3 Ritual Kuno yang Masih Dipegang China Buang Sial, Salah Satunya Melompati Api
Dalam budaya China, diyakini bahwa kemalangan dapat dicegah melalui pelaksanaan tradisi atau ritual tertentu.
Sejak zaman kuno, masyarakat Tiongkok atau China telah meyakini bahwa penyakit dan kesialan sering kali disebabkan oleh nasib buruk. Mereka percaya bahwa dengan melaksanakan ritual tertentu, mereka dapat menarik nasib baik dan melindungi diri dari kesulitan. Menurut laporan dari SCMP pada Jumat (25/10), terdapat beberapa tradisi yang dipegang teguh oleh masyarakat Tiongkok untuk menghilangkan kesialan.
Melompati Api
Melompati api merupakan tradisi yang dilakukan pada saat perayaan Tahun Baru Imlek. Dalam cerita rakyat, suara yang dihasilkan oleh api yang menyala dipercaya dapat mengusir roh jahat serta menghindarkan dari nasib buruk. Ritual ini dimulai dengan membakar seikat jerami di depan pintu rumah oleh kepala keluarga.
-
Bagaimana cara tradisi bakar gunung api? Menyusun Batok Kelapa Mengutip dari kanal Liputan6.com dan beberapa sumber lainnya, bakar gunung api ini merupakan sebuah ritual membakar batok kelapa yang sudah tersusun rapi.
-
Apa makna tradisi bakar gunung api? Tentunya setiap tradisi yang berkembang di masyarakat memiliki arti, tujuan, simbol, dan juga makna mendalam.
-
Kapan tradisi bakar gunung api dilakukan? Pelaksanaan tradisi bakar gunung api ini berlangsung pada malam takbiran.
-
Siapa penemu Korek Api di China? Beberapa ilmuwan China berspekulasi, versi awal atau pertama korek api ditemukan pada tahun 577 Masehi oleh para wanita istana yang miskin selama pengepungan militer oleh Zhou Utara dan Chen, di kerajaan China Qi Utara yang masa kejayannya sangat singkat.
-
Apa itu Tradisi Cikibung? Dahulu, tradisi Cikibung lazim dilakukan oleh ayah di Kabupaten Subang, Jawa Barat, untuk melindungi anaknya. Tradisi ini biasanya digelar di kawasan leuwi atau sejenis sungai yang cukup dalam pada sore hari. Warga setempat juga menyebutnya sebagai kasidah air, lantaran pemainnya yang merupakan ayah dan anak laki-laki menepuk-nepuk air hingga menghasilkan nada tertentu mirip kasidahan.
-
Kenapa Tradisi Cikibung dilakukan? Tradisi Cikibung mulanya dilakukan oleh seorang ayah terhadap anak-anaknya yang tengah belajar mengembala kambing. Agar berani menyeberangi sungai besar, sang ayah akan mendampingi anak-anaknya untuk pelan-pelan melintasi sungai. Di sana sang ayah mulai menepuk-nepuk air di depan anak-anaknya, sekaligus untuk melindungi mereka.
Setelah itu, para pria dalam keluarga secara bergantian melompati api sebelum memasuki rumah. Bayi yang digendong oleh orang dewasa juga ikut melompat, sementara wanita melompat ke arah yang berlawanan.
Tradisi ini masih dilestarikan di beberapa daerah pedesaan, seperti Provinsi Guangdong dan Fujian di China selatan, serta Qinghai dan Gansu di bagian utara. Pada saat Festival Musim Semi, warga desa akan membawa tandu yang dihias cantik dan melompati api unggun sebagai doa untuk kedamaian dan hasil panen yang melimpah.
Penggal Kepala Ayam
Bagi banyak orang, ayam jantan dianggap sebagai simbol keberuntungan yang menghubungkan dunia kehidupan dan kematian. Di beberapa daerah di selatan China, masyarakat percaya bahwa memenggal kepala ayam dan melemparkannya ke atap rumah dapat mengusir roh-roh jahat.
Selain itu, menyebarkan darah ayam jantan di halaman atau mengoleskannya pada dinding diyakini dapat mendatangkan keberuntungan bagi seseorang.
Ayam jantan juga sering dipakai dalam upacara pemakaman tradisional untuk membimbing jiwa orang yang telah meninggal. Kebiasaan ini dimulai sejak Dinasti Han (206 SM-220 SM), ketika ayam jantan kayu dikuburkan bersama jenazah. Suara kokok ayam jantan pun dianggap sebagai simbol yang membawa makna positif.
Air Kencing Laki-laki
Air seni dari anak laki-laki dianggap memiliki khasiat untuk meningkatkan kesehatan serta mengusir roh jahat. Keyakinan ini berakar dari pandangan bahwa anak laki-laki muda melambangkan energi maskulin dan vitalitas yang melimpah. Air seni yang paling dianggap berharga berasal dari anak laki-laki yang berusia di bawah 10 tahun, khususnya air seni pertama mereka sebelum mencapai usia satu bulan.
Di wilayah selatan China, telur yang direbus dengan menggunakan air seni anak laki-laki menjadi hidangan istimewa saat Festival Ching Ming. Hidangan ini dipercaya dapat mencegah rasa kantuk di musim semi dan memberikan perlindungan dari teriknya musim panas.
Namun, ada sebagian orang yang berpendapat bahwa praktik ini berisiko menularkan penyakit, dan membagikan air seni tersebut dapat memperpendek umur anak laki-laki yang bersangkutan. Meskipun demikian, tradisi ini masih dipertahankan oleh sebagian masyarakat yang percaya akan manfaatnya.
Seiring berjalannya waktu, pandangan terhadap praktik ini bisa berbeda-beda tergantung pada budaya dan kepercayaan masing-masing individu. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan aspek kesehatan dan kebersihan dalam setiap tradisi yang dijalankan.
Garam dan Beras
Keduanya juga diyakini memiliki kemampuan untuk mengusir roh jahat. Dalam praktik feng shui atau geomansi Tiongkok, garam berfungsi untuk memurnikan energi negatif, sementara beras dianggap mampu menenangkan jiwa dan memperkuat fisik. Ketika seseorang pindah ke rumah baru atau mengalami sakit, garam dan beras biasanya ditaburkan di setiap sudut ruangan sebagai usaha untuk mengusir nasib buruk.
Para penggemar film mungkin telah memperhatikan penggunaan beras ketan dalam banyak film zombi Hong Kong, di mana beras ini sering kali dijadikan sebagai obat untuk mengatasi gigitan dari hantu atau monster. Selain itu, dalam tradisi pemakaman di beberapa daerah pedesaan, keluarga almarhum juga menaburkan garam dan beras di sekitar makam untuk membantu menuntun roh dalam perjalanannya.