga, foto memperlihatkan suasana pengibaran sang saka bendera merah putih dengan latar belakang kumpulan masyarakat yang berkumpul menyaksikan proklamasi.
Roll Film Rusak
Alex dan Frans Mendur menjadi fotografer pertama yang mengabadikan momen kemerdekaan tersebut. Hal ini dikarenakan sebelum pembacaan naskah proklamasi tidak ada persiapan khusus.
Namun nahas, roll film milik Alex disita dan plat-plat negatif foto (sebelum dicetak) juga dihancurkan oleh tentara Jepang.
Berbeda dengan Alex, ia cukup cerdik dalam mengelabui pihak Jepang agar plat negatif miliknya tidak rusak atau disita.
Ketika Jepang menggeledah hasil fotonya, Frans sudah menguburkan lebih dulu plat-plat negatif miliknya di kantor Asia Raya. Ia mengaku jika plat filmnya itu sudah dirampas oleh barisan pelopor pendukung Soekarno.
Setelah situasi mulai kondusif, Frans kembali ke kantor Asia Raya dan mengambil plat-plat negatif miliknya lalu mencetak secara diam-diam di kamar gelap kantor berita Domei.
Dipublikasikan Setahun Kemudian
Pada tanggal 18 Agustus 1945, koran Asia Raya memuat berita tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Namun, dalam berita tersebut tanpa ada satupun foto yang dicantumkan. Alasannya adalah siasat Jepang agar berita ini tidak langsung menyebar ke dunia luar.
Akhirnya, karya-karya legendaris milik Frans baru diunggah setahun kemudian dengan penerbitan khusus oleh Harian Merdeka yang bertajuk "Nomor Peringatan Enam Bulan Republik”.
Mengutip dari beberapa sumber, Ia bersama Alex menerima penghargaan Bintang Jasa Utama pada tahun 2009 untuk peran jurnalistik foto di awal republik.
Lalu tahun 2010, mereka mendapatkan Bintang Mahaputera Nararya.