Mengenal Tari Faluaya, Tradisi Keperwiraan ala Suku Nias
Merdeka.com - Budaya Suku Nias tidak terlepas dari Hombo Batu atau lompat batu yang sudah sangat mendunia. Bersamaan dengan Hombo Batu, terdapat tarian bernama Tari Faluaya. Uniknya, kedua budaya ini lahir dari tradisi keperwiraan budaya Nias.
Tari Faluaya juga menggambarkan proses peperangan yang dilaksanakan dengan penuh semangat yang membara. Tarian ini sekaligus menjadi simbol persatuan dan kesatuan sebuah masyarakat saat menghadapi ancaman musuh.
Melansir dari laman indonesia.go.id, arti kata 'Faluaya' berarti "Bersama-sama" atau "Kebersamaan", dan bisa juga diartikan "Kerja Sama". Apabila disimpulkan bahwa Tari Faluaya ini dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok. Pada pelaksanaannya sendiri, tarian ini dibawakan secara kolosal, jumlah penarinya bisa tak terbatas dan di perankan langsung oleh kaum laki-laki.
-
Apa keunikan musik tradisional Nias? Tak hanya tarian, musik dan alat-alat musik tradisional Nias juga beragam dan unik.
-
Apa itu tari tradisional? Tari tradisional adalah tarian yang berkembang dan dilestarikan secara turun temurun di suatu daerah tertentu. Tari tradisional merupakan bagian dari kebudayaan suatu daerah.
-
Bagaimana ciri khas tari tradisional? • Diiringi oleh musik tradisional khas daerah tersebut • Memiliki pakem atau aturan gerakan dasar yang wajib diikuti • Mengandung filosofi yang berassal dari buah pikiran kearifan lokal setempat.
-
Dimana Famasulo terjadi di Nias? Salah satu lokasi perdagangan itu di daerah Sirombu atau Pesisir Barat Pulau Nias.
-
Apa arti dari 'Fame'e Afo' di Suku Nias? Tarian ini merupakan ritual kesenian tradisional yang biasa dilakukan masyarakat Nias untuk menyambut tamu kehormatan.
-
Apa yang unik dari Tari Likok Pulo? Tari Likok Pulo menjadi tari tradisional satu-satunya yang dimiliki masyarakat Pulo Aceh.
Sebagai Tarian Penyemangat
warisanbudaya.kemdikbud.go.id ©2022 Merdeka.com
Sebelum Tari Faluaya menjadi menjadi bagian dari acara kebudayaan di Kepulauan Nias, tarian ini digunakan oleh para leluhur untuk meningkat semangat penduduk desa sebelum berperang dengan desa lain. Tarian ini dipandang "bergengsi" dalam kehidupan laki-laki di pedesaan, sebab tarian ini melambangkan perubahan status laki-laki dari remaja menjadi laki-laki dewasa.
Tari Faluaya menceritakan tentang sebuah peperangan antar desa di masa lalu. Tiap daerah di Kepulauan Nias memiliki latar belakang peristiwa dan kisahnya masing-masing. Cerita yang terkenal adalah tentang perang antara Desa Orahili Fau dan Desa Bawomataluo.
Diiringi Dengan Syair
Melansir dari budaya-indonesia.org, bahwa Tari Faluaya tidak diiringi oleh alat musik baik itu alat musik dari Barat maupun alat musik tradisional Suku Nias. Tetapi hanya diiringi dengan serangkaian syair-syair yang dinyanyikan dengan lantang dan penuh semangat.
Syair-syair yang dibawakan biasa disebut dengan Hoho oleh Masyakarat Nias. Susunan syair ini dinyanyikan secara sahut-sahutan dengan maksud untuk mengungkapkan hal yang berhubungan dengan asal-usul, kejadian, sejarah, hukum adat dan sebagainya.
Hoho dalam berbagai versi merupakan salah satu tradisi lisan yang dapat dijadikan rujukan untuk memahami kebudayaan lama mereka. Maka dari itu, Hoho lahir berdasarkan kehidupan mereka sehari-hari, seluruh kehidupan masyarakat Nias pada zaman dahulu telah diatur oleh Hoho.
Prosesi Tari Faluaya
Dirancang layaknya perang betulan, proses Tari Faluaya ini juga dipimpin seorang penari panglima perang atau Kafalo Zaluaya. Masih di barisan depan, berdiri dengan gagah wakil panglima dan pemandu Hoho bernama Sondroro atau pemandu syair pemberi semangat.
Posisi panglima perang berada di depan dan memberikan komando ke arah para penari atau Bohalima. Panglima ini juga memberi aba-aba kepada para penari untuk membentuk formasi berjajar panjang.
Dalam menarikan tarian ini, penari menggunakan pakaian warna-warni yang terdiri dari warna hitam, kuning, dan merah, dan juga dilengkapi mahkota di kepala layaknya seorang kesatria.
Para penari juga dilengkapi dengan beragam alat perang seperti Baluse (sejenis perisai dari kayu), Toho (tombak yang ujungnya dibuat terkait), Balewa (parang yang panjang), Tologu (pedang), dan Kalabubu (sejenis kalung terbuat dari tempurung kelapa).
Gerakan yang Penuh Arti
Tarian diawali dengan gerakan kaki maju mundur sambil dihentakkan ke tanah dan meneriakkan kata-kata semangat. Makna dari gerakan ini adalah kesiapan para prajurit untuk maju ke medan perang. Gerakan berikutnya diikuti dengan formasi melingkar yang menggambarkan sedang mengepung musuh.
Gerakan tari Faluaya termasuk cukup dinamis, dengan hentakkan kaki yang diiringi oleh gerakan mengayunkan tombak dan pedang digambarkan sebagai semangat seorang prajurit dalam mempertahankan diri dari serangan musuh.
Peran dari Sondroro pada pertunjukan Tari Faluaya begitu penting. Seorang Sondroro harus mampu membangun teks yang berisikan ungkapan spirit patriotisme atau perjuangan dan juga spirit kemenangan. Bila diartikan, Sondroro ini mengobarkan api semangat para penari untuk melukiskan daya juang yang tinggi dan sikap kepahlawanan. (mdk/adj)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebuah ritual yang dikemas dalam kesenian tari tradisional ini ditampilkan khusus saat tamu-tamu penting sedang melakukan kunjunga di daerah Nias.
Baca SelengkapnyaPulau Nias merupakan kabupaten yang ada di Sumatra Utara dan menjadi pulau terbesar di antara pulau-pulau di bagian pantai Barat Sumatra.
Baca SelengkapnyaTarian ini dilakukan dengan hati yang tulus dan telah memenuhi syarat sebagai warisan budaya tak benda.
Baca SelengkapnyaSalah satu kesenian berasal dari Lampung Barat ini menjadi simbol suatu kehormatan dan kebesaran yang dipertunjukkan pada upacara ritual yang sakral.
Baca SelengkapnyaTradisi ini sudah sangat melekat di masyarakat Nias hingga sudah menjadi simbol dan budaya yang dihadirkan dalam acara-acara adat.
Baca SelengkapnyaDengan karakter yang tegas, tarian ini merupakan representasi dari Prabu Baladewa.
Baca SelengkapnyaKesenian banyak ditemukan di daerah Kalimantan Timur dari suku Dayak Benuaq dan Dayak Tunjung sebagai lambang kegembiraan dan juga ramah tamah.
Baca SelengkapnyaDalam memperingati Hari Tari Sedunia, mesin pencari Google menetapkan Tari Rangkuk Alu sebagai Google Doodle pada hari ini, Senin (29/4).
Baca SelengkapnyaTari Kain, kesenian tradisional yang mirip dengan gerakan-gerakan silat dan dimainkan oleh kaum pria di Pesisir Selatan.
Baca SelengkapnyaSebuah karya seni budaya lokal khas Jombang ini telah ada sejak abad ke-19 yang sudah terdaftar dalam Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaTari Toga, tarian kuno warisan kerajaan siguntur dari Sumatra Barat.
Baca SelengkapnyaTari tradisional memiliki ciri khas yang menunjukkan identitas dan keunikan dari daerah asalnya.
Baca Selengkapnya