Mengenal Sosok Ery Mefri, Koreografer Tari Kontemporer yang Menggabungkan Unsur Budaya Minang ke Dalam Karyanya
Melalui budaya Minang, karya-karyanya sudah mendapat perhatian dari berbagai festival internasional baik di Asia hingga Eropa.
Indonesia begitu kaya akan beragam jenis tarian tradisional yang menarik dan unik. Terlepas dari itu semua, setiap jenis tari menandakan sebuah identitas etnis tertentu sekaligus menjadi simbol kebudayaan lokal.
Tari tradisional akan semakin berkembang dengan munculnya berbagai jenis tarian kontemporer yang masih berakar kuat dari budaya aslinya. Peran seorang koreografer tentu sangat penting dalam menciptakan gerakan-gerakan baru namun tidak menghilangkan unsur keasliannya.
-
Siapa pencipta Tari Melinting? Tarian ini sudah ada sejak abad ke-16 yang menggambarkan keperkasaan serta keagungan Keratuan Melinting yang konon sang pencipta dari Tari Melinting ini.
-
Apa Tari Melinting menggambarkan? Salah satu jenis kesenian daerah yang cukup klasik lahir di Provinsi Lampung, tepatnya di Kecamatan Melinting, Labuhan Maringgai, dan Kecamatan Gunung Pelindung, Kabupaten Lampung Timur yang bernama Tari Melinting.
-
Apa itu tari tradisional? Tari tradisional adalah tarian yang berkembang dan dilestarikan secara turun temurun di suatu daerah tertentu. Tari tradisional merupakan bagian dari kebudayaan suatu daerah.
-
Siapa yang menciptakan tari tradisional? Tari tradisional adalah tari yang lahir, tumbuh, berkembang dalam suatu masyarakat yang kemudian diturunkan atau diwariskan secara terus menerus dari generasi kegenerasi.
-
Bagaimana Tari Miyang dipentaskan? Tari Miyang dipentaskan dengan komposisi kelompok. Tak ada batasan khusus berapa banyak penari dalam sebuah pementasan Tari Miyang.
-
Siapa yang menciptakan Tari Kecak? Tari ini pertama kali diciptakan pada tahun 1930-an oleh seniman asal Jerman yang tinggal di Pulau Dewata, yaitu Walter Spies.
Salah satu tokoh koreografer yang cukup terkenal, yaitu Ery Mefri. Ia adalah seorang koreografer tari yang memimpin kelompok tari Nan Jombang Dance Company. Dalam kariernya, ia banyak melahirkan gerakan tari dari unsur-unsur tarian tradisional Minangkabau.
Berkat ide-idenya, karya tarian yang masih mengakar dari budaya Minang ini sudah mendapat perhatian dari berbagai festival internasional baik itu di Asia hingga Eropa.
Profil Singkat
Ery Mefri lahir pada 23 Juni 1958 di Solok, Sumatra Barat. Sejak kecil ia tidak jauh-jauh dari dunia seni tradisional, ibunya bernama Nurjanah adalah seorang pelantun nyanyian Minang yang pandai menenun benang emas.
Sementara itu, sang ayah bernama Jamin Manti Jo Sutan adalah maestro tarian tradisi Minangkabau. Sedari kecil ia kerap ikut ayahnya memberikan latihan tari, dan kupingnya sudah terbiasa dengan bunyi-bunyi gendang dan nyanyian.
Sudah dipengaruhi dengan kesenian tradisional Minang, membuat dirinya terlatih dan tumbuh besar di dunia yang penuh unsur kebudayaan. Berangkat dari inilah ia menjadi seorang koreografer. Rumah masa kecilnya itu juga merupakan tempat belajar pertamanya untuk terjun di dunia kesenian.
Memilih Sekolah Karawitan
Sang ayah terkejut ketika Ery ditantang untuk menari. Ia membawakan Tari Piring dengan penuh daya pikat meskipun belum pernah berlatih sebelumnya. Semua itu terbentuk berkat pengamatan setiap ikut ayahnya berlatih.
Meski bukan profesi yang diharapkan, sang ayah sempat merayu Ery dengan membelikan sepeda motor apabila bersedia melanjutkan pendidikan di bidang pertanian. Namun, ia menolaknya dan memilih bersekolah di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) di Padang.
Setelah lulus dari SMKI, Ery menjadi pegawai Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di Kota Padang. Pada 1983 ia mendirikan sanggar Nan Jombang serta karya pertamanya yang menggunakan nama serupa. Tarian ini lahir dari keinginan untuk mengekspresikan potensi diri dan mengangkat budaya Minangkabau.
Tumbuh Bersama Sanggar Tari
Yakin dengan potensi kebudayaan Minang yang bisa tumbuh dan berkembang, Ery banyak menghasilkan karya-karya tarian kontemporer dari Nan Jombang yang berakar dari budaya lokal.
Dari sejak berdirinya sanggar, ia tidak memiliki dukungan dari pihak manapun termasuk dari pihak pemerintah daerah maupun negara. 25 tahun berselang, nama Ery dan sanggarnya pun mulai mencuat dan dikenal banyak orang bahkan hingga negara internasional.
Momen ini terjadi ketika Nan Jombang mengikuti event Indonesia Performing Arts Market atau IPAM yang berlangsung di Bali. Melalui pertunjukan ini Ery bersama sanggar Nan Jombang mulai mendapatkan perhatian dari tokoh-tokoh seni dan koreografi dunia.
Dari Sumbar Menuju Dunia
Sejak pertunjukan di IPAM, sanggar Nan Jombang mendapatkan perhatian khusus dari Andrew Ross, seorang Direktur Brisbane Powerhouse. Nan Jombang kemudian diundang untuk tampil di Australia sekaligus dibiayai sepenuhnya oleh Brisbane Powerhouse.
Penampilan tersebut menjadi batu loncatan Ery bersama sanggar tarinya. Mereka terus mendapatkan undangan pertunjukan dari berbagai negara, mulai dari Singapura, Brisbane, Jerman, dan Amerika Serikat. karya-karya Ery dan Nan Jombang pun mendapatkan apresiasi yang begitu besar.
Hebatnya lagi, perjuangan Ery tidak sendirian. Sanggar Nan Jombang juga dibantu oleh istri beserta anak-anaknya yang terlibat langsung dalam setiap gerakan tarinya.
Penghargaan Bergengsi
Mengutip situs kebudayaan.kemdikbud.go.id, ia meraih penghargaan "Tuah Sakato" dari gubernur Sumatra Barat sebagai seniman yang mengabdi untuk kemajuan kesenian dan kebudayaan di Sumatra Barat pada tahun 2008.
Kemudian, Ery juga menerima penghargaan bergengsi, yaitu Anugerah Kebudayaan kategori Pencipta, Pelopor, dan Pembaharu dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI pada 2016 lalu.