Mengenal Tradisi Mangupa-Upa, Ungkapan Doa dan Rasa Syukur Khas Orang Batak
Merdeka.com - Setiap manusia memiliki ungkapan rasa syukur atas apa yang telah dilaluinya. Begitu juga dengan doa-doa yang dipanjatkan dengan harapan untuk mendapat kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang. Ungkapan doa dan rasa syukur bagi masyarakat adat masih melekat erat unsur-unsur dari warisan leluhur sebagai pembeda atau ciri khasnya.
Di Sumatra Utara, masyarakat Batak masih memegang teguh tradisi yang bernama Mangupa-Upa sebagai bentuk ungkapan doa dan rasa syukur. Berikut ini beberapa fakta mengenai tradisi Mangupa-Upa yang merupakan salah satu kekayaan tradisi yang masih sangat dijaga oleh masyarakat Batak seperti dilansir dari indonesia.go.id.
Digelar Pada Momen Tertentu
-
Siapa yang menjaga tradisi Batak? Desa ini adalah tempat di mana tradisi adat Batak masih dijaga dengan baik.
-
Apa makna tradisi Marpege-pege bagi masyarakat Batak Angkola? Marpege-pege merupakan salah satu bentuk dari rasa solidaritas, saling membantu dan toleransi antar anggota keluarga dan masyarakat khususnya dalam upacara perkawinan.
-
Apa tradisi unik di Sumatera Selatan? Salah satunya adalah tradisi unik yang ada di Sumatra Selatan yakni saling bertukar takjil dengan tetangga di sekitar kampung tempat tinggal.
-
Kenapa orang Batak melakukan Manulangi Natuatua? Seorang anak yang sudah beranjak dewasa biasanya memiliki kesadaran untuk membalas budi kepada orang tua. Di Tanah Batak, bentuk balas budi anak kepada orang tuanya dilakukan dengan sebuah upacara yang bernama Manulangi Natuatua.
-
Bagaimana masyarakat Batak Angkola saling membantu dalam tradisi Marpege-pege? Dalam upacara perkawinan Batak Angkola, setiap mempelai laki-laki wajib memberikan mahar yang menjadi alat yang dibayarkan kepada pihak keluarga perempuan yang akan dinikahi.
-
Siapa yang menjalani ritual adat Batak? Chen Giovani menjalani ritual adat Batak menjelang pernikahannya dengan Fritz Hutapea.
Youtube.com/Martha McCrea ©2022 Merdeka.com
Tradisi Mangupa-Upa sendiri terdiri dari dua versi, Mangupa-Upa ala Batak Toba dan Mangupa-Upa yang biasa dilakukan oleh keturunan Mandailing. Tetapi kedua versi itu masih tetap satu tujuan yaitu sebagai ungkapan rasa syukur, doa, dan petuah dari orang tua.
Momentum Mangupa-Upa terjadi ketika seseorang membutuhkan doa dan petuah dari orang tua serta leluhur. Tradisi ini merupakan bentuk rasa syukur atas apa yang telah terjadi dan sebagai permohonan doa kepada Tuhan.
Biasanya Mangupa-upa digelar pada saat pernikahan, kelahiran bayi, menempati rumah baru, dan ketika akan memulai atau telah menyelesaikan suatu pekerjaan yang sulit. Bahkan ketika pergi dan pulang merantau biasanya masyarakat Batak sering menggelar Mangupa-Upa.
Sajikan Makanan
pinterest.com ©2020 Merdeka.com
Dalam prosesi Mangupa-Upa biasanya ditemui sajian makanan khas Suku Batak. Dari kedua versi Mangupa-Upa, yang membedakan itu hanya menu makanan yang disajikan.
Mangupa-Upa Batak Toba, menyajikan makanan olahan ikan mas yang sudah terkenal yaitu arsik. Makanan ini disajikan ketika masyarakat Toba sedang melaksanakan proses pernikahan.
Sedangkan menu makanan Mangupa-Upa Mandailing saat prosesi pernikahan jauh lebih banyak dan bervariasi. Makanan yang disajikan yaitu sirih, beras, daun pisang sitabar, ikan, daging kambing, telur ayam, dan garam.
Memiliki Makna
Sajian makanan pada saat Mangupa-Upa bukan berarti hanya sebagai lauk saja, tetapi memiliki arti dan makna di dalamnya.
Seperti ikan mas, yang menurut orang Batak ikan ini agar kedua mempelai menjadi keluarga yang bahagia, saling mencintai, dan mendapatkan keturunan.
Begitu juga dengan Mangupa-Upa Mandailing, kapur dianggap sebagai tanda sukacita dan pustaka aksara. Lalu beras simbol supaya kedua pengantin dapat membedakan jalan baik dan buruk.
Untuk daging kambing dimaknai sebagai simbol keperkasaan, telur ayam sebagai makna kehidupan, dan garam dimaksudkan agar mampu memberi manfaat bagi kehidupan dunia. (mdk/adj)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tradisi upah-upah biasanya dilengkapi dengan jamuan kecil maupun besar serta doa dan selamat atas tercapainya suatu hal.
Baca SelengkapnyaOlop-Olop Bolon, acara pesta rakyat sebagai ungkapan rasa syukur atas berkat yang melimpah milik masyarakat Batak
Baca SelengkapnyaKepercayaan ini sudah mulai dianut pada masa kepemimpinan Si Singamangaraja XII yang juga menganut Ugamo Malim.
Baca SelengkapnyaTradisi Marsuap jadi tradisi ziarah khas warga Batak.
Baca SelengkapnyaPantun Batak lucu biasanya berisi sindiran, ejekan, atau lelucon yang tidak terlalu kasar, tetapi tetap menyentil.
Baca SelengkapnyaTarian ini konon dipercaya akan merekatkan koneksi antara keluarga yang ditinggalkan dengan roh yang dipanggil oleh Tuhan.
Baca SelengkapnyaIntip tradisi sambut hari Maulid Nabi yang berlangsung di Pulau Sumatra setiap tahunnya.
Baca SelengkapnyaDi Provinsi Sumatra Utara, masyarakat menyambut bulan suci ini dengan ragam tradisi yang berbeda-beda dan tentunya penuh makna.
Baca SelengkapnyaSebuah perayaan tradisi yang dilaksanakan rutin setiap tahun ini melibatkan seluruh petani untuk menyambut datangnya masa bercocok tanam.
Baca SelengkapnyaTradisi Taber Laut sendiri hampir dilakukan berbagai Suku Melayu di Kepulauan Bangka Belitung.
Baca SelengkapnyaTradisi ini biasa dilakukan oleh masyarakat Suku Serawai yang ada di Bengkulu yang dilaksanakan pada malam menjelang Idulfitri.
Baca SelengkapnyaSebuah tradisi ungkapan kegembiraan ketika masyarakat Suku Batak Simalungun telah mewujudkan sebuah kegiatan pesta yang melibatkan banyak orang
Baca Selengkapnya