Mengenal Marie Antoinette, Ratu Terakhir Prancis yang Tampil Glamor dan Kematian Tragisnya
Marie Antoinette dikenal sebagai simbol dari ketidakpedulian dan kemewahan kerajaan yang pada akhirnya memicu Revolusi Prancis.
Marie Antoinette, seorang ratu yang telah menjadi ikon sejarah, kini kembali menjadi perbincangan hangat di media sosial.
Marie Antoinette lahir pada tahun 1755 di Wina, Austria, sebagai putri bungsu dari pasangan Kaisar Romawi Suci Francis I dan Ratu Maria Theresa. Pernikahannya dengan Louis XVI, cucu Raja Louis XV, bertujuan untuk memperkuat hubungan antara Austria dan Prancis.
-
Kenapa Maria Theodore memilih Prancis? Wanita berusia 21 tahun ini memilih Prancis sebagai tujuan liburannya.
-
Apa yang ditemukan di makam Prancis? Sebuah penelitian terhadap genom individu yang dikuburkan di makam kolektif berusia 4.500 tahun di Bréviandes-les-Pointes, dekat kota Troyes, Prancis, berhasil mengungkap hasil yang mengejutkan.
-
Dimana gaun antik itu ditemukan? Gaun tua ini berasal dari Maine, Amerika Serikat (AS). Awalnya gaun ini dipajang di sebuah mal yang menjual barang antik dan dibeli Sara Rivers Cofield.
-
Siapa yang membuat ukiran tertua di Prancis? Menurut Jean-Claude Marquet dari Universitas Tours Prancis dan rekan-rekannya yang menganalisis ukiran tersebut, itu merupakan ukiran tertua yang diketahui yang dibuat oleh Neanderthal.
-
Siapa yang dianggap layak memimpin Prancis? Melenchon menjadi pusat perhatian karena dianggap layak memimpin Prancis.
-
Apa yang ditemukan di Prancis? Peneliti menemukan koleksi fosil laba-laba laut yang usianya mencapai 160 juta tahun.
Namun, publik lebih mengenal Marie Antoinette sebagai sosok yang boros dan kerap menampilkan kemewahan. Sifatnya arogan dan ketidakpekaan terhadap kondisi rakyat membuatnya menjadi sasaran kemarahan masyarakat. Perilaku ini berkontribusi besar dalam memicu Revolusi Prancis, yang akhirnya menggulingkan monarki Prancis dan mengakhiri hidupnya dengan eksekusi.
Asal Usul dan Keluarga
Marie Antoinette lahir pada 2 November 1755 di Hofburg Palace, Wina, Austria, dengan nama Maria Antonia Josepha Johanna von Habsburg-Lothringen. Ia adalah putri ke-15 dari 16 anak yang lahir dari pasangan Kaisar Franz I dari Kekaisaran Romawi Suci dan Maria Theresia, Ratu Hungaria dan Bohemia, yang juga merupakan penguasa dari Kekaisaran Habsburg.
Dinasti Habsburg, tempat Marie Antoinette berasal, adalah salah satu keluarga kerajaan paling berkuasa dan terpandang di Eropa. Dinasti ini telah menghasilkan banyak penguasa dan memegang kendali atas wilayah-wilayah besar di Eropa selama berabad-abad. Sebagai anggota keluarga Habsburg, Marie Antoinette sejak lahir memang sudah dikelilingi oleh kemewahan dan kekuasaan.
Terlepas dari statusnya, pendidikan formal yang diterima Marie Antoinette relatif kurang. Ibu Marie Antoinette, Maria Theresia, lebih menekankan pendidikan pada etiket, musik, tarian, dan seni, yang dianggap penting bagi seorang putri kerajaan yang akan menikah dengan bangsawan dari negara lain. Sayangnya, ia kurang terlatih dalam mata pelajaran akademis seperti sejarah, bahasa, atau politik, yang kemudian menyebabkan ketidakmampuannya memahami banyak isu penting yang dihadapi Prancis saat ia menjadi ratu.
Pernikahan sebagai Alat Politik
Seperti halnya anak-anak perempuan lain dari dinasti Habsburg, masa depan Marie Antoinette sudah ditentukan oleh kepentingan politik. Pada abad ke-18, pernikahan kerajaan sering kali digunakan sebagai cara untuk membentuk aliansi politik antara negara-negara besar Eropa.
Pada usia 14 tahun, Marie Antoinette dijodohkan dengan Louis-Auguste, Dauphin dari Prancis, yang kemudian menjadi Raja Louis XVI. Pernikahan ini diatur oleh Maria Theresia dan duta besar Prancis untuk Austria, Count de Mercy-Argenteau, sebagai bagian dari upaya untuk mempererat hubungan antara Austria dan Prancis, yang sebelumnya sering bersitegang. Hubungan antara kedua negara ini menjadi lebih penting setelah Perang Tujuh Tahun, di mana Prancis dan Austria bersatu melawan Prusia dan Inggris.
Marie Antoinette menikah dengan Louis-Auguste melalui upacara pernikahan mewah yang diadakan pada 16 Mei 1770 di Versailles, Prancis. Meskipun pernikahan ini diharapkan dapat memperkuat aliansi politik antara kedua negara, perbedaan budaya, kebiasaan, dan bahkan bahasa menjadi tantangan besar bagi Marie Antoinette ketika ia pertama kali tiba di Prancis.
Reputasi dan Kontroversi
Reputasi dan kontroversi yang mengelilingi Marie Antoinette adalah salah satu aspek paling menarik dan kompleks dari sejarah Eropa, khususnya dalam konteks Revolusi Prancis. Sebagai Ratu Prancis, ia menjadi simbol kemewahan, ketidakpedulian, dan penindasan monarki, meskipun banyak aspek dari reputasinya dipengaruhi oleh propaganda, rumor, dan persepsi publik yang salah.
Marie Antoinette terkenal karena kecintaannya pada mode, pesta, dan hiburan. Ia sering kali menghabiskan uang dalam jumlah besar untuk gaun-gaun mewah, perhiasan, dan perabotan mahal. Ia juga menghabiskan banyak waktu di Petit Trianon, sebuah istana kecil yang diberikan kepadanya oleh Louis XVI, di mana ia dapat melarikan diri dari kehidupan istana yang penuh dengan intrik dan tekanan politik.
Sementara rakyat Prancis berjuang dengan kelaparan dan kesulitan ekonomi, Marie Antoinette tampak hidup dalam kemewahan dan ketidakpedulian. Ketika krisis pangan dan ketegangan sosial meningkat di Prancis, gaya hidup mewah Marie Antoinette menjadi simbol dari ketidakadilan sosial yang dirasakan oleh banyak orang.
Perilaku boros dan arogan Marie Antoinette menjadi sumber kontroversi yang besar. Rakyat Prancis marah atas kehidupan mewah dan tidak peduli raja dan ratu terhadap krisis ekonomi. Kritik terhadap Marie Antoinette tidak hanya berfokus pada kehidupan pribadinya, tetapi juga pada peranannya dalam memperburuk situasi politik Prancis.
Kematian Tragis
Sifat boros dan arogan Marie Antoinette memperburuk situasi politik dan memicu Revolusi Prancis. Kemarahan rakyat Prancis akhirnya meletus dalam revolusi yang kemudian menggulingkan monarki. Marie Antoinette dan suaminya, Louis XVI, kemudian ditangkap dan dipenjarakan. Raja Louis XVI dieksekusi mati dengan guillotine pada 21 Januari 1793, dan Marie Antoinette pun dibawa ke hadapan pengadilan revolusi.
Marie Antoinette dihukum mati karena dianggap sebagai simbol dari rezim lama yang sangat korup dan kejam. Ia dinyatakan bersalah atas berbagai tuduhan, termasuk pengkhianatan dan konspirasi musuh-musuh Prancis. Tanggal 16 Oktober 1793, Ratu Marie Antoinette dihukum mati dengan dipenggal menggunakan guillotine di Place de la Révolution, Paris, Prancis.
Kematian tragis Marie Antoinette menjadi akhir dari era monarki Prancis. Namun, reputasinya tetap kontroversial hingga hari ini. Beberapa sejarawan dan penulis menggambarkannya sebagai seorang ratu yang tidak peduli dengan krisis ekonomi rakyat, sementara yang lain melihatnya sebagai korban politik yang tidak adil.