Kisah Eksekusi Mati Joan of Arc di 30 Mei, Pahlawan Revolusi Prancis
Merdeka.com - Tepat hari ini, 30 Mei 1431 lalu, Joan of Arc dieksekusi mati di tiang pancang dengan cara dibakar. Usianya masih 17 tahun saat bergabung dengan pasukan Prancis.
Joan of Arc dianggap sebagai pahlawan wanita Prancis atas perannya dalam pengepungan Orléans dan penobatan Charles VII dari Prancis selama Perang Seratus Tahun melawan Inggris.
Setelah berhasil memimpin beberapa aksi militer Prancis, dia ditangkap, diserahkan kepada pihak berwenang Inggris, dinyatakan bersalah sebagai bidat, dan dibakar di tiang pancang pada tahun 1431.
-
Kapan Pertempuran Lyon terjadi? Senjata ini diduga bekas Pertempuran Lyon pada 19 Februari 197 atau 1826 tahun lalu, yang dianggap sebagai pertempuran paling sengit antara dua pasukan tentara Romawi.
-
Dimana peristiwa bersejarah ini terjadi? Di Kota Padang, terjadi peristiwa bersejarah pada 27 November 1945 di sebuah sekolah bernama Sekolah Teknik Simpang Haru.
-
Mengapa Pertempuran Lorraine terjadi? Perang ini didasarkan pada kekecewaan Prancis karena harus kehilangan wilayahnya yang direbut oleh Prusia.
-
Kapan Pertempuran Lorraine dimulai? Pada 14 Agustus 1914, (dua hari setelah Pertempuran Haelen), Prancis memasuki kota Lorraine dengan Tentara Pertama dan Kedua mereka.
-
Apa yang terjadi pada 4 Desember 1676? Pada tanggal 4 Desember 1676, langit Skandinavia menyaksikan detik-detik penuh ketegangan dalam perang yang disebut sebagai pertempuran paling berdarah di Skandinavia.
-
Dimana Pertempuran Marne terjadi? Pada tanggal 6 September 1914, sekitar 30 mil timur laut Paris, Angkatan Darat ke-6 Prancis di bawah komando Jenderal Michel-Joseph Manoury menyerang sayap kanan Angkatan Darat ke-1 Jerman, sehingga memulai Pertempuran Marne Pertama yang menentukan di akhir bulan pertama Perang Dunia I.
Lima belas tahun kemudian, hukumannya secara resmi dibatalkan karena persidangannya dianggap "tidak adil dan menipu". Usianya baru 19 tahun ketika ia dieksekusi mati.
Setelah hampir 500 tahun kematiannya, ia dikultuskan sebagai orang suci oleh Gereja Katolik Roma. Berikut kisah hidup Joan of Arc yang melegenda hingga kematiannya yang tragis.
Siapakah Joan of Arc?
Joan of Arc lahir pada tahun 1412. Ia adalah putri dari seorang petani penyewa di Domremy, sebuah wilayah di perbatasan Bar dan Lorraine. Orang tuanya adalah Jacques d'Arc dan Isabelle Romée.
Joan memiliki setidaknya tiga saudara laki-laki dan seorang saudara perempuan. Ayahnya adalah seorang petani petani yang memiliki sekitar 50 acre (20 ha) tanah, dan ayahnya menambah penghasilan keluarga dengan posisi kecil sebagai pejabat desa, mengumpulkan pajak dan mengepalai pengawas lokal.
Joan of Arc hidup pada masa-masa di mana Perang Seratus Tahun antara Inggris dan Prancis memasuki fase penting ketika Raja muda Henry V dari Inggris menyerbu Prancis dan memenangkan serangkaian kemenangan yang menentukan melawan pasukan Raja Charles VI, dilansir dari history.com.
Perseteruan antara Prancis dan Inggris ini sendiri dimulai ketika Raja Henry V dari Inggris menyerbu Perancis utara pada tahun 1415. Raja Henry V kemudian memperoleh takhta Raja Perancis Charles VI. Henry V dan Charles VI meninggal dunia pada tahun 1422.
Putra Henry V kemudian diangkat menjadi pewaris Kerajaan Perancis. Namun, para pendukung putra Raja Charles VI, Charles VII, ingin mengembalikan mahkota kepada raja Perancis yang sesungguhnya. Polemik perebutan kekuasaan ini lantas mengakibatkan kedua wilayah kerajaan terlibat dalam konflik menahun.
Mendengar Suara Ilahi
Desa Domremy tempat tinggal Joan terletak di perbatasan antara Prancis Dauphin dan Anglo-Burgundia. Di tengah lingkungan yang tidak stabil ini, Joan merasa mendengar “suara” tiga orang kudus Kristen yakni St. Michael, St. Catherine, dan St. Margaret.
Ketika ia berusia sekitar 16 tahun, suara-suara ini mendesaknya untuk membantu Dauphin dalam merebut takhta Prancis. Pada Mei 1428, ia melakukan perjalanan ke Vaucouleurs, benteng Dauphin, dan memberi tahu kapten garnisun tentang penglihatannya. Karena tidak percaya pada gadis petani muda itu, kapten itu mengirimnya pulang.
Pada Januari 1429 Joan kembali, dan sang kapten, yang terkesan dengan kesalehan dan tekadnya, setuju untuk mengizinkan perjalanannya ke istana putra mahkita Prancis. Joan diberkahi dengan keberanian mental dan fisik yang luar biasa, serta akal sehat yang kuat, dan dia memiliki banyak atribut yang menjadi ciri para visioner wanita yang menjadi ciri terkenal pada masanya.
Kualitas-kualitas ini termasuk kesalehan pribadi yang ekstrem, klaim untuk komunikasi langsung dengan orang-orang kudus, dan ketergantungan pada pengalaman individu akan kehadiran Allah di luar pelayanan imamat dan batas-batas gereja institusional.
Pertempuran di Orleans
Mengenakan pakaian pria dan ditemani oleh enam tentara, Joan mencapai kastil Dauphin di Chinon pada Februari 1429. Menemui Charles VII, Joan meminta Charles memberinya pasukan untuk memimpin pertempuran di Orleans.
Charles melengkapinya dengan pasukan kecil, dan pada 27 April 1429 Joan berangkat ke Orleans yang telah dikepung oleh Inggris sejak Oktober 1428. Pada 29 April, saat serangan mendadak Prancis mengalihkan perhatian pasukan Inggris di sisi barat Orleans, Joan masuk tidak terhalang melalui gerbang timurnya.
Ia membawa persediaan dan bala bantuan yang sangat dibutuhkan dan mengilhami Prancis untuk melakukan perlawanan dengan penuh semangat. Joan secara pribadi memimpin serangan dalam beberapa pertempuran dan pada tanggal 7 Mei terkena panah. Setelah dengan cepat membalut lukanya, dia kembali bertarung, dan Prancis memenangkan pertarungan itu. Pada tanggal 8 Mei, Inggris mundur dari Orleans.
Selama lima minggu berikutnya, Joan dan para komandan Prancis memimpin Prancis meraih serangkaian kemenangan menakjubkan atas Inggris. Pada 16 Juli, pasukan kerajaan mencapai Reims, yang membuka gerbangnya untuk Joan dan Dauphin.
Hari berikutnya, Charles VII dinobatkan sebagai raja Prancis, dengan Joan berdiri di dekatnya sambil memegang panjinya yang bergambar Kristus dalam penghakiman. Setelah upacara, ia berlutut di depan Charles, dengan gembira memanggilnya raja untuk pertama kalinya.
EksekusiPada tanggal 8 September, raja dan Joan menyerang Paris. Selama pertempuran, Joan sempat terluka tetapi terus mengerahkan pasukan raja sampai Charles memerintahkan diakhirinya pengepungan yang gagal. Tahun itu, ia juga memimpin beberapa kampanye kecil lagi, merebut kota Saint-Pierre-le-Moitier. Pada bulan Desember, Charles memuliakan Joan, orang tuanya, dan saudara laki-lakinya.
Pada Mei 1430, Burgundia mengepung Compiegne. Dan pada 23 Mei, saat memimpin serangan mendadak melawan Burgundia, Joan ditangkap. Burgundia menjualnya ke Inggris, dan pada bulan Maret 1431 Joan diadili di hadapan otoritas gerejawi di Rouen dengan tuduhan bid'ah. Kejahatannya yang paling serius, menurut pengadilan, adalah penolakannya terhadap otoritas gereja demi ilham langsung dari Tuhan.
Setelah menolak untuk tunduk pada gereja, hukumannya dibacakan pada 24 Mei. Dia akan diserahkan kepada otoritas sekuler dan dieksekusi. Bereaksi dengan ngeri terhadap pernyataan itu, Joan setuju untuk mengakui kesalahannya dan dijatuhi dihukum penjara seumur hidup.
Joan diperintahkan untuk mengenakan pakaian wanita, dan ia menurut. Tetapi beberapa hari kemudian, para hakim pergi ke selnya dan mendapati Joan kembali mengenakan pakaian pria. Saat ditanya, ia memberi tahu bahwa St. Catherine dan St. Margaret telah mencelanya karena menyerah pada gereja di luar kehendak mereka.
Joan pun lantas kembali diadili atas tuduhan bid'ah dan pada 29 Mei diperintahkan diserahkan kepada pejabat sekuler. Pada 30 Mei, Joan, yang saat itu berusia 19 tahun, dibakar di tiang di Place du Vieux-Marche di Rouen.
Sebelum kayu pembakaran dinyalakan, Joan menginstruksikan seorang pendeta untuk mengangkat salib tinggi-tinggi agar ia bisa melihatnya dan meneriakkan doa dengan cukup keras untuk didengar di atas deru api.
Sebagai sumber inspirasi militer, Joan of Arc membantu mengubah Perang Seratus Tahun dan dengan tegas mendukung Prancis. 20 tahun kemudian, Charles VII menyelenggarakan pengadilan baru untuk membersihkan nama Joan of Arc. Dan pada tahun 1920, Joan of Arc, salah satu pahlawan besar dalam sejarah Prancis, diakui sebagai orang suci Kristen oleh Gereja Katolik Roma. (mdk/edl)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Marie Antoinette dikenal sebagai simbol dari ketidakpedulian dan kemewahan kerajaan yang pada akhirnya memicu Revolusi Prancis.
Baca SelengkapnyaGuillotine adalah instrumen pemenggalan kepala yang umum digunakan selama Revolusi Prancis.
Baca SelengkapnyaSelama Bastille Day, rakyat Prancis merayakan dengan berbagai kegiatan yang mencerminkan semangat kebangsaan dan persatuan.
Baca SelengkapnyaPrancis yang tidak terima karena wilayahnya direbut berusaha untuk melancarkan serangan. Pihak Jerman pun bersiap, hingga akhirnya pertempuran pun pecah.
Baca SelengkapnyaSejarah Kelam di Paris, Tulang Manusia Digiling Jadi Tepung untuk Membuat Roti
Baca SelengkapnyaSosok srikandi asal Aceh menjadi panglima perang menggantikan Cut Nyak Dien saat melawan Belanda.
Baca SelengkapnyaSosok pahlawan dan ulama wanita dari Serambi Mekkah ini begitu besar tekad dan kegigihannya dalam melawan Belanda demi mempertahankan tanah kelahirannya.
Baca SelengkapnyaParade ini sekaligus untuk memperingati kemenangan Vietnam yang berhasil menaklukkan Prancis dalam pertempuran Dien Bien Phu.
Baca SelengkapnyaSenjata beragam jenis ditemukan di bawah tanah sebuah taman arkeologi di Lyon, Prancis tenggara.
Baca SelengkapnyaPemberontakan yang ia pimpin menjadi pemberontakan besar terhadap Belanda yang pertama di Pulau Jawa.
Baca SelengkapnyaDikenal juga dengan Malam Api Unggun, pada malam ini orang-orang menyalakan api unggun dan kembang api di seluruh Inggris.
Baca SelengkapnyaPerjuangan kemerdekaan Aljazair dikenal sebagai salah satu yang paling brutal dalam sejarah dekolonisasi abad ke-20.
Baca Selengkapnya