Mengenal Pesta Adat Lom Plai, Simbol Rasa Syukur Berkat Panen Melimpah Ala Suku Dayak Wehea
Pesta adat sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen ala masyarakat Suku Dayak Wehea ini sampai sekarang masih terus dilaksanakan dan dilestarikan.
Pesta adat sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen ala masyarakat Suku Dayak Wehea ini sampai sekarang masih terus dilaksanakan dan dilestarikan.
Mengenal Pesta Adat Lom Plai, Simbol Rasa Syukur Berkat Panen Melimpah Ala Suku Dayak Wehea
Indonesia tidak hanya memiliki kekayaan alam yang luar biasa, melainkan juga kekayaan dalam adat istiadat maupun budaya. Banyaknya suku di tanah ibu pertiwi ini menjadikan tradisi dan budaya sudah menjadi identitas masing-masing.
Tak seluruhnya adat istiadat setiap suku di Nusantara masih terus lestari di era gempuran teknologi. Namun, di Pulau Kalimantan tepatnya masyarakat Suku Dayak Wehea sampai sekarang masih melestarikan salah satu pesta adat bernama Lom Plai.
-
Apa makna Lom Plai bagi Suku Dayak Wehea? Bagi warga Suku Dayak Wehea, Pesta Adat Lom Plai adalah simbol menghormati padi. Mereka meyakini padi berasal dari manusia.
-
Mengapa Lom Plai dirayakan setiap tahun di Kutai Timur? Sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen dan rejeki yang sudah didapatkan selama satu tahun. Jadi Lom Plai ini kita ungkapkan dalam bentuk kegembiraan bersama.
-
Kenapa orang Batak membuat Pesta Tapai ? Tradisi ini masyarakat Batubara akan menjual berbagai macam jajanan di pasar. Bahkan, di beberapa gerainya terdapat pedagang lemang. Secara umum, kegiatan ini akan berlangsung selama 22 hari sebelum puasa dan tutup dua hari sebelum puasa pertama.
-
Kenapa lempok durian disajikan di acara adat? Selain menjadi camilan sehari-hari, lempok durian juga seringkali menjadi sajian istimewa dalam berbagai acara adat dan perayaan di daerah-daerah penghasil durian di Sumatra.
-
Bagaimana cara warga merayakan Pesta Nelayan Cisolok? Acara ini digelar meriah, dan sayang untuk dilewatkan karena menampilkan kearifan lokal khas Cisolok. Berikut selengkapnya. Digelar dengan karnaval Adapun acara puncak yang dilangsungkan melalui karnaval digelar mulai dari kantor Kecamatan Cisolok, lalu melintasi jalan raya hingga finish di tempat pelelangan ikan Pajagan.
-
Apa simbol tradisi Lebaran? Baju baru untuk Lebaran memang sudah menjadi tradisi yang sangat populer di Indonesia. Bahkan menjadi simbol kebahagian dan kebersamaan setiap orang.
Mengutip kutaitimurkab.go.id, Suku Dayak Wehea merupakan suku yang pertama kali mendiami di sekitar Sungai Wehea yang kini dikenal dengan sebutan Sungai Wahau. Tempat bermukim mereka bernama Desa Nehas Liah Bing yang menjadi desa tertua di antara desa Wehea lainnya.
Dalam kehidupan sehari-hari mereka selalu melekat hal-hal yang mengandung kesakralan dan juga kepercayaan. Hingga kini konsep ini masih tersemat di adat-istiadatnya seperti Lom Plai.
Ritual Setelah Panen
Pesta adat Lom Plai ini digelar setelah panen padi selesai. Secara umum, rangkaian acara adat ini berlangsung cukup panjang mulai dari ngesea egung atau pemukulan gong oleh keturunan raja sampai embob jengea atau pesta panen sebagai puncak acaranya.
Mengutip Liputan6.com, menurut kepercayaan masyarakat Suku Wehea, padi dianggap sebagai jelmaan manusia. Maka dari itu, mereka memberi penghormatan setinggi-tingginya kepada padi dengan serangkaian upacara adat.
Perlu diketahui, kegiatan panen padi di tanah Suku Wehea ini berlangsung hanya sekali dalam setahun. Dalam pesta Lom Plai ini seluruh elemen masyarakat mulai dari orang tua hingga anak-anak juga terlibat dalam kegiatan ini.
Hikayat Bencana Kekeringan
Dihimpun dari beberapa sumber, dalam sebuah hikayat yang berkembang di masyarakat Suku Dayak Wehea, pada zaman dahulu tanah mereka dilanda kekeringan hebat. Semua tanaman milik masyarakat mati sehingga mengakibatkan gagal panen.
Setelah fase kekeringan, mereka tidak memiliki makanan pokok selain dari hasil perkebunan tadi. Munculah fase kelaparan yang melanda masyarakat Suku Dayak Wehea. Banyak yang menderita sakit yang berujung meninggal dunia karena kekurangan pangan.
Salah satu warganya bernama Hepui Ledoh (Ratu Perempuan) bernama Diang Yung ini juga merasakan kesengsaraan yang begitu hebat. Ia terus berusaha mencari cara agar bisa menyelamatkan warganya dari kelaparan.
Meminta Bantuan
Pada suatu malam Hepui bermimpi didatangi Dohton Tenyiey atau Tuhan. Ia kemudian diminta oleh Dohton Tenyiey untuk mengorbankan putrinya agar menyelamatkan warga dari bencana kekeringan dan kelaparan.
Kemudian, Hepui merenung cukup lama dan terjaga dari tidurnya. Ada dua pilihan yang bisa diambil, pertama membiarkan sang putri yang cantik jelita itu hidup dan melanjutkan tahtanya namun warganya berangsur-angsur meninggal dunia. Atau menyelamatkan warga dengan mengorbankan putrinya itu.
Singkat cerita, diadakanlah sebuah musyawarah dengan tetua adat dan pemuka masyarakat. Akhirnya disepakati jika Putri Long Diang Yung yang harus dikorbankan demi menyelamatkan nyawa banyak orang.
Berubah Menjadi Padi
Setelah melakukan prosesi ritual untuk mengorbankan Putri Long Diang telah terjadi sebuah keajaiban. Ia kemudian berubah menjadi serumpun padi yang tumbuh meninggi dan mengeluarkan bulir yang sudah menguning.
Padi ini kemudian diberi nama Plai Long Diang Yung. Padi tersebut dibagikan kepada masyarakat sebagai benih atau bibit untuk ditanam. Berkat inilah, seluruh warga bisa terselamatkan dari bencana kelaparan dan memulai hidup yang lebih baik dan sejahtera.