Turun Temurun Menganyam Tikar Purun dari Lahan Gambut
Merdeka.com - Lahan gambut selalu dipandang sebelah mata. Tak bisa ditanami maupun dirawat sebagai lahan produktif. Tekstur tanahnya becek berair, memiliki kandungan asam yang tinggi. Padi, bahkan pohon sekalipun tak mampu hidup di atas kahan gambut. Namun semak-semak dan rumput liarlah yang dapat berkembang di kondisi tanah lah`an gambut. Bahkan pemanfaatannya hingga ke ranah industri oleh masyarakat sekitar.
Lahan gambut begitu mudahnya dijumpai di pulau Kalimantan dan Sebagian di Sumatera. Pemanfaatan rumput gambut dapat dijumpai berkat adanya kerajinan Tikar Purun. Kerajinan anyaman rumput gambut ini telah lama menjadi komoditas harian bagi warganya. Secara turun temurun dipertahakan dengan ciri khas warna yang natural.
Gulungan tikar inilah produk unggulan dari rumput gambut yang mereka ciptakan. Bahan baku yang berlimpah tumbuh dengan liarnya di lahan gambut yang sebelumnya dianggap tak bernilai.
-
Di mana batik kawung awalnya digunakan? Pada masa lalu, motif batik ini hanya digunakan oleh keluarga keraton.
-
Bagaimana cara membuat kerajinan dari Pohon Batik Kukun? Agar motif indahnya terlihat, batang dari pohon kukun itu harus dikupas menggunakan pisau besar atau golok. Motif berwarna cokelat kehitaman langsung terlihat, di atas kayu bagian dalam yang berwarna putih.Batangnya berukuran cukup besar, dengan diameter luas sekitar 5 sampai 7 sentimeter. Pengupasan cukup menggunakan tenaga, karena ketebalan kulit batang dan tekstur yang cukup keras.Untuk panjangnya juga beragam, dan akan menyesuaikan dengan produk yang ingin dijual kepada pelanggan.
-
Dari mana asal batik kawung? Sejarah batik kawung melacak asal-usulnya pada masa kerajaan Majapahit di Jawa. Pada masa itu, batik kawung digunakan sebagai lambang kebesaran dan kekuasaan. Motif ini kemudian berkembang dan populer di kalangan keraton dan bangsawan Jawa.
-
Kapan warga Tumang mulai membuat kerajinan tembaga? Pada tahun 1976, warga setempat mulai menerapkan nilai-nilai seni pada kerajinan tembaga.
-
Dimana kerajinan simpul berasal? Kesenian ini berasal dari Arab di awal abad pertengahan.
-
Kapan Batik Sampan mulai berkembang? Dulunyabatik ini eksis karena adanya perkembangan pada sektor sumber daya alam dan juga manusia.
©2021 Merdeka.com/Syarif
Di Desa Palimbang Sari, Haur Gading, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan sendiri, punya berhektar-hektar lahan gambut. Bahkan bisa dibilang desa ini dikelilingi oleh lahan gambut di setiap batas wilayahnya. Purun atau Eleocharis dulcis merupakan sejenis gulma yang suka dengan lahan gambut basah seperti wilayah Kalimantan Selatan.
Seusai dipanen, purun akan segera dijemur hingga kering. Mengubah warnanya menjadi kecokelatan. Lantas purun ditumbuk untuk mengubah bentuknya yang semula bulat menjadi pipih memanjang. Penumbukan ini menggunakan alat semacam alu yang terbuat dari kayu, sehingga memudahkannya saat proses penganyaman.
Pembuatan Tikar Purun seolah sudah menjadi tradisi masyarkat selama bertahun-tahun. Jika dalam satu keluarga seorang ibu menganyam purun, maka akan mewariskan keahlian kepada anak putrinya.
©2021 Merdeka.com/Syarif
Tidak serta merta dapat dianyam, batang purun yang telah pipih sebagian harus diberi warna. Untuk menjadikan tampilan tikar lebih menarik dengan beberapa motif sederhana. Pewarna yang digunakan bukanlah pewarna tekstil. Melainkan sumbo, sejenis pewarna alami yang berasal dari getah, daun, maupun buah.
Seperti kulit manggis yang menghasilkan warna merah, kunyit menghasilkan warna kuning, hingga daun suji atau daun pandan yang menghasilkan warna hijau. Teknik pewaranaan begitu sederhana, hanya dengan meramunya ke dalam panci berisi air dan merebusnya bersama helaian batang purun. Selepas diwarnai, lantas purun dijemur hingga mengering.
Purun memiliki ciri khas batang yang panjang dan berongga. Mampu tumbuh tinggi hingga menyamai orang dewasa. Di lahan gambut, tanaman ini tumbuh secara berkelompok menutupi seluruh permukaan lahan gambut. Bagian bawah batang dan akarnya bersemayam di dalam gambut yang berair.
©2021 Merdeka.com/Syarif
Proses menganyam purun bukanlah hal mudah, namun dapat dipelajari dengan teliti. Menganyam purun sepenuhnya dengan cara manual. Menggunakan kedua tangan, bahkan melibatkan kaki untuk menjaga posisi rangkaian anyaman purun.
Perpaduan warna diterapkan secara berselang seling bergiliran untuk membuar motif warna yang sederhana. Rata-rata purun sepanjang 3 meter mampu dianyam selama 2 jam. Dengan catatan sang pengrajin benar-benar sudah handal dalam menganyam purun.
©2021 Merdeka.com/Syarif
Mayoritas perempuan menjadikan purun sebagai penunjang penghasilan rumah tangga. Mereka biasa menjualnya di pasar dadakan sekitar daerah mereka. Menanti pembeli, hingga pengepul yang siap mengangkutnya untuk dijual ke luar kota.
Selain tikar, purun dapat diubah menjadi kerajinan nampan, hingga keranjang belanja. Harga tikar purun beragam, tergantung motif dan ukuran. Berkisar antara Rp 30 ribu hingga ratusan ribu.
Kini komoditas tikar purun berada di ambang kekhawatiran. Sering terjadinya kebakaran lahan gambut membuat stok purun semakin terbatas. Belum lagi, pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit yang juga meengancam keberadaan pengrajin purun untuk tetap lestasi secara turun temurun (mdk/Ibr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Para perempuan turut mewariskan keahliannya itu ke generasi selanjutnya agar kerajinan tangan ini tidak punah dimakan zaman modern.
Baca SelengkapnyaMemperingati Hari Batik Nasional, ini empat motif batik yang populer di Pulau Sumatra.
Baca SelengkapnyaKearifan lokal yang satu ini diperkirakan sudah ada sejak abad ke-17 atau bertepatan dengan masa Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia.
Baca SelengkapnyaSebuah kerajinan tradisional yang dipopulerkan oleh masyarakat Melayu di Kalbar ini menunjukkan ciri khas Nusantara yang sudah tembus pasar internasional.
Baca SelengkapnyaProduk ini cocok jadi hiasan ruangan dan perabot rumah tangga. Sejarah mencatat, keberadaan tenun mendong berangkat dari kreativitas warga Tasik di awal abad 20
Baca SelengkapnyaSiami membuat kain tenun secara turun temurun. Ia belajar dari ibunya yang juga seorang penenun tradisional
Baca SelengkapnyaBatik Dahon memiliki berbagai jenis produk pakaian sampai sepatu. Yang menarik adalah penggunaan warna alam yang menaikkan nilai jual
Baca SelengkapnyaMengenal Kain Tapis, kerajinan tradisional khas Lampung yang penuh sejarah dan doa
Baca SelengkapnyaTenun tersebut masih diproduksi secara tradisional di Desa Juntikebon, Kecamatan Juntinyuat, Indramayu.
Baca SelengkapnyaMakin ke sini, bahan baku pembuatan kerajinan itu makin sulit diperoleh sehingga harga produk mereka bertambah mahal
Baca SelengkapnyaPembuatan lurik tradisional ini bisa disaksikan langsung di halaman rumah warga di Kedungampel
Baca SelengkapnyaBatik yang dibuat dengan cara tradisional ini masih eksis hingga sekarang
Baca Selengkapnya